Sebuah kecelakaan merenggut pengelihatannya. Dia merupakan dokter berbakat yang memiliki kecerdasan tinggi, tampan dan ramah menjadi pemarah.
Beberapa perawat yang dipekerjakan selalu menyerah setiap satu pekan bekerja.
Gistara, gadis yang baru lulus dari akademi keperawatan melamar, dengan gaji tinggi yang ditawarkan dia begitu bersemangat. Hampir menyerah karena tempramen si dokter, namun Gista maju terus pantang mundur.
" Pergi, adanya kamu nggak akan buatku bisa melihat lagi!"
" Haah, ya ya ya terserah saja. Yang penting saya kerja dapet gaji. Jadi terserah Anda mau bilang apa."
Bagaimna sabarnya Gista menghadapi pasien pertamanya ini?
Apakah si dokter akan bisa kembali melihat?
Lalu, sebenarnya teka-teki apa dibalik kecelakaan yang dialami si dokter?
Baca yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dokter dan Perawat 27
" Selamat pagi Dokter Eida."
" Selamat pagi juga, gimana pasien yang operasi kemarin?"
Eida memulai aktivitasnya dengan senyum yang lebar. Dia tampak bersemangat, terlebih saat ini semua orang terlihat menyukainya. Eida yang ramah, Eida yang menyenangkan, Eida yang humble dan bisa diajak untuk bercanda dan juga berkumpul.
Eida menjadi oase di departemen bedah yang sangat sibuk. Terlebih pimpinan dan wakil pimpinan mereka orang yang kaku.
Han mungkin tidak terlalu, karena Han meskipun keras dan tegas dia terkenal ramah. Hanya saja Han sulit untuk diajak berkumpul. Sedangkan Hasim, dia lebih parah atau bisa dibilang sangat parah. Hasim bukanlah tipe atasan yang keras namun dia sama sekali tidak punya hubungan yang baik dengan para bawahan.
Dengan alasan istri, Hasim selalu menolak ikut dalam kegiatan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.
" Dokter Eida beneran juara ya?"
" Bener, haah apa jadinya departemen kita kalau nggak ada Dokter Eida."
Beberapa orang yang bekerja dibawah departemen bedah setuju bahwa Eida merupakan dokter yang bisa membuat departemen bedah lebih berwarna. Meskipun kondisi di tempat tersebut crowded namun Eida mampu membuat semuanya menjadi lebih terkondisi.
" Kayaknya yang cocok jadi pimpinan tuh Dokter Eida deh dari pada Dokter Hasim. Dia lebih bisa ngayomi ya nggak sih."
" He em, gue setuju. Kalau Dokter Han nggak bisa balik lagi penglihatannya, mending Dokter Eida yang naik dari pada Dokter Hasim."
Sepagian itu, topik utama departemen bedah adalah membicarakan tentang Eida. Dimana Eida tentu saja mendengarnya. Bohong kalau dia tidak mendengar karena semua orang berbicara dengan begitu jelas.
Dan apa yang terjadi, bagaimana reaksi Eida? Dia tersenyum, tersenyum dengan sangat lebar dan begitu puas. Tanpa banyak berbuat apa-apa, tanpa melakukan sesuatu yang berlebihan dia mampu menggiring opini seluruh departemen bedah dengan sikapnya.
" Bagus, nggak sia-sia selama ini gue usaha. Beneran membuahkan hasil sesuai apa yang gue mau. Ya, gue orang biasa dan status yang biasa juga bisa UP. Dan bukan hanya mereka-mereka aja yang punya keturunan 'wah' buat ada di posisi tinggi. Sebentar lagi, ya sebentar lagi gue yakin gue bakalan bisa berada di posisi itu."
Eida menaikkan dagunya, ia berjalan dengan penuh percaya diri. Dan dia semakin berbangga diri ketika melihat junior-juniornya menundukkan kepala untuk menyapanya.
Tak tik tak tik
" Oooh semakin meyakinkan. Tapi nggak boleh lengah. Terus awasi orang itu."
Alex menyeringai, dia membaca laporan dari anak buahnya yang ia perintahkan untuk mengawasi Eida mulai hari ini.
Bukan hanya laporan secara tertulis tapi orang tersebut juga mengirimkan video yang semakin menambah keyakinan tentang dugaan mereka.
Alex melanjutkan kembali perjalanannya. Ya saat ini dia sedang menyusuri lorong dan kemudian menaiki lift untuk menuju ke ruangan seseorang. Misi yang akan ia lakukan bersama Han dan Gista harus segera mendapat jawaban. Meskipun itu bukan hal sulit tapi jika dia membicarakannya dengan orang yang akan ia temui maka pasti ia harus menceritakan asal muasalnya.
Namun Alex tidak khawatir, karena dia terlebih dulu sudah meminta izin kepada Han terkait hal tersebut.
" Selamat pagi Pak Direktur, saya datang untuk mendiskusikan sesuatu."
Pletak
Bukannya sapaannya dibalas dengan lembut, tapi Alex malah mendapat keplakan tepat di kepalanya.
" Ayah ih sakit tahu."
" Preeet, boong banget kamu. Pala mu kejedot pintu aja kamu nggak bakalan kesakitan kok. Sekarang duduk, Riealex Bisma Dewandaru beberapa hari ini apa yang kau lakukan hah! Ayah jarang banget lihat kamu di rumah."
Ya beberapa hari ini memang Alex jarang ikut makan bersama dengan keluarganya, sehingga ayahnya nampak kesal. Alex menyandang nama Dewandaru bahkan nama tengahnya diambil dari nama depan kakek buyutnya. Ayah Alex bernama Fatah Washa Dewandaru. Fatah merupakan putra kedua dari Fawwas dan Aara.
Alex tidak mewarisi keahlian kedokteran dari kakek maupun kakek buyutnya. Dia memilih mengikuti jejak sang ayah yang mengurusi rumah sakit di bidang administrasi. Alasan yang Alex gunakan sama persis seperti Fatah, siapa yang akan mengurusi rumah sakit jika semuanya menjadi dokter.
" Yah, ada sesuatu yang harus aku sampaikan. Ini soal Han. Han minta aku buat ngadain acara buat dia. Semacam seminar atau sejenisnya."
" Woaaah, Han udah mau muncul? Alhamdulillah Ayah ikut seneng Lex. Tapi ini kayak dadakan gitu, dari rumor dia jadi tempramental. Dan kamu juga susah kan buat nemuin dia."
" Yups, Ayah betul banget. Nah alesan Han tiba-tiba minta dibuatin acara kerena ... ."
Alex mulai menjelaskan semuanya kepada sang ayah. Mulai dari awal hingga akhir. Mulai dari kecurigaan mereka hingga rencana dibalik acara yang akan mereka lakukan.
Fatah amat sangat terkejut, bagaimana tidak, putra dari temannya itu ternyata mengalami kejadian kecelakaan yang tidak wajar. meskipun itu baru dugaan dari anak-anak, tapi tetap saja membuat hati Fatah terluka. Terlebih kejadian itu dimulai dari rumah sakit mereka.
" Apa Dokter Sai dan Hyejin sudah tahu?"
" Belum, Han belum mau memberitahu kepada mereka. Karena ini masih sebatas dugaan, dan belum ada bukti yang jelas. Pasti Han juga punya alasan lainnya kenapa masih memilih diam. Tapi yang jelas Yah, Ayah ngizinin kan aku buat acara untuk Han?"
" Lakukan, lakukan semua yang bisa dilakukan. Ayah dukung kalian. Tapi alangkah lebih baik untuk memberitahu orangtua Han lebih cepat."
Alex mengangguk, ia akan menyampaikan hal tersebut kepada Han. Tapi yang terpenting saat ini adalah pembuatan acara itu. Izin sudah di dapat, kini dia dan Han hanya perlu menyusun rencana mereka.
Alex pun buru-buru untuk memberitahu Han. Ia mengambil ponselnya di dalam saku dan berbicara dengan Han sambil berjalan dari ruangan ayahnya menuju ke ruangannya sendiri.
Dugh
" Maaf."
" Maaf Pak Alex, saya tidak sengaja."
Alex mengerutkan alisnya tapi sedetik kemudian ia tersenyum ketika melihat siapa orang yang tanpa sengaja bersenggolan dengannya.
" Waah tumben nih Dokter datang ke lantai ini?" ucap Alex tanpa mematikan sambungan teleponnya dengan Han.
" Ah iya, ada sedikit urusan. Dokter Kepala meminta perwakilan dari departemen bedah untuk datang."
" Oh gitu, kok kamu yang datang bukannya Dokter Hasim, bukannya Dokter Hasil saat ini adalah wakil pimpinan ya? Oh kali Dokter Hasim lagi-lagi sibuk karena urusan pribadi. Hmmm nggak bener."
Gluph!
Eida kesusahan menelan saliva nya sendiri. Bertemu Alex, orang yang memiliki tingkat ke-anti-an dengan orang miskin itu membuat Eida kesal sekaligus tagus. Terlebih tatapan Alex saat ini seperti predator yang sedang berhadapan dengan mangsanya. Meskipun bibir Alex tersenyum, namun itu adalah senyuman yang membuat tubuh bergidik.
" Ya sudah silakan lanjutkan perjalanan mu Dokter Eida."
" T-terimakasih Pak Alex."
Drap drap drap
Eida berjalan dengan sedikit lebih cepat. Dia merasa enggan berlama-lama bicara dengan Alex, lebih-lebih itu hanya berdua.
" Sialan, kenapa juga aku harus ketemu anak orang kaya yang manja itu. Huh!"
TBC
Mantul thor 🥰🥰🥰
Lanjuut