Dipaksa menikah dengan pria beristri membuat Delia berani berbuat nekad. Ia rela melakukan apa saja demi membatalkan pernikahan itu, termasuk menjadi istri sewaan seorang pria misterius.
Pria itu adalah Devanta Adijaya, seseorang yang cenderung tertutup bahkan Delia sendiri tidak tahu apa profesi suaminya.
Hingga suatu ketika Delia terjebak dalam sebuah masalah besar yang melibatkan Devanta. Apakah Delia bisa mengatasinya atau justru ini menjadi akhir dari cerita hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haraa Boo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Semakin menjadi
Jam masih menunjukkan pukul 01.00 tetapi Delia sudah melangkah menuruni tangga setelah terbangun dari tidurnya. Perutnya terasa melilit karena selesai acara Delia langsung tertidur tanpa mengisi perutnya terlebih dahulu.
Rumah itu tampak sepi tanpa ada pergerakan apapun. Semua penerangan juga tampak dimatikan, hanya tersisa beberapa lampu tempel yang memberikan cahaya redup.
Delia melangkah dengan penuh hati-hati, bukan takut pada hantu tapi lebih ke malu jika tiba-tiba ada yang memergokinya.
Delia membuka mesin pendingin, dan rupanya disana tidak ada makanan yang siap santap. Hanya ada sayur dan daging mentah. Lalu ia berjalan ke arah lemari gantung, mungkin disana ia bisa menemukan mie instan atau makanan cepat saji lainnya.
Tapi begitu dibuka, nihil. Tidak ada makanan apapun yang bisa ia temukan.
"Rumah sebesar ini masa nggak ada makanan," gerutu Delia kesal sambil mengusap-usap perutnya yang semakin keroncongan.
Terpaksa Delia membuat susu hangat untuk mengganjal perutnya. Lalu Delia membawa susu itu ke ruang tengah, disana ia menemukan beberapa toples camilan.
Tangan Delia terulur untuk mengambil sebuah remot TV yang tergeletak di meja. Jika sudah terbangun seperti ini, akan sulit baginya untuk tidur lagi. Lebih baik menonton pertandingan bola, pikir Delia.
Saat Delia terfokus dengan layar TV dan camilan di tangannya, tiba-tiba ia mendengar suara langkah kaki. Begitu Delia menoleh, tiba-tiba Devan sudah berdiri memandangnya dengan tangan yang sengaja dimasukkan ke dalam saku.
"Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Delia yang merasa canggung dengan tatapan Devan.
"Apa yang kamu lakukan disini, ini jam berapa?" tanya Devan sedikit kesal.
"Kenapa, apa aku membangunkanmu?" jawab Delia dengan mata yang tetap fokus menatap layar TV-nya.
"Golll... Yes... Akhirnya Madrid menang," sorak Delia saat tim kebanggaannya mencetak gol.
Sadar jika ia tidak sedang sendirian, Delia lagi-lagi melirik Devan, kali ini wajahnya sedikit takut.
"Kenapa sih ngelihatnya gitu banget, kamu mau nonton TV juga?"
Tak ada jawaban dari Devan, pria itu hanya menghela napas panjang lalu berjalan menuju ke arah dapur.
"Aneh banget, perasaan suaranya udah pelan," gerutu Delia kesal sambil terus mengunyah kacang.
Pagi pun tiba, hari ini adalah hari pertama Delia menyandang status sebagai istri Devan. Tentu ada perasaan bangga ketika nama Devan disangkutpautkan dengan kehidupannya. Namun begitu teringat kata-kata Devan yang mengatakan bahwa pernikahan mereka harus dirahasiakan, maka wajah Delia kembali murung.
"Apa wajahku seburuk itu sampai dia tidak mau mengakuiku sebagai istrinya. Ya.. walaupun cuma istri sementara, setidaknya statusku kan tetap istri sah," gerutu Delia.
Gadis itu sudah terduduk di ranjangnya usai meregangkan otot-otot tubuhnya.
Tiba-tiba saat Delia menurunkan kakinya hendak menyentuh lantai, ia teringat akan sesuatu. Delia ingat betul bahwa semalam ia tertidur di sofa ruang tengah karena keasikan nonton TV. Tapi kenapa sekarang sudah berada di ranjang?
'Siapa yang memindahkanku?' batin Delia.
Tok.. Tok.. Tok..
"Masuk," seru Delia.
Saat pintu di buka, tampak Keyla dan seorang pengawal melangkah masuk sambil membawa kardus besar.
Delia mengerutkan alisnya lalu mendekati kardus besar yang menampakkan gambar sebuah TV beserta merk-nya.
"Apa ini?" tanya Delia memastikan.
"TV Nona, Tuan Devan bilang Nona Delia membutuhkan TV di kamarnya," ucap pengawal itu.
"Haaa.." Delia menatap dengan bengong.
"Baru sehari jadi Nyonya Devan kamu udah berani minta TV, bener-bener kamu Del," ucap Keyla menggoda Delia.
Delia tak menggubris, ia justru keluar dari kamarnya berniat untuk menemui Devan. Namun baru juga sampai di depan pintu kamar Devan, Delia seperti ingin mengurungkan niatnya. Nyalinya tiba-tiba menciut.
"Kenapa berdiri disini, mau nanya soal semalem atau soal TV?" tanya Devan yang tiba-tiba sudah berdiri di belakang Delia.
Delia yang terkejut segera menoleh. Namun apa yang terjadi, Delia langsung menutup kedua matanya dengan tangan begitu melihat dada Devan yang sedikit terekspos. Pria itu memang baru selesai mandi, dan kini ia hanya mengenakan bathrobe.
"Bisa-bisanya berkeliaran cuma pakai kimono?" gerutu Delia.
"Apa.. Berkeliaran.." Devan tertawa remeh. "Ini rumahku, aku bebas melakukan apapun. Lagipula apanya yang salah, aku tidak telanjang bulat."
"Tapi tetap saja," protes Delia. "Sudahlah... Terserah apa katamu." Delia segera pergi meninggalkan Devan. Berdebat di pagi hari hanya akan mengacaukan harinya.
Delia turun ke lantai bawah, siapa tahu kali ini sudah ada makanan yang disiapkan oleh bibi. Tubuh mungil Delia rupanya tidak menjamin bahwa makannya juga sedikit, justru malah kebalikkannya. Delia adalah gadis yang sangat suka makan.
"Pagi Non," sapa salah satu pelayan yang berpapasan dengannya.
"Pagi.."
Sesampainya di dapur Delia langsung mencium aroma makanan yang begitu sedap.
"Bibi masak apa, baunya langsung kecium sampai atas," ucap Delia sambil tersenyum.
Bibi yang tampak sibuk itu lalu menoleh ke arah Delia dan langsung menyapanya dengan senyum ramah.
"Selamat pagi Non.. Ini bibi lagi bikin sup ikan patin. Tuan paling suka olahan ikan Non," ucap Bibi sengaja memberitahu Delia tentang menu kesukaan Devan.
Delia hanya mengangguk sambil mengamati cara bibi memasak.
"Kalau Non sukanya apa?"
"Aku penyuka segalanya bi," jawab Delia sambil tertawa renyah.
"Bagus itu Non, jadi bibi bisa masak apapun tanpa takut Non tidak menyukainya. Kalau Tuan, Tuan paling tidak suka sama tomat," ucap bibi.
"Ada apa dengan tomat, bukannya enak ya bi? terus ada lagi nggak?" tanya Delia yang makin penasaran.
"Banyak sih Non, Tuan tidak menyukai buah kecuali anggur, apel dan pir. Tuan juga tidak suka makanan yang terlalu manis."
"Dasar pemilih," gerutu Delia.
Kini Delia sudah menunggu di meja makan, tidak sabar untuk mencicipi makanan bibi yang sepertinya sudah sangat handal.
Sambil menunggu makanan siap, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi menandakan ada sebuah pesan masuk.
Setelah mengusap layarnya, kini muncul satu pesan dari nomer yang tidak Delia kenal.
"Bagaimana, apa saya sudah menjadi mertua yang baik." Tulis pesan itu disertai dengan sebuah foto yang menunjukkan bahwa Margaret tengah berada di ruangan tempat Pak Jaya dirawat.
Delia yang melihat itu tanpa sadar langsung menjatuhkan ponselnya di meja. Tangannya gemetar disertai dengan datangnya rasa sesak yang tiba-tiba menyerang.
"Kamu kenapa?" tanya Devan yang sudah muncul di sebelah Delia.
Dengan cepat Delia mengambil ponselnya sebelum Devan melihat foto itu. "Nggak kenapa-napa," jawab Delia sambil mencoba mengatur nafasnya.
Devan menarik kursi yang berada di hadapan Delia. Lalu mengamati wajah Delia dengan seksama, seolah tahu jika ada sesuatu yang sedang Delia oleh sembunyikan.
Mereka makan dengan hening, Devan tak berani berbicara begitu pun dengan Delia yang sedang fokus dengan pikirannya sendiri.
"Apa setelah ini aku boleh ke rumah sakit?" tanya Delia tiba-tiba.
"Kenapa, apa terjadi sesuatu dengan bapakmu?"
"Tidak, aku hanya ingin menjenguk bapak."
"Baiklah, aku akan meminta Dio untuk mengantarmu."
"Jangan!" seru Delia cepat. "Maksudku aku bisa kesana sendiri, diantar sopir hanya akan menarik perhatian orang, apalagi Dio adalah sopir pribadimu," sanggah Delia kemudian, ia langsung merasa gugup, beruntung Delia bisa dengan cepat membuat alasan.
"Kalau gitu ajak Keyla bersamamu," kata Devan, ia benar-benar mencemaskan Delia.
Delia hanya mengangguk sambil meminum air putih untuk menghilangkan rasa gugupnya. Tanpa menunggu Devan selesai makan, Delia bergegas meninggalkan meja makan lalu naik menuju ke kamarnya.
Devan hanya bisa memandang kepergian Delia dengan seribu pertanyaan.
BERSAMBUNG...
Bikin Devan salting terus sampe klepek-klepek sama Delia🥰🤭