Sebuah ramalan kemunculan raja iblis berhasil membuat dunia kacau balau akibat kemunculan para monster, makhluk mistis serta fenomena alam baru.
Untungnya manusia masih memiliki secercah harapan. Mereka adalah para manusia yang berhasil membangkitkan kekuatan hebat, mereka disebut Awakening.
Akan tetapi, apakah secercah cahaya itu dapat mengalahkan kegelapan yang begitu besar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Galaxy_k1910, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
keluarga Rajendra 4
Kalian mungkin bertanya-tanya kenapa Ekilah bisa tidak menyukai Javas selaku kakeknya dari pihak ayah. Alasan utamanya adalah karena pria tua itu hendak mencelakai keluarganya.
Setelah obrolan Rahayu dan Duchees itu terdengar di telinga Javas, pria tua itu mulai mewaspadai Karsa.
Jika Karsa memiliki menantu dari bangsawan tinggi seperti Barqian otomatis para bangsawan di negara Mandaraka yang lain kemungkinan akan mendukung Karsa menjadi penerus.
"Anak pembangkang seperti dia ingin menjadi penerusku? Jangan harap!"
Di perjalanan pulang. Javas mengirimkan 2 orang pembunuh bayaran untuk menculik EKilah tanpa diketahui oleh bawahannya yang menjadi supir.
Sayangnya karena tidak adanya komunikasi, si supir malah melindungi Ekilah. Hal kecil yang berada di luar dugaan itu membuat kedua pembunuh bayaran menargetkan Arkara.
Tentunya saja sebagai orang tua, baik Rahayu maupun Karsa mencoba melindungi Arkara sekuat tenaga.
Melihat keadaan keluarganya yang dalam bahaya itu membuat Ekilah teringat pada sebuah cuplikan film jaman dulu.
Tentang seseorang yang membalaskan dendam pada seorang kaisar yang telah membunuh keluarganya. Setelah berhasil membalaskan dendamnya sang tokoh utama malah merasakan kekosongan dan meninggal dalam keadaan yang menunjukkan jika dendam tidak bisa mengisi kekosongan atas kepergian orang tercinta.
[Lebih baik menjadi kuat untuk melindungi dari pada menjadi kuat untuk balas dendam.]
Di saat itu juga akhirnya level Ekilah sebagai awakening tak resmi meningkat drastis dari level perunggu menjadi platinum. Level yang saat ini baru dimiliki oleh 3 orang saja di negara Mandaraka.
Dan saat itu pula Ekilah menyimpan dendam pada Javas selaku pelaku pengiriman pembunuh bayaran tersebut.
.
.
.
"Padahal aku sudah hampir lupa pernah melamar si manusia terkuat itu," ujar Ekilah di tengah-tangah makan malam.
"Kenapa kakak bisa lupa? Padahal itu kenangan yang cukup keren," tanya Arkara.
"Itu kenangan yang cukup mengesankan bagi mama loh, siapa sangka putri kecil mama bisa melamar seseorang lebih dulu," kata Rahayu sambil tersenyum senang.
"Akan lebih baik jika kamu melupakannya."
"??" Ketiga orang itu menatap Karsa dengan tatapan bingung.
"Berhentilah bersikap posesif pada Ekilah suamiku."
Karsa menaikkan satu alisnya bingung. "Kenapa? Kamu cemburu aku lebih perhatian pada Ekilah dibandingkan dirimu." ucapnya dengan nada menggoda.
Rahayu tersenyum datar.
"Aku ada pertanyaan penting." Ekilah mengangkat tangan seperti sedang berada di sekolah.
"Apa?" tanya Karsa.
"Apa berarti kita akan jadi kaya sekarang?"
Suasana menjadi hening. Diam-diam, Arkara juga ingin menanyakan pertanyaan yang sama. Siapa juga yang tidak mau menjadi kaya raya dalam satu malam tanpa bantuan jin ajaib dari botol.
"Bisa dibilang seperti itu sih, tapi papa akan kehilangan banyak waktu bersama kalian."
"Hore, kita kaya," Ekilah berseru dengan nada senang.
"Hore, mama gak perlu repot-repot membersihkan rumah lagi!"
"Hore, aku bisa beli PS 7!" Arkara ikut berseru senang.
Ketiga orang itu pun tertawa bersamaan. Sedangkan Karsa hanya memperlihatkan wajah sok tersakiti.
Pria itu memegang dada kirinya seolah menahan sakit. "Ah, tidak ada yang peduli dengan nasibku ke depannya."
Hal itu tentu mengundang tawa ketiganya.
.
.
.
Keesokan harinya, sebuah mobil hitam mewah berhenti tepat di depan kediaman Rajendra pada pukul 06.00.
Krieet!
Pintu kamar Karsa terbuka. Memperlihatkan Karsa yang sedang tertidur di lantai. Tidak, dia tidak berniat tidur di sana. Karsa hanya terjatuh dari ranjangnya dan terlalu malas untuk bergerak menemui siapapun yang sekarang mau menjemput dirinya itu.
"Hah~" Rahayu menghela nafas.
"Waktunya bangun suamiku tercinta," ucapnya sambil menggoyangkan tubuh Karsa beberapa kali.
"5 menit lagi."
"Tidak baik membuat orang lain menunggu. Aku sudah menyiapkan sarapan dan pakaian untukmu."
Mata ungu Karsa melirik sang istri. "Kamu cantik sekali hari ini."
"Aku sudah cantik sejak lahir," balas Rahayu dengan wajah datar, "sekarang bangun dan bersiap-siaplah. Eki saja sudah bangun dari tadi."
Mendengar itu dahi Karsa sedikit mengerut. "Dia bukan bangun pagi, tapi belum tidur sejak tadi malam."
Grep!
"Jangan sok tahu." Rahayu mencengkram lengan Karsa dan mencoba menariknya dari lantai.
"Aku melihat sendiri anak itu masak mie tadi malam."
Wanita berambut hitam itu terdiam. "Oh, pantas mie simpanan kita berkurang satu."
Pria berambut putih itu akhirnya berdiri dengan tegak. Dia melakukan beberapa perenggangan otot lalu pergi ke kamar mandi.
Sekarang tugas Rahayu selanjutnya adalah mengintrogasi Ekilah untuk mengetahui kebenaran atas ucapan Karsa tadi.
1 jam kemudian barulah Karsa keluar dari rumah dengan setelan jas yang cukup mewah.
Karsa menatap tajam orang yang menjemputnya itu.
"Selamat pagi Tuan Karsa, maaf sudah menganggu pagi anda." Pria itu sedikit membungkukkan kepalanya.
"Kamu... Sepertinya aku pernah melihat wajahmu," kata Karsa sambil berjalan menuju mobil.
Pria itu tersenyum tipis. "Saya Giovano. Suatu kehormatan bisa bertemu dengan anda, Tuan Karsa Rajendra."
Kalk!
Giovano membukakan pintu mobil untuk Karsa yang diterima dengan senang hati.
Begitu mesin mobil sudah menyala dan berjalan Karsa pun menanyakan keadaan yang sudah terjadi.
Giovano menjelaskan bila sudah terjadi peristiwa berdarah di mansion utama keluarga Rajendra. Seorang yang diduga buronan kelas kakap datang bersama beberapa awakening tidak resmi dan mulai membunuh satu persatu orang yang berada di mansion tersebut.
Semua orang yang berada di mansion tersebut tewas dalam satu malam termasuk Abizar sang penerus keluarga dan juga Javas sang kepala keluarga. Untungnya kejadian ini tidak tersebar ke media Maya.
Walau begitu Javas sempat mendapatkan beberapa perawatan. Di dalam masa-masa sekaratnya dia berpesan untuk menjadikan Karsa sebagai pengganti dirinya.
"Apa kata-kata terakhir pak tua itu?" Tanya Karsa.
"Beliau mengatakan jika Lebih baik keluarga ini dipimpin oleh seorang pembangkang dari pada orang luar." Jawab Giovano.
Karsa tertawa kecut.
Giovano lalu menjelaskan jika keluarga bangsawan lain juga setuju bila Karsa yang menjadi kepala keluarga. Hal itu membuat Karsa tertawa.
"Sepertinya bangsawan lain melihatku sebagai boneka yang hanya perlu diberi sedikit pelatihan ya," ucapnya.
Mata ungu Karsa melihat pemandangan di luar jendela dengan tatapan tajam.
"Hei, Giovano."
"Ya, Tuan?"
"Menurutmu mana yang harus diatasi lebih dulu. Beruang yang sedang hibernasi atau lalat busuk?"
Giovano terdiam sebentar. "Sepertinya lebih mudah membereskan lalat Tuan. Tetapi, jumlah mereka akan jadi masalah."
Pria berbadan kekar itu jelas tahu apa maksud dari pertanyaan Karsa barusan.
Keluarga Rajendra memiliki 2 jenis musuh. Beruang dan lalat. Beruang untuk musuh utama dan lalat untuk para mata-mata yang disiapkan oleh lawan atau pihak ketiga.
"Kamu benar. Jumlah mereka itu banyak dan menyebalkan."
Karsa terdiam sebentar untuk beberapa saat.
"Baiklah sudah aku putuskan. Kita habisi beruang lebih dulu, dengan begitu para lalat akan berfokus pada tubuh beruang yang membusuk."
Karsa tiba-tiba teringat dengan pembicaraan tadi malam. "Oh ya, Giovano. Aku tidak ingin keluargaku tinggal di mansion bekas pembunuhan. Segara suruh orang untuk menyiapkan mansion yang lain, kalau bisa yang agak dekat dengan kota."
"Baik, tuan. Lalu, apa yang mau anda lakukan untuk mansion yang sebelumnya?"
"Hancurkan saja. Toh, tidak ada hal penting di dalam sana. Paling-paling cuman koleksi pak tua itu."