"Aku bersedia menikahinya, tapi dengan satu syarat. Kakek harus merestui hubungan aku dan Jessica"
Bagaimana jadinya jika seorang pria bersedia menikah, tapi meminta restu dengan pasangan lain?
Akankah pernikahan itu bertahan lama? Atau justru berakhir dengan saling menyakiti?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dj'Milano, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps7. Viona pergi dari rumah.
"Apa maksud semua ini Tuan, Alex?" tanya Viona, matanya sudah berkata-kaca, buliran bening pun mengalir keluar tanpa permisi. Viona masih belum paham dengan smua ini, jika Alex ingin menceraikannya, mengapa tidak langsung katakan saja? Bukankah selama ini memang Alex tidak mengingikan diri? Lalu untuk apa Alex masih berbaik hati mau menanggung hidupnya?
"Saya rasa, kamu paham betul apa maksud saya!"
Viona mengangguk pelan seolah telah memahami smuanya. "Masih ada yang mau disampaikan, Tuan?" tanya Viona, rasanya ia sudah tidak sanggup lagi berlama-lama dalam ruang itu.
"Tidak, kamu boleh keluar sekarang."
Viona menglangkah keluar tanpa berucap apapun lagi. Tak lupa membawa ATM yang diberikan Alex padanya.
Sesampainya di kamar, Viona duduk termenung di lantai, sambil memeluk kedua lututnya, gadis itu mulia berpikir. Kenapa nasibnya begitu malang? Ibunya meninggal dunia saat berjuang melahirkan dirinya, sementara sang ayah menikah lagi saat usianya 5 tahun. Istri baru sang ayah atau ibu tirinya menolak mengajaknya tinggal bersama, sang ayah yang sudah dibutakan oleh cinta menuruti apa kata istri barunya dan menitip Viona pada tetangga sebelah rumah.
Saat itu, sang ayah beralasan pada tetangganya akan kembali menjemput Viona setelah mendapatkan kontrakan baru. Viona kecil tahu ayahnya sedang berbohong, namun ia tak punya kuasa untuk berkata. Untunglah tetangga Viona orang baik, pasangan suami istri yang sudah paruh baya itu kebetulan tak punya anak, sehingga mau merawat Viona dan menganggapnya cucu sendiri. Bahkan mereka merasa senang ayah Viona tak kembali menjemput anak itu.
Viona kecil memanggil keluarga barunya dengan sebutan kakek dan nenek, gadis kecil itu merasa bahagia mendapatkan kasih sayang utuh dari kedua orang tua barunya. Namun, Lagi-lagi kebahagia Viona tidak bertahan lama, dua tahun kemudian sang kakek meninggal dunia. Sejak saat itu, Viona kecil dan Nenek Utari bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Viona tersadar dari lamunannya, Viona tak ingin berpikir panjang lagi. Mungkin memang ini takdir yang harus ia lalui. Tak ada alasan lagi untuk ia berlama-lama di rumah mewah itu, semua yang disampai oleh Alex benar adanya. Kakek Volcan telah tiada dan tugasnya pun telah selesai.
Viona menghapus air matanya, gadis itu melangkah ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya yang sembab akibat tangisannya tadi. Selesai mencuci muka, Viona langsung memasukan semua barangnya kedalam tas.
Sama seperti saat awal ia masuk ke dalam rumah mewah itu, Viona keluar pun hanya membawa sebuah travel bag kecil yang berisi baju-bajunya.
Bahkan barang-barang pemberian mendiang Kekak Volcan pun tidak ia bawa satupun, termasuk black card dari Kakek Volcan dan ATM yang baru saja Alex berikan padanya.
Viona melangkah keluar rumah mewah itu tanpa menoleh kebelakang sedikit pun, ia ingin segera meninggalkan kenangan baik ataupun burung dari rumah itu. Viona sudah siap kembali menjalankan hidup seperti sebelumnya.
Keadaan rumah yang sepi membuat Viona bisa pergi tamba hambatan siapapun.
...****************...
"Vio minta maaf, Kek. Vio nggak bisa turuti permintaan Kakek untuk tetap tinggal bersama, Alex. Tapi Vio janji akan sering mengunjungi kakek disini" ucap Viona.
Saat ini, gadis itu sedang duduk disamping makam Kakek Volcan. Viona ingin berpamitan sebelum pergi.
Raut wajahnya terlihat sedih, bayangan saat pertama kali bertemu dengan Kakek Volcan pun kembali terlintas dalam ingatannya.
Di sebuah restoran sederhana, Viona sedang melakukan pekerjaannya. Sebagai seorang waiters, sudah menjadi tugas dan tanggung jawabnya melayani dan membersikan meja setelah para tamu pulang.
Saat sedang serius membersihkan meja, seorang kakek tua masuk bersama empat orang ajudannya. Viona dengan ramah memberi salam dan mempersilan kakek tua itu duduk, bahkan Viona menarikan kursi untuk kakek tersebut. Tak lupa dengan seyuman manis yang selalu terpancar dari bibir mungilnya.
Kakek tua merasa senang dan langsung terkesan pada sikap ramah Viona, kakek tua pun meminta Viona untuk melayaninya makan.
Sejak siang itu, kakek tua selalu menghabiskan waktu makan siangnya di restoran tempat Viona bekerja. Pria tua itu tak segan meminta Viona menemaninya makan, bahkan kakek tidak keberan membayar sepuluh kali lipat, asal Viona bisa duduk dan makan bersamanya.
Seiring berjalannya waktu, Kakek tua dan Viona semakin akrab. Setelah mendengar kisah hidup dan perjalanan hidup Viona yang berjuang demi kesembuhan neneknya, kakek semakin yakin untuk menjodokan Viona dengan cucunya. Kakek percaya gadis pekerja keras seperti Viona bisa membawa cucunya jauh lebih baik lagi.
"Jadilah cucu mantu kakek, kakek janji akan menanggung semua biaya perawatan nenekmu dan memberikan kehidupan yang kayak untuk kalian berdua"
Viona yang saat itu sedang dalam kesulitan, berpikir sejenak dan langsung menerima tawaran Kakek Volcal. Kapan lagi kesempatan baik ini datang? Viona hanya pelayan reston yang mengandalakan uang lembur, ditamba kejar part time saat malam atau mengambil kerjaan tambahan ketika libur, darimana Viona bisa dapat uang banyak untuk perawatan penyakit gagal ginjal yang diderita oleh sang nenek?
Viona tak punya pilihan, apapun yang terjadi gadis itu siap menghadapinya. Termasuk permintaan Alex yang tak masuk akal, saat kakek tua mengajaknya bertemu untuk membahas pernikahan mereka.
"Aku akan menikahinya, tapi dengan satu syarat. Kakek harus merestui hubunganku dan Jessica" ucap Alex.
berjuanglah sendiri jangan mengharapkan keluarga yg tak menganggapmu