Mendapatkan pelecehan seksual dari teman sekolahnya membuat seorang gadis bernama Aulia Dara harus rela di keluarkan dari sekolah karena hamil di luar nikah.
Sementara itu, Alfatih Brahmaseto si pelaku pelecehan membantah keras jika dia lah yang telah menghamili Dara. Bahkan dengan tega nya Fatih menuduh Dara, jika Dara adalah seorang kupu kupu malam.
Sakit, hancur, terluka dan rasa malu yang di terima oleh Dara membawa rasa trauma bagi Dara, hingga akhirnya Dara pun memutuskan untuk pergi meninggalkan kota tersebut.
Lalu, bagaimana jadinya jika 10 tahun kemudian, Dara dan Fatih kembali di pertemukan dengan keadaan Dara yang telah bahagia bersama putri semata wayangnya dan Fatih yang telah memiliki seorang istri??
Akankah Dara memberitahu putrinya jika Fatih adalah ayah biologisnya?? Atau, Dara memilih untuk merahasiakan semua kisah kelamnya di masalalu serta status Fatih dari putrinya??
yukk simak kisahnya di sini "Kehormatan Yang Ternoda" by.Triyani.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Triyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.21
...🌸🌸🌸...
...~Happy Reading~...
*
"Tidak bisa kah Mas pertimbangkan lagi tentang perceraian kita?" tanya Sarah lagi, berharap Fatih masih mau berjuang bersama nya untuk mempertahankan pernikahan mereka.
"Aku sudah mencoba dan berusaha untuk menerima mu selama 3 tahun ini. Tapi nyatanya, yang bisa aku berikan hanya kecewa dan luka. Tidak kah, kamu lelah dengan semua ini? Tidak kah, kamu ingin bahagia dengan pria yang mencintaimu dan menganggap mu berharga? Aku lelah Sarah, aku lelah harus terus berperan sebagai suami yang jahat dan zalim kepada istrinya. Namun, untuk menerima kehadiranmu pun tidak bisa aku lakukan. Aku ingin berhenti menyakiti orang lain, aku juga ingin berhenti menyakitimu. Makanya aku memutuskan untuk berpisah, ini semua demi kebaikanmu Sarah. Sekali lagi, maafkan aku." jelas Fatih yang langsung beranjak pergi meninggalkan rumah yang akan dia berikan kepada wanita yang sebentar lagi akan menjadi mantan istri untuknya.
Sementara Sarah sendiri hanya bisa menangis tersedu karena nasib pernikahan nya yang akhirnya berakhir dengan sebuah perceraian. Fatih benar, selama menikah dengan nya. Sarah hanya selalu di buat kecewa dan kecewa, tidak sekalipun Fatih berbuat yang membuatnya bahagia dan merasa dihargai sebagai seorang istri.
Meski begitu, kenapa rasanya begitu sulit dan berat untuk berpisah dengan pria jahat itu. Kenapa Sarah bersikeras mempertahankan apa yang tidak pernah dia miliki. Baik itu hati ataupun raga Fatih, semua nya tidak ada satupun yang berhasil Sarah dapatkan.
Lalu, untuk apa selama ini dia bertahan? Bahkan Sarah sampai harus memohon pada Fatih untuk menunda perceraian mereka satu tahun yang lalu.
Padahal jelas jelas Sarah tahu akan kemana ujung dari pernikahan nya dengan Fatih. Namun, Sarah terus berusaha berdalih bahwa dia akan mampu menaklukan hati Fatih dengan kesabaran dan ketulusan yang dia berikan selama ini. Meski pada kenyataannya, semua itu hanya angan semata.
Fatih, jangan kan takluk. Melirik ke arah nya saja tidak meski sudah ratusan hari mereka lalui bersama dan ratusan hari itu nyatanya, tidak menghadirkan arti apa apa di dalam hati dan hidup seorang Alfatih Brahmaseto.
Karena fokus pria itu hanya tertuju pada satu wanita, yaitu Aulia Dara atau sekarang lebih dikenal sebagai Aulia Rahma. Wanita yang pernah Fatih hancurkan hidupnya sehancur hancurnya hingga tak ada lagi yang bisa di banggakan dari seorang wanita bernama Aulia Dara.
Kini, Fatih tengah berjuang meraih maaf dari wanita itu dan juga putri mereka yang mungkin, Aliya belum tahu jika dia memiliki seorang ayah yang seorang bajingan dan pecundang. Hingga membuat Aliya harus terlahir dengan bernasab kan pada sang ibu.
*
*
"Selamat siang, selamat da___,"
Lagi dan lagi, suara Aulia selalu dibuat tercekat manakala dia melihat kehadiran Fatih di tokonya. Pria dengan setelan jas itu berjalan mendekati Aulia yang berdiri di balik etalase kue.
"Assalamu'alaikum Aulia," sapa Fatih saat tiba di depan Aulia.
"Wa_wa'alaikum salam," jawab Aulia langsung menundukkan kepalanya.
"Bisa kita bicara?" Tanya Fatih dengan nada bicara yang sangat hati hati.
"Boleh, tapi di sini saja. Kita bicara di sana," tunjuk Aulia ke salah satu sudut ruangan yang terdapat kursi untuk para pelanggan yang menunggu antrian jika keadaan toko tengah banyak dikunjungi pelanggan.
"Boleh, mari. Kita kesana."
Fatih pun berjalan menuju ke meja yang tadi di tunjuk oleh Aulia lebih dulu, lalu duduk di sana menunggu Aulia datang menghampirinya.
Setelah menunggu beberapa saat, Aulia pun terlihat menghampiri Fatih dengan nampan di tangan nya. Nampan yang berisi teh hangat dan beberapa kue yang tersedia di etalase.
"Maaf, kami hanya punya ini. Silahkan di cicipi," ucap Aulia sembari menyodorkan satu cangkir berisi teh hangat dan juga satu piring kecil kue buatan nya yang Aulia jual di toko itu.
"Terima kasih," jawab Fatih sembari meminum teh hangat buatan Aulia.
"Lalu, apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Aulia setelah duduk di salah satu kursi yang ada di sana tanpa melihat ke arah Fatih.
Aulia memfokuskan pandangan nya ke arah jendela ruangan dan menatap aktivitas yang terjadi di jalan raya.
"Aku ingin meminta izin darimu," jawab Fatih setelah menaruh kembali cangkir teh nya di atas meja.
"Izin? Izin untuk apa?" tanya Aulia bingung.
"Aku ingin bertemu dan berbicara dengan Aliya. Bolehkah, aku menemuinya?"
Deg
Seketika, Aulia tersentak kaget saat Fatih meminta izin untuk menemui putrinya. Sungguh, Aulia kaget akan hal itu. Aulia juga belum bisa menjelaskan pada Aliya, siapa Fatih sebenarnya. Hingga diam pun menjadi pilihan untuk Aulia untuk merespon permintaan Fatih.
Fatih yang menyadari kegundahan hati Aulia pun segera tanggap. Fatih mencoba untuk memberikan pengertian pada Aulia jika semua akan baik baik saja.
"Tenanglah, biar aku yang menjelaskan semua padanya. Tapi mungkin, tidak secara gamblang karena itu akan sulit untuk dia cerna di usianya yang sekarang. Aku akan mencoba menjelaskan dalam porsi yang mampu dia terima. Jadi tolong, izinkan aku untuk dekat dengannya, aku ingin menebus semua kesalahanku padanya," jelas Fatih yang masih membuat Aulia terdiam.
"Aulia, kamu mendengarkan aku kan?" tanya Fatih saat melihat Aulia hanya diam saja.
"Aku dengar, aku hanya bingung bagaimana menjelaskan semua ini padanya," lirih Aulia menunduk guna menyembunyikan raut wajah sedihnya.
"Sudah aku bilang kan, biar aku yang menjelaskannya. Izinkan aku menjelaskan padanya secara perlahan lahan, dengan begitu. Kelak dia mungkin akan mengerti seiring berjalan nya waktu. Dan untuk itu, aku butuh izin darimu untuk dekat dengan nya,"
"Ba_baiklah, tapi tolong. Jangan buat dia takut dan tidak nyaman. Jangan juga memaksanya jika dia menolak untuk dekat denganmu,"
"Iya, aku tahu. Tenanglah, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk membuat putriku merasa nyaman berada di dekat ayah nya," Jawab Fatih penuh dengan keyakinan.
"Baiklah, beritahu aku kapan aku boleh bertemu dengan nya? Hingga aku bisa mempersiapkan diriku untuk berhadapan dengan nya," lanjut Fatih.
"Besok saja, kita bertemu di restoran kesukaan nya. Nanti akan aku kirimkan alamatnya pada nomor kontakmu,"
"Tapi aku belum punya nomormu."
Mendengar jawaban dari Fatih, Aulia pun segera beranjak menuju ke meja kasir. Aulia mengambil sebuah kertas kecil dan satu buah pulpen untuk diberikan pada Fatih.
"Ini, tulis nomor ponselmu di sini," Ucap Aulia menyerahkan kertas dan pulpen itu ke depan Fatih.
"Kenapa tidak langsung ke ponselmu saja?"
"Tulis saja, nanti aku hubungi,"
"Baiklah."
Akhirnya Fatih pun menuliskan nomor ponselnya di kertas itu lalu berpamitan pulang. Karena harus mengurus perceraian nya dengan Sarah.
"Kalau begitu, aku pamit ya. Terima kasih karena sudah mengizinkan aku untuk bertemu dengan putriku," ucap Fatih sebelum beranjak pergi dari sana.
"Mas Fatih?" gumam seseorang yang melihat Fatih baru saja keluar dari toko milik Aulia.