Calon Ratu Tangguh

Ivara cuma coba-coba ayah" ucap Ivara bohong mana mungkin Ivara mengatakan yang sebenarnya

"jadi kamu tidak belajar sayang" ucap Duke Albert memastikan

"iya, kan ayah tahu kondisi Ivara selama ini" jawab Ivara menundukkan kepalanya

"oh sayang, putri cantik nya ayah jangan sedih nak, ayah minta maaf " ucap Duke Albert kembali memeluk tubuh putrinya

Cup

"maaf sayang" ucap Duke Albert mencium pucuk kepala putri nya

Ivara hanya mengangguk dan tersenyum, karena sebenarnya Ivara tidak tersinggung sama sekali

"paman Maxim" ucap Ivara baru menyadari ada asisten pribadi ayah nya

"nona muda" ucap Maxim tersenyum menunduk kan kepalanya sopan

"paman juga harus Cobain masakan Ivara" ucap Ivara tersenyum

"terimakasih nona " ucap Maxim tidak menyangka nona nya menyuruh dirinya untuk merasakan masakan nona muda nya

" sebentar biar Ivara ambil kan dulu" ucap Ivara hendak berjalan kearah dapur

"tidak perlu nona" ucap Maxim cepat

"biar saya ambil sendiri" ucap Maxim tidak enak

Mana mungkin Maxim membiarkan nona muda nya mengambil kan untuk diri nya, sudah di kasih dan di ijin kan untuk mencoba masakan nona muda nya itu sudah syukur

"tidak apa-apa, biar Ivara ambil kan" ucap Ivara tidak keberatan sama sekali

"tidak apa-apa sayang, biarkan Maxim ambil sendiri, kamu duduk saja sebentar lagi pasti ke tiga Kakak kamu datang, kita makan siang bersama Hem" ucap Duches Seina

"benar sayang kamu duduk ya" sahut Duke Albert menuntun putri nya untuk duduk di kursi nya

"Max kamu pergilah, Ambil sendiri ke dapur" ucap Duke mengibaskan tangannya

"baik Duke, saya permisi " ucap Maxim menunduk kan kepalanya sopan

Benar saja tidak sampai lima menit tiga pria Tampa memasuki ruang makan, mereka adalah kakak-kakak Ivara

"bau harum apa ini, kenapa sedari tadi aku mencium baru harum seperti ini" ucap Garfield berjalan kearah meja makan di ikuti ke dua kakak nya, Alfred dan Edmund

"kakak" ucap Ivara tersenyum melihat ke tiga Kakak nya

Cup

Cup

Cup

ketiga kakak Ivara bergantian mencium adik mereka

"ayo kalian duduk, kita makan siang" ucap Duches Seina mengkomandoi anak-anak nya untuk segera duduk di kursi mereka

"apa ini?" tanya Alfred melihat semangkok bakso dan segelas es teh

"ini masakan adik kalian, kalian harus Coba" jawab Duches Seina semangat

"Ivara yang masak?" tanya Edmund menaikkan sebelah alisnya

"tentu saja putri ku yang Cantik ini yang memasak ini semua" jawab Duke Albert bangga

ketiga kakak-kakak Ivara saling pandang, apalagi melihat raut wajah kedua orang tua nya yang nampak sangat bersemangat, mereka jadi penasaran seperti apa rasa masakan adik nya, karena seumur-umur mereka baru melihat bentuk makanan seperti masakan adik nya ini, terlihat aneh tapi kalau dari bau nya sangat harum

"ayo kita makan" ucap Duke Albert tidak sabar ingin kembali merasakan rasa masakan putri nya yang tadi sempat Duke Albert icipi

Mereka semua mulai memakan bakso mereka, ke tiga Kakak Ivara membelalakkan matanya saat pertama kali merasakan sensasi gurih dan lezat dari suapan pertama bakso nya, mereka tidak menyangka makanan yang berbentuk aneh tadi bisa se enak ini

Sedangkan Duke Albert dan Duches Seina begitu lahap memakan bakso mereka, ini adalah makanan terenak yang pernah mereka makan, untuk Ivara sendiri hanya tersenyum kecil sambil terus memakan bakso

"not bad" batin Ivara

(tidak buruk)

"ini enak sekali" ucap Edmund takjub

"benar bola-bola nya juga enak, terasa seperti daging tapi lembut" sahut Garfield menyuapi satu butir bakso ke dalam mulut nya

"Hem, kuah nya juga sangat gurih dan lezat" Sahut si Sulung Alfred menikmati sensasi rasa kuah bakso nya

"ini beneran kamu yang masak cil?" tanya Garfield masih tidak percaya

"iya" jawab Ivara menganggukkan kepalanya

"bener?" tanya Garfield lagi

"bener, Ivara yang masak " ucap Ivara lagi

"tidak percaya " ucap Garfield menjahili adik nya

"bunda" rengek Ivara karena kakak nya tidak percaya

"tidak apa-apa sayang, biarkan saja kakak jelek mu itu tidak percaya, nanti kalau kamu masak lagi tidak usah di kasih " ucap Duches Seina menatap kesal putra ketiga nya

"bener kata bunda mu sayang, biarkan saja kakak mu itu" sahut Duke Albert mengelus rambut panjang putri nya

"mampus" ucap Edmund berbisik pelan pada Garfield

"eh eh bukan begitu maksud kakak" ucap Garfield panik

" kakak percaya kok, tadi kakak cuma bercanda " lanjut Garfield

Ivara melipat kedua tangannya melihat kearah kakak nya dengan mengembungkan kedua pipi nya, terlihat sangat lucu dan menggemaskan

"imut nya" batin Garfield melihat adiknya Gemes

Bukan hanya Garfield yang Gemes melihat Ivara, Duke Albert, Duches Seina, Alfred dan Edmund juga merasa Gemas, Ivara terlihat sangat lucu dengan ekspresi seperti itu

Cup

"kenapa Gemes banget sih sayang" ucap Duches Seina mencium pipi putri nya karena sudah tidak tahan dengan ke Gemesan putri nya

"Cil maafin kakak ya" ucap Garfield melihat kearah Adik

" iya" jawab Ivara malas karena masih merasa kesal dengan kakak nya

Tidak tahu dari mana datang nya sifat Childish Ivara, padahal waktu di dunia nya dulu saat menjadi Alana, Ivara merupakan orang yang cukup dewasa baik dari segi pemikiran dan juga tingkah laku nya, tapi tidak tahu kenapa semenjak Alana bangun di tubuh Ivara sifat manja nya keluar, mungkin itu karena di kehidupan pertama nya Ivara tidak merasakan kasih sayang orang tua

Ivara Marasa kehidupan nya yang sekarang lebih terasa indah dan hidup, Ivara bisa meng ekspresi kan semua yang Ivara rasa kan, tidak jarang juga Ivara bersikap manja pada Duke Albert dan Duches Seina, kadang juga Ivara juga bisa bersikap manja dengan kakak nya

"udah ayo lanjut lagi makan nya" ucap Duches Seina

Mereka semua kembali fokus pada makanan mereka semua, tidak ada obrolan selama mereka makan hanya terdengar dentingan sendok dan mangkok

Gleg

Gleg

Gleg

"apa ini kenapa rasanya begitu segar dan dingin" ucap Alfred meminum es teh nya hingga tandas

"rasa nya seperti teh, tapi ini beda" lanjut Alfred susah menjelaskan apa yang beda dengan minuman nya

"itu memang teh kak" sahut Ivara

"teh?" ucap Alferd mengulangi perkataan adik nya

"iya, teh di campur dengan es batu maka nya rasa nya dingin dan segar" ucap Ivara lagi

"dan ini, kamu juga yang buat?" tanya Alfred melihat kearah adik perempuan nya

"iya" jawab Ivara tersenyum kecil

"wah wah wah, kakak tidak menyangka ternyata adik kecil kakak ini sangat pandai memasak dan membuat minuman" ucap Alfred bangga pad adik nya