Rasa cinta yang sangat besar pada Gentala Wiliam Manggala membuat Alena secara ugal ugalan mengejar cintanya. berkali kali di tolak tidak membuat gadis itu menyerah, hingga suatu hari dia mendengar kalimat menyakitkan dari Wiliam.
"wajar kau bertanya seperti itu? kau pikir aku semurah itu? aku hanya kasihan karena hidupnya menyedihkan, paham!!" -kalimat Wiliam yang secara tidak sengaja menghancurkan hati Alena.
bukan, bukan karena di tolak lagi, tapi kalimat yang mengatakan 'hanya kasihan karena hidupnya menyedihkan' membuat Alena runtuh.
sore itu di tengah hujan deras Alena terlibat kecelakaan maut hingga gadis itu di larikan ke rumah sakit.
ajaibnya, setelah satu Minggu di rawat, Alena kembali tersadar, tapi yang membingungkan Alena tersadar di raga orang asing bernama Nadira Fernandez, seorang gadis yang di kucilkan oleh keluarganya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluBerkarya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
mereka saling kenal?
"dia siapa?" tanya Wiliam cemas sendiri tak kala melihat gelagat Alena yang seperti orang panik.tidak mendapat jawaban dari pertanyaannya,Wiliam menoleh dan kaget saat Alena sudah tidak lagi berada di belakangnya. Gadis itu berlari mengumpet di kamar mandi.
dia kenapa? Guman Wiliam dalam hati,hari ini pertama kalinya dia melihat Alena berlaku aneh seperti itu. Belum juga terjawab rasa penasarannya, dua orang dokter yang bertugas khusus mengambil alih perawatan Alena selama ini masuk begitu saja. Tidak hanya dua dokter itu, seseorang wanita paruh baya yang baru pertama kali Wiliam lihat ikut serta masuk kesana.
"selamat siang tuan muda" dokter itu memberi salam sembari menunduk hormat pada Wiliam selaku anak pemilik rumah sakit. tidak menjawab, Wiliam hanya mengangguk tenang. Wajahnya berubah seratus delapan puluh derajat saat menghadapi Alena tadi dan saat menghadapi dokter dokter itu .
"anda siapa?" suara kaku Wiliam beralih bertanya pada wanita tua itu yang hanya diam menatap raga Alena. wanita itu sedikit gelagapan, berhadapan dengan orang yang sangat berpengaruh memang membuatnya gugup setengah mati.
"saya ibu panti di tempat Alena dulu tuan, saya datang menjenguknya" ujar Wanita itu dengan senyum lembut. Wiliam mengangguk, sekarang dia tahu alasan gadis itu mengumpet di kamar mandi. Tidak banyak pembicaraan, Wiliam memantau proses pemeriksaan dokter dengan mata tajamnya.selesai memeriksa raga Alena yang tidak ada perkembangan sama sekali, dokter itu pamit keluar. Wiliam menatap bingung saat salah satu dokter dan ibu panti masih berdiri disana, hingga Wiliam berdehem memberi kode pada mereka untuk segera keluar.
.
.
"katanya dia datang hanya pada malam hari, tapi kenapa dia disini sekarang man?" dumel wanita yang mengaku ibu panti tadi.saat ini mereka berjalan di lorong rumah sakit setelah tadi Wiliam secara tidak langsung mengusir keduanya.
"iya memang begitu biasanya, baru hari ini dia datang siang,,tapi tidak apa apa, masih ada lain waktu" jawab dokter tersebut tersenyum miring.
"tapi selama ini kamu tidak pernah lupa dengan tugasmu kan? Ingat kata nyonya jangan pernah absen seharipun!" ujar wanita paruh baya itu menambahkan. sang dokter hanya mengangguk sambil mengacungkan jempolnya.
...----------------...
Alena kembali dari kamar mandi. Matanya memandang kesana kemari memastikan bahwa ibu panti memang sudah benaran tidak berada disana. Bukan takut sebenarnya, hanya saja Alena penasaran apa gerangan wanita tua itu menjenguknya setelah sekian lama mereka tidak bertemu. Harusnya Alena tidak perlu mengumpet karena ibu panti belum tentu tahu tentangnya, karena panik dia melakukan semua itu.
"kenapa pergi ke kamar mandi hm?" suara berat Wiliam kembali terdengar, Alena belum menjawabnya sama sekali, lama memastikan keadaan sekitar, gadis itu kemudian menarik nafas panjang lalu membuangnya secara kasar, tidak lupa dia mengelus dadanya.
"dia sering kesini?" tanya Alena memastikan. Wiliam menggeleng pelan, soal itu dia tahu karena memang ada anak buah bayangan suruhan deddynya yang selalu memantau ruang rawat Alena. Selama ini tidak ada orang lain selain dua dokter itu yang selalu mendatangi tempat rawatnya.
"syukurlah" ujar Alena lirih. Wiliam memandang lekat wajahnya, wajah yang sangat cantik membuatnya tidak bosan untuk dilihat setiap hari.
"kenapa melihat seperti itu??" tanya Alena kembali ke mode galaknya,Wiliam tersentak tapi tidak mengubah pandangan matanya.
"cantik..." ujarnya tanpa sadar kembali mengikis jarak pada gadisnya.
"tentu saja aku cantik, berbeda dengan gadis yang sedang terbaring itu, hidupnya aja menyedihkan seperti ini.." seolah mendapat sindiran Wiliam menelan ludah kasar. Tidak dia sangka bahwa Alena akan kembali mengungkit kesalahannya saat itu.
Grepp
Dengan cepat Wiliam kembali merengkuh tubuh mungilnya, "maafkan aku.." bisiknya dengan suara berat.
"ihh awas!!! Aku mau pulang!" bentak Alena tidak di hiraukan oleh pria itu, dia masih betah memeluk dengan kepalanya sudah menunduk di ceruk leher jenjang Alena. Sapuan nafas pria itu terasa sekali di lehernya.Alena mematung sejenak,jujur ini adalah suatu hal yang selalu dia dambakan sejak dulu yaitu berada dalam dekapan posesif laki laki tampan tersebut.
"pulangnya sama aku hmm" ujar Wiliam lagi.tidak seperti biasanya dia datang akan selalu menghabiskan air matanya menangisi raga Alena yang tidak pernah mendengarkan permohonan maafnya, kali ini Wiliam datang bahkan tidak mendekat ke arah sana sejak tadi. Pandangan matanya selalu fokus melihat gadis itu.
"aku pulang sendiri, lagi pula aku bawa motor kesini tadi!!" balas Alena masih belum berubah, masih ada nada jutek di setiap kalimatnya.
"kamu harus pulang bersamaku, kalau tidak maka kita menginap disini malam ini titik!!" Wiliam kembali dengan sikap otoriternya, nada dingin dan datar kembali terdengar begitu saja. Alena berbalik menatap tajam mata elang pria itu.
"kenapa?? Kenapa kamu begini sekarang? Apa karena aku berada di tubuh cantik dan seksi ini?? Bagaimana jadinya nanti jika aku kembali ke tubuh itu?? bagaimana hah?" tanya Alena masih memikirkan banyak kemungkinan yang bisa saja terjadi di masa depan.
Wiliam menggeleng, mau dimanapun Alena berada nantinya dia akan tetap mencintai gadisnya itu.sungguh dia telah menjilat ludahnya sendiri, penolakan yang selalu dia ucapkan dulu seolah menamparnya berkali kali sekarang.
"bukan,bukan begitu Ale,,, aku akan tetap mencintaimu dimana pun penempatanmu, aku berjanji" ujarnya dengan cepat.
Tidak lagi menanggapi, Alena memakaikan kembali jaketnya hendak pulang.
" aku yang antar!!!" perintah Wiliam masih tetap sama, dia beralih ke ranjang Aurora, mengangkat tubuh gadis kecil itu kedalam gendongannya, kemudian menyusul Alena yang sudah lebih dulu berlalu dari sana.
"sudah di bilangin, aku pulangnya bawa motor sendiri,,kalian pulang ke rumah saja!!" ujar Alena saat sudah sampai di parkiran,Wiliam tidak peduli, dia masih memaksa Alena pulang bersamanya.
"eh tunggu.." mata Alena melihat sebuah objek yang tidak asing di tempat parkir.
"kenapa?" tanya Wiliam yang ikut menatap ke depan mengikuti pandangan Alena. "bukankah dia ibu panti yang tadi?" tanya Wiliam lagi. Ya, yang mereka lihat adalah ibu panti yang sedang asik mengobrol dengan seseorang.
"iya aku tau,, tapi mereka salin kenal?" ujar Alena lagi yang sangat mengenali kedua orang itu.
"emang kamu tahu wanita yang satunya?" tanya Wiliam lagi, tidak berminat membahas mereka sebenarnya,tapi demi Alena dia jadi ikut ikutan seperti orang kepo kayak gini.
"hmm kenal, dia teman berantem aku di rumah,, tapi kenapa bisa dia berada disini??" membingungkan tentu saja, apalagi keduanya terlihat sangat akrab, nyaman bercerita.
Aku harus caritahu semuanya...
guman Alena dalam hati,tidak ingin ketahuan memperhatikan mereka, Alena tanpa di suruh masuk ke dalam mobil Wiliam.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...