ketika anak yang di harapkan tak kunjung datang,lantas haruskah seseorang menyalahkan orang lain karena dia tidak bisa memiliki anak?
Najwa selalu di hina mandul dan tidak bisa mempunyai anak,hampir sepuluh tahun menikah Najwa tidak kunjung melahirkan seorang anak,segala cara telah ia lakukan tapi tidak membuahkan hasil...
sehingga hinaan itu berujung pemaksaan agar Najwa bisa menerima kenyataan jika Rendi suami dari Najwa di paksa menikah lagi oleh orang tuanya demi ingin mendapatkan sebuah keturunan yang akan mewarisi usaha Rendi.lantas bagaimana Ahir dari cerita ini????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @Dianamega.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 9
..."POV NAJWA"...
sudah dua hari ini Mas Rendi tidak pulang dengan beralasan dia pergi keluar kota untuk urusan kantor yang mendadak, walau aku tahu itu hanya alasan semata untuk membohongi aku Mungkin saja sekarang dia sibuk menyiapkan hari pernikahannya bersama wanita pilihan ibunya itu.
Aku yang kembali teringat omongan Dokter pun segera menghubunginya tidak lama setelah panggilan terhubung Mas Rendi mengangkat panggilanku.
Tidak memakai salam seperti biasa aku langsung saja pada inti dan tujuanku menelepon
"iya hallo sayang" ucap Mas Rendi Entah kenapa darah ini tiba-tiba berdesir mendengar suaranya
"Mas aku rasa kali ini kamu mau ikut denganku untuk cek up program itu. Kamu kemarin tidak mau melakukannya dengan alasan buang-buang waktu"
"kamu kenapa sih mas,apakah kamu sudah tidak mengaggapku istri lagi tapi kamu ingin punya momongan Sedangkan aku harus berusaha sendiri! Kamu bagaimana sih, Mas!"
"Dokter menyarankan kamu juga diperiksa itu juga kalau kamu masih menganggap aku masih istrimu,Kalau bisa kamu hari ini juga cepetan pulang"
"bukannya Kamu sendiri yang bilang kan hanya sehari! Ini sudah dua hari tapi kamu belum juga pulang" ucapku marah
"Maaf kalau kamu capek tapi aku mohon sekali ini saja mas tolong ikuti itu saran dokter. Aku hanya kasih tau kamu saja mas!"
"Kapan emang?" singkatnya dengan nada males,sebegitu panjangnya ocehanku tapi jawabannya sesingkat itu membuatku semakin sakit hati
"sabar Najwa kamu harus berkata lembut biar tau seperti apa hasilnya supaya dia mau ikut cek besok"ucapku dalam hati menahan dongkol
"Besok Mas Kamu mau ya? Semoga saja usaha kita kali ini membuahkan hasil." Nada suaraku mulai melemah
"Baiklah aku tinggal dulu ya Aku butuh istirahat! Mungkin nanti malam aku sudah sampai di rumah"jawabnya langsung mematikan panggilan sepihak
Brengsek kamu mas Benar kan tebakanku Keluar kota itu hanya alasannya. Nanti malam dia sudah sampai katanya. Cih menjijikan
Malam tiba sekitar pukul 20.00 malam, suara mobil Mas Rendi sudah terdengar masuk ke garasi rumah
Jam segini baru tiba,apakah mereka melakukan ena ena terlebih dahulu sebelum mas Rendi pulang,menurut perkiraan ku kalau memang dia pulang dari luar kota tidak akan semalam ini minimal dari sore telah tiba
Aku membiarkan saja dan tidak menyambutnya seperti biasa di depan pintu,aku terlanjur malas melihat wajahnya aku lebih memilih masuk ke kamar dan tidur. Lagipula ada Bik Surti juga yang akan membukakan pintu untuknya
Krek! Tak lama suara pintu kamar terbuka. Mas Rendi seperti meletakan barang di dekat meja cermin
Aku tidak tahu sebab aku dalam posisi membelakanginya. Mas Rendi terdengar membuka pintu kamar mandi. Mungkin ingin berganti pakaian. Sebab tidak beberapa lama dia membaringkan tubuhnya di sampingku
Aku masih mengabaikannya dan memilih untuk benar-benar tidur memejamkan mata mengistirahatkan otakku yang terkuras Ahir Ahir ini memikirkan nasib rumah tanggaku
Keesokan harinya, Aku dan Mas Rendi sudah siap hendak pergi menemui dokter. Walau perjalanan ini hanya sia-sia tidak akan merubah apapun setidaknya aku masih punya kesempatan jalan bareng dengan mas Rendi lagi.
Sedih rasanya saat perlahan aku harus membiasakan diri tanpa Mas Rendi nantinya dan siap-siap terluka dengan beban hati Itupun kalau Mas Rendi tidak membuangku.
Aku bingung apa yang harus aku lakukan tabunganku selama bekerja sudah habis untuk merenovasi rumah ini dan membangun usaha yang sekarang di kelola mas Rendi Kulirik Mas Rendi masih fokus berkendara.
Beberapa jam kemudian, kami telah sampai di rumah sakit. Aku dan Mas Rendi langsung menemui dokter karena kebetulan kami sudah membuat janji sebelumnya Jadi kami tidak perlu mengantri Hingga dua jam berlalu kami pun sudah selesai cek up pada dokter
"Tunggu hasilnya dua hari lagi saya akan berikan data dari labor nanti," ucap Dokter.
"Baik Dok terima kasih," balasku penuh senyum. Dokter beranjak dengan senyum tak kalah hangat Kami pun segera berlalu dari ruangan Dokter.
"Aku harus segera ke kantor Kamu bisakan pulang sendiri tidak usah di antar lagi ke rumah?"ucap Mas Rendi tiba tiba berkata seperti itu menoleh sinis ke arahku.
"Tapi, Mas, kamu kan bisa antar aku sebentar lagian jarak ke rumah kita tidak jauh"
"Gak bisa sayang tolong lah kamu mengerti tidak usah manja nanti aku bisa terlambat! Kamu pulang sendiri ya?" ujarnya terdengar sangat memuakkan
"Baiklah," jawabku sedikit memanyunkan bibir dan tertunduk melihat mas Rendi pergi begitu saja di hadapanku
"sebegitu tidak perdulinya sekarang kamu sama aku mas,belum apa apa perhatianmu sudah teralihkan dengan wanita lain"hatiku sakit melihat mas Rendi pergi buru buru meninggalkan kepalan jemariku yang menatap tajam jejak tanganku
"Benar! Sekarang aku hanya sampah di matamu Mas. Abaikan saja terus!" marahku ikut berlalu menahan buliran air mata yang mendesak ingin mengalir,sebisa mungkin aku menahan buliran air mata ini