Di masa putih abu-abu, Juwita dan Calvin Cloud menikah karena kesalahpahaman. Calvin meminta Juwita untuk menyembunyikan status pernikahan mereka.
Setelah lulus sekolah, Calvin pergi ke luar negeri untuk menempuh pendidikan. Sedangkan Juwita memilih berkuliah di Indonesia. Mereka pun saling menjauh, tak memberi kabar seperti kebanyakan pasangan lainnya.
Lima tahun kemudian, Juwita dan Calvin dipertemukan kembali. Calvin baru saja diangkat menjadi presdir baru di perusahaan Lara Crop. Juwita juga diterima menjadi karyawan di perusahaan tersebut.
Akan tetapi, setelah bertemu, sikap Calvin tetap sama. Juwita pun menahan diri untuk tidak memberitahu Calvin jika beberapa tahun silam mengandung anaknya.
Bagaimanakah kelanjutan hubungan Juwita dan Calvin? Apakah Juwita akan tetap merahasiakan buah hatinya, yang selama ini tidak pernah diketahui Calvin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ocean Na Vinli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Cemburu
Juwita terpaku di tempat. Sementara di sampingnya, dada Calvin membara, seolah-olah ada kebakaran api di dalam sana. Sorot matanya yang semula datar, kini menjadi dingin ke titik yang paling beku.
'Kenapa hawanya jadi aneh ya?' batin Juwita sejenak tatkala dapat merasakan hawa di sekitar menjadi dingin.
Dalam hitungan detik, Juwita cepat-cepat menarik tangannya lalu berkata,"Selamat pagi Pak Gustav, sebaiknya kita langsung saja membicarakan soal kerjasama."
"Sekretarisku benar, sebaiknya kita langsung membicarakan kerjasama," timpal Calvin, disertai seringai tipis di bibir.
Gustav mengulas senyum. Merasa lucu dengan reaksi Calvin saat ini. Terlebih dia dapat melihat tatapan mengintimidasi dari Calvin.
"Oh my, come on Calvin, kita ini kan teman kuliah. Sekadar basa-basi saja dulu agar pembicaraan kita nanti tidak kaku dan bisa berjalan dengan baik."
Namun, respons Calvin membuat Gustav akhirnya mengalah, Calvin malah mendengus dingin.
"Oke-oke, mari kita duduk dulu." Gustav lantas melangkah kembali menuju meja dan menjatuhkan bokong ke kursi.
Juwita dan Calvin pun melakukan hal yang sama, duduk berseberangan dengan Gustav.
"Aku tidak menyangka akan bertemu denganmu di sini, padahal aku berharap kamu dapat menungguku sebentar kemarin, ngomong-ngomong namamu siapa?"
Baru saja Juwita membuka laptop, Gustav sudah mengajukan sebuah pertanyaan, yang membuat tatapan Calvin semakin dingin. Gustav tak peduli dengan keberadaan Calvin, menganggap teman kuliahnya itu hanya lah sebuah patung.
Juwita tersenyum kaku "Namaku Juwita Pak." Sebagai sekretaris, tentu saja Juwita harus bersikap profesional dan menanggapi Gustav. Meskipun saat ini dia kebingungan karena atmosfer di sekitar terasa makin mencekam.
"Hm, nama yang cantik, secantik orangnya. Tunggu sebentar, apa temanku ini yang kamu katai mesum kemarin?" Gustav terkekeh pelan, melirik sekilas ke arah Calvin, yang sejak tadi diam-diam mendengar pembicaraan mereka.
Sontak, perkataan Gustav, membuat garis tiga lipatan muncul di kening Calvin.
Berbeda dengan Juwita mulai panik. Dia memberi kode pada Gustav untuk jangan berbicara tentang umpatan kesalnya kemarin. Tapi, sayangnya Gustav tidak mengerti bahasa isyarat yang diberikan Juwita.
"Apa maksudmu, Gustav?" tanya Calvin, amat penasaran.
"Oh my, ini lucu sekali, apa kamu tahu Calvin? Kemarin saat aku di apartmentmu, aku pikir Juwita mengatai aku mesum, tapi ternyata kamu yang dia bilang mesum, aku tidak tahu apa yang kamu lakukan sampai sekretarismu ini marah-marah padamu dan mengatai kamu mesum," terang Gustav, masih tertawa pelan.
Calvin enggan membalas. Namun, terjawab sudah siapa pria yang berbicara dengan Juwita kemarin. Calvin justru menoleh ke samping, memandang Juwita dengan tatapan menyelidik.
'Mampus aku! Semoga saja tidak ada hal aneh yang terjadi nanti.' batin Juwita lalu melempar senyum hambar kepada Calvin pula.
"Benar-benar lucu, oh ya Juwita, apa kamu sudah punya kekasih?" tanya Gustav, ketertarikannya pada Juwita semakin bertambah.
"Belum—aw!" Juwita tersentak ketika kakinya diinjak di bawah meja, dan dapat dipastikan yang menginjak kakinya adalah Calvin.
Secepat kilat Juwita menggerakkan kepala ke samping. Melihat Calvin melototkan mata. Juwita tak tahu bila Calvin menahan amarah.
'Dia kenapa sih? Bukannya dia yang memintaku menyembunyikan hubungan ini.' batin Juwita kembali.
"Kamu kenapa, Juwita?" tanya Gustav heran sekaligus senang karena Juwita belum memiliki kekasih.
Juwita mengalihkan pandangan ke depan kemudian mengulas senyum tipis. "Tidak kenapa-kenapa Pak, aku baik-baik saja tadi tidak sengaja gigit lidah sendiri."
"Lain kali hati-hati dalam berbicara, aku tidak mau kamu terluka, jadi benar kamu belum punya kekasih kan?"
"Ben—"
"Hentikan obrolan tidak berbobot ini, bisakah kita langsung ke inti pertemuan, aku tidak punya banyak waktu," potong Calvin segera dengan mimik muka masam.
Gustav mengerlingkan mata sesaat. "Ck, dasar perusak kesenangan."
Calvin mendengus dingin.
"Iya, iya, mari kita mulai, sekretarisku belum datang, dia kusuruh tadi mengerjakan sesuatu, jadi akan datang ke terlambat. Silakan Nona Juwita lakukan tugasmu."
Juwita mengangguk lalu mulai melakukan tugasnya. Dia menjelaskan apa saja isi kerjasama yang ditawarkan perusahaan Lara Crop. Di sepanjang presentasi, Calvin semakin cemburu kala melihat Gustav tak melepaskan pandangannya dari Juwita.
"Jadi begitu lah Pak kerjasama yang akan kami tawarkan, apa Bapak ada pertanyaan? Jika ada yang kurang jelas, tanyakan lah."
Tiga puluh menit kemudian, Juwita telah selesai memberi presentasi pada Gustav. Dia sangat berharap Gustav dapat menerima tawaran dari perusahaan. Sebab jika kerjasama disepakati, maka perusahaan Lara Crop akan mendapat keuntungan berlipat ganda.
Gustav tak menjawab, sibuk memandangi Juwita dengan mata tak berkedip-kedip sejak tadi. Pesona Juwita membuatnya tak bisa berpaling sedikit pun, hingga dia tidak fokus mendengarkan penjelasan Juwita.
"Pak Gustav?" Juwita menegur sambil mengerutkan dahi.
Sementara Calvin tahu apa yang terjadi pada Gustav, mendengus dingin.
"Ya sudah lah kalau kerjasama yang kami tawarkan tidak menarik di matamu, ayo kita pulang, Juwita," kata Calvin hendak beranjak dari kursi.
Namun, Gustav membuat gerakkan kaki Calvin terhenti.
"Maaf, maaf, aku kurang fokus tadi, iya, aku menerima tawaran kerjasamamu, tunggu sekretarisku datang aku akan menandatangani surat kontrak," ungkap Gustav kemudian.
"Baik Pak, terima kasih!" Juwita terlihat sangat senang karena akhirnya kontrak kerjasama disepakati.
"Sama-sama!" Gustav tersenyum lebar lalu tiba-tiba menjabat tangan Juwita. Seharusnya Gustav terlebih dahulu menyalami Calvin. Tetapi, lelaki itu ingin sekali mengenal Juwita lebih dekat.
Juwita pun membalas jabatan tangan Gustav sambil melempar senyum manisnya itu. Hal itu membuat kecemburuan Calvin semakin menggunung. Calvin tiba-tiba menyentak kasar tangan Gustav dan Juwita yang bertautan sejak tadi hingga sekarang jadi terlepas.
Juwita dan Gustav tampak terkejut.
"Tidak usah lama-lama ini bukan acara ramah tamah," kata Calvin, sangat ketus.
Juwita tersenyum meringis, perhatiannya teralihkan dengan bunyi ponselnya di atas meja. Secepat kilat Juwita melirik, melihat nama kontak Pak RT tertera di layar ponsel. Juwita menebak bila Chester lah yang meminta Pak RT untuk menghubunginya.
"Permisi Pak Calvin, Pak Gustav, aku mau ke toilet sebentar ya, sekalian mengangkat telepon," kata Juwita lalu cepat-cepat menyambar ponsel.
Calvin dan Gustav serempak mengangguk. Setelah itu Juwita pun bergegas pergi ke toilet. Selepas kepergian Juwita, udara di sekitar kembali dingin.
"Gustav, aku peringatkan padamu untuk jauhi Juwita, asal kamu tahu Juwita adalah istriku," kata Calvin, memandang Gustav dengan sorot mata tajam.
HADEH ini Gustav maksud nya apa bikin panas Calvin???
tapi bagus Juwita udah berani berkata-kata utk melawan Calvin, ayoooo Menyala lah Juwita ku 🔥🔥🔥
harus berani balas kata-katanya Calvin sekarang