Obsesi Mafia kondang pada seorang gadis yang menjadi jaminan hutang kontrak nya dengan ayah gadis tersebut.
Kisah keluarga yang saling menyakitkan namun menyembuhkan kedua nya saat bertemu. Sang kakek yang mempunyai rencana lain untuk menyatukan kedua nya, untuk mengatur Cucu nya dia butuh Gadis itu.
Tak disangka Mafia tersebut membawa gadis itu keluar dari dunia nya yang tidak baik-baik saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon OrchidCho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
My Girls
Masih serius mengolesi salep, Leon pun tersadar dan memegang pergelangan tangan Hana agar menjauh.
"Kau tau, orang yang berani menyentuh wajahku dipastikan tidak akan pernah bisa menggunakan tangannya lagi" ancam Leon.
"Terus?? Kau mau memotong tanganku??" Tantang Hana dengan menatap lurus wajah Leon.
Leon melepaskan genggamannya dan menjauhkan dari Hana. Hana mengalah pun menutup salepnya.
"Tapi.. Ada yang membuatku penasaran. Kenapa kau memberikan aku jeruk secara tiba-tiba??" Tanya Hana yang memiringkan kepalanya untuk melihat Leon dari samping.
"Aku suka jeruk, dan aku punya kebun jeruk di Jeju, dan di Australia" tanpa sengaja Leon menyebutkan buah kesukaannya itu, membuat Hana mempoutkan bibir nya.
"Kenapa aku menyesal setelah bertanya..Inilah kenapa aku tidak suka bertanya pada orang kaya, hartanya tidak pernah ada habisnya" protes Hana.
"Tadi bukannya kau bertanya??" Balas Leon.
Hana mengulum bibirnya sambil tersenyum.
"Tidak.. Ayo kita pulang.. Aku.. Maukah antar aku pulang?? Ini mobil mu??" Hana mengalihkan pembicaraan menunjuk mobil Leon.
Didalam mobil, Leon sedang menyetir namun mereka menikmati keheningan dalam mobil, bahkan Hana sesekali mengagumi dalam mobil mewah milik Leon.
Namun Leon memperhatikan kaca spion depan, memperlihatkan pria itu masih mengikuti dengan mobil.
"Aku ingin bertanya.. Apa aku masih menjadi jaminan??" Tanya Hana.
"Pegangan yang erat" ucap Leon dengan cepat, dan menambah masuk giginya dan menambah kecepatannya.
"Apa??" Ulang Hana namun ia reflek memegang pegangan dekat jendela karena Leon menambah kecepatan nya.
"Tentu saja, kau masih jaminan untukku" jawab Leon yang sembari menyetir dengan gila.
"Ooo.. Ada apa?? Kenapa cepat sekali??" Pekik Hana yang memegang erat pegangan didekat pintu.
Bahkan ia menyalip dengan mudah, karena tangannya sangat lihai dan cepat.
"Apa ada yang mengejar??" Tanya Hana yang terus berusaha stabil duduknya.
"Aku tidak suka terus diawasi" terang Leon yang memasuki mobilnya ke gang.
"Hah??" Bingung dengan jawaban Leon, karena Hana sibuk untuk berusaha tetap tenang.
Dengan skill menyetir luar biasanya, Leon memarkir dengan cepat dicelah beberapa mobil. Dan mematikan mesin dan lampu begitu cepat.
"Sembunyi" perintah Leon, dan diikuti Hana yang langsung merunduk ke bawah, sampai benar-benar ada mobil lain melewatinya dengan cepat.
Dan benar sebuah mobil melaju cepat didepan mobil.
"Kurasa sudah tidak ada" bisik Hana sangat pelan.
Tak menjawab Leon mendekatkan telunjuknya di bibirnya, tanda jangan berisik. Hana menurut tetap diam diposisi.
Perlahan Leon melihat ke arah depan yang tidak ada siapapun, dan diikuti Hana yang merasa lega juga.
"Tadi itu apa?? Sungguhan ada yang mengikuti??" Tanya Hana.
"Iya" singkat Leon yang matanya melirik pakaian yang dikenakan Hana yang memang cukup terbuka dibagian atasnya.
Leon pun melihat jok belakang ada jas hitam miliknya, Leon mengambil nya dan melemparnya ke pangkuan Hana.
"Tutupi tubuhmu" memang terdengar seperti perintah bukan permintaan.
"Aku tidak kedinginan" tolak Hana.
"Pakai saja" terdengar kembali suara rendah Leon yang memerintah. Hana pun melihat tubuhnya sendiri memang pakaian nya agak terbuka ia pun menurut memakai jas Leon.
"Tidak usah pulang malam ini" celetuk Leon.
Membuat Hana tersipu dengan perkataan Leon tiba-tiba, yang berpikir kenapa Leon melarangnya pulang? Apa ingin terus bersamanya??
"Jangan berpikir aneh, mereka pasti membuntuti sampai rumah. Aku punya Villa, malam ini menginap disana" Leon langsung menyalakan mobilnya.
Diperjalanan Hana melipat tangannya didepan dada, tiba-tiba dia jadi pendiam membuat Leon meliriknya sebentar.
"Bagaimana kau bisa tau?? Kalau ada orang yang membuntuti??" Tanya Hana yang dari tadi berpikir. Padahal ia sama sekali tidak menyadari apapun tadi.
Leon mendengus kecil itukah pertanyaannya setelah lama nya dia diam.
"Yaa.. Terkadang terjadi, karena aku punya bisnis yang lumayan berbahaya" terang Leon sambil masih menyetir mobilnya.
"Ahh.. Orang kaya, pasti sumber uang nya tidak hanya satu" tutur Hana yang berpikiran seperti itu.
"Kau tidak penasaran dengan bisnis ku??" Pancing Leon.
"Yang pasti anda menjalankan nya dengan baik" tutur Hana yang tidak perduli.
Leon terdiam beberapa menit, Hana pun juga samanya diam menikmati perjalanan menuju villa milik Leon.
"Aku adalah Mafia" ungkap Leon tiba-tiba.
Hana menahan tawanya setelah mendengar pengakuan Leon yang tiba-tiba.
"Kau tidak percaya??" Tanya Leon.
"Ppfftt.. Bukan begitu..kau sungguh berbahaya. Aku jadi takut. Kurasa aku juga anggota CIA" ledek Hana dengan nada meledeknya bahkan mengaku-ngaku menjadi anggota organisasi tersebut.
"Kurasa kau sekarang yang dalam bahaya, bagaimana bisa kau percaya padaku. Aku bisa saja membawa mu ketempat yang asing bagimu. Bahkan membunuhmu tanpa jejak. Bagaimana? mau cincang atau digantung apa yang kau suka??" Ucap Leon pandangannya lurus kedepan sambil menyetir, namun suara nya bisa langsung membuat Hana bergidik ngeri.
"Iya nih, biasanya aku bukan tipe orang yang mudah percaya" terang Hana.
Tak lama ada panggilan masuk terlihat dari layar mobil. Dengan tenang Leon menerimanya.
"Sí" jawab nya, reflek Hana langsung menengok.
"Capo, Santos ne ha preso una parte, ma i suoi uomini stanno combinando un pasticcio. cosa dovremmo fare??"
(Bos, Santos telah mengambil sebagian nya, namun anak buah nya membuat kekacauan. kita harus apa??) Ucap dari suara panggilan tersebut. Hana bingung bahasa apa yang dipakai.
"Ne parleremo più tardi, sono con la mia ragazza" jawab Leon yang diakhir kalimat menoleh ke arah Hana yang samanya sedang melihatnya.
(Kita urus nanti, aku sedang bersama kekasihku)
Leon mematikan sambungan telfonnya, dan menimbulkan penasaran diotak cantiknya.
"Apa artinya??" Tanya Hana.
"Menanyakan kabar" singkat Leon.
"Bohong, tadi dia bicara sangat panjang" curiga Hana.
"Sungguhan, dan aku bilang aku juga mencintainya" smirk Leon yang senang menggoda Hana.
"Aku tidak percaya" selidik Hana.
Smirk Leon yang masih menyetir dengan tenang. Setelah percakapan itu, mobil nya memasuki kawasan pribadi yang samping kanan kiri adalah hutan. Ada sebuah gerbang pagar hitam tinggi yang harus dibuka sendiri. Hana melihatnya juga merasa curiga sekaligus was was.
Mobil berhenti, lalu Leon melepaskan seatbelt nya dan hendak turun.
Hap
"Mau kemana??" Tanya Hana yang langsung memegang tangan Leon.
"Pagarnya tidak bisa membuka sendiri" terang nya.
Belum Hana menjawab Leon turun dari mobil, padahal didalam Hana mendumel.
"Villa seperti apa yang ada didalam hutan? Sudah berapa lama tidak pernah terurus??" Dumel Hana. Namun melihat minimnya pencahayaan, sambil mendumel Hana memencet tombol lampu jauh memberikan cahaya bagi Leon untuk membuka pagar tersebut.
Leon membuka pagar suara derit pagar berkarat terdengar, ia membukanya lebar untuk memberikan akses masuk mobilnya.
Setelah kembali dalam mobil, Leon peka dengan dumelan Hana meski begitu ia tetap memberikan pencahayaan jauh.
Mobil melaju kembali ke dalam hutan yang gelap, mata Hana yang iseng selalu melihat kanan kiri hutan.
"Apa kau yakin disini ada villa milikmu?? Aku hanya mengingat kan apa kita salah jalan??" Lagi cerewet Hana yang berusaha untuk tetap berpikir positif.
Namun hanya dengusan kecil dibalas oleh Leon yang masih sibuk menyetir.
"Oh! Sepertinya Aku melihat harimau disana.." Tutur Hana padahal itu hanya semak yang bergerak karena angin.
"Harimau disini sudah punah" balas Leon yang senyum kecil mendengar cerewet Hana.
Dan diujung jalan ada rumah megah dengan cahaya dibeberapa titik, kali ini pagar besar itu terbuka sendiri lalu mobil masuk ke dalam. Hana pun kini terdiam lega berpikir bagaimana bisa rumah mewah ini ada di tengah hutan dan sibuk mengagumi.