Rama Abimana, seorang pengusaha mudah yang di khianati oleh tunangannya sendiri. Dia dengan sengaja berselingkuh dengan sekretarisnya karena alasan yang tak masuk akal.
Hingga akhirnya dia memutuskan untuk membalas dendam dengan menikahi seorang wanita secepatnya.
Siapakah wanita yang beruntung di nikahi oleh seorang Rama Abimana?
Seorang pengusaha muda terkaya sekaligus pewaris tunggal perusahaan besar Abimana Corporation.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Setelah hampir satu jam menunggu terlihat beberapa dokter keluar dari ruang operasi, mereka bergegas menghampiri untuk menanyakan bagaimana kondisi Rama.
"Gimana keadaan anak kami Dok?" Bu Windy bertanya dengan ekspresi panik.
"Pasien sudah berhasil melewati masa kritisnya, operasinya juga berjalan lancar, pasien akan segera dipindahkan keruang rawat inap."
Semuanya merasa sedikit lega setelah mendengar penjelasan dokter, mereka segera mengikuti para perawat yang mengantar Rama keruangannya.
Rama terlihat berusaha membuka matanya setelah beberapa saat berada dalam ruangan, ia menatap 4 orang dihadapanya secara bergantian.
Lalu pandangannya kini berhenti pada Syarin dan meraih lengannya.
"Kamu gak papa kan?" Rama memaksakan bibirnya untuk mengukir senyum.
"Iya aku gak papa." Syarin mengangguk lirih.
"Kamu istirahat dulu ya, kamu belum boleh banyak bergerak, kami mau berganti pakaian dulu." Bu Windy membelai lembut pipi anaknya itu.
Ini pertama kalinya Bu Windy bersikap manis terhadap Rama, mungkin ia menjaga image dari Pak Burhan dan Syarin.
Kini hanya ada Syarin disana, karena Pak Burhan juga ikut keluar untuk membawakan baju ganti untuk Syarin.
"Kenapa kamu nekat melakukan semua ini? Kenapa kamu gak membiarkan aku saja yang terluka?" Syarin berkata lirih disamping Rama.
"Kalau kamu yang terluka mungkin kamu akan menuntut Vika, aku gak mau kalau sampai Vika mendekam dipenjara, anggap saja ini sebagai ucapan terima kasihku karena kamu sudah membelaku dihadapan banyak orang." Rama memalingkan wajahnya dari pandangan Syarin.
Ucapan yang dilontarkan Rama membuat hati Syarin bak disambar petir disiang bolong.
Ia pikir Rama melakukan semua ini karena peduli padanya, rupanya ia melakukan semua ini hanya semata-mata demi melindungi Vika.
Ia sedikit iri pada Vika yang dicintai seorang pria dengan begitu besarnya, namun ia tak ingin menujukan rasa kecewanya dihadapan Rama.
"Ya udah kalau gitu, anggap saja kita impas, dulu kamu pernah membuatku terluka dikepala, sekarang giliran aku yang membuat kepala mu terluka juga." jawab Syarin ketus lalu melipat kedua tanganya didada.
Rama kembali melirik penampilan Syarin, wanita yang tadinya cantik dan anggun kini begitu kusut, area matanya menghitam karena riasannya lutur terkena air mata dengan baju yang berlumuran darah kering.
Rama sedikit merasa tersentuh, Syarin bahkan sampai tak memperdulikan penampilannya karena khawatir terhadapnya.
"Kamu ganti baju dulu gih, coba lihat penampilanmu dicermin, udah kaya pengantin yang udah mati terus hidup lagi." Rama menutupi perhatiannya dengan sikap ketus.
"Kamu pikir karena siapa aku seperti ini?" jawab Syarin tak kalah ketus.
"Terus karena siapa juga aku terbaring disini sekarang?" Jawab Rama tak mau kalah.
"Karena Si Vika lah, wanita yang selalu kamu agung-agungkan itu, karena bukan aku yang melempar vas bunga itu. Puasss!!!" Syarin bangkit dari duduknya lalu berlalu meninggalkan Rama sendiri disana.
"Dasar wanita aneh, bukannya intropeksi diri malah nyalahin orang lain." Rama mengeratkan kepalan tangannya seperti hendak memukul Syarin namun kepalan tangannya hanya melayang diudara.
Tak ingin terus memusingkan sikap Syarin akhirnya Rama memilih kembali merebahkan tubuhnya diatas ranjang karena kepalanya masih terasa berdenyut.
***
Kondisi Rama kini sudah mulai membaik, ia sudah diperbolehkan untuk pulang.
Syarin diboyong kerumah yang selama ini ditinggali Rama, sementara Pak Burhan diijinkan untuk tinggal dirumah yang sempat mereka huni sementara.
"Apa rumah ini gak terlalu besar untuk di tinggali sendirian?" Syarin menatap rumah yang besarnya 3x lipat dibanding rumah yang Syarin sempat huni kemarin.
"Ya, karena aku tak suka keributan, apalagi suara anak-anak, jadi jangan buat keributan dirumah ini meski sekarang ini rumahmu." Rama berkata seraya menaiki tangga.
"Apa!!! Ini rumahku?" Mata Syarin membelalak sempurna saat mendengar ucapan Rama.
"Iyaa, rumah ini adalah mas kawin yang aku berikan buat kamu, lagian aku kurang suka sama rumah ini, seperti yang kamu bilang tadi, rumah ini terlalu besar untuk ditinggali sendirian, mungkin rumah ini cocok untuk kamu sama keluargamu nanti." Rama menyilangkan kedua lengannya dipagar lantai atas menatap Syarin yang masih dilantai bawah.
"Memangnya kamu gak berniat menikah lagi setelah pernikahan kontrak kita selesai?" Syarin mengerutkan dahinya seraya menaiki tangga.
"Enggak, aku berniat melajang seumur hidup, dua tahun sudah cukup bagiku untuk menyiksa batin Vika, setelah aku tua nanti, aku akan menyumbangkan seluruh hartaku pada pemerintah untuk sedikit melunasi hutang negara." Rama menatap langit-langit menerawang jauh.
"Sepertinya orang ini memang sudah benar-benar dibuat gila oleh Vika. Memangnya dia siapa sok-sokan mau nyicil hutang negara?" Syarin menghela napas panjang.
*****
Kediaman Vika dan David,
Praangg!!!
Sebuah gelas kaca hampir saja menghantam kepala David.
"Kenapa? Kenapa kamu membuat hidupku menderita seperti ini? Aku sudah salah besar karena sudah memilih kamu dibanding Rama." Vika melempar semua barang yang bisa diraihnya kearah David.
"Cukup Vika, cukup, kamu sendiri yang memilihku, kamu yang menggodaku, kamu pikir cuma kamu yang menderita, aku juga menderita karena sudah tergoda sama kamu. Jadi, daripada kita saling menyalahkan, lebih baik kita berkerja sama untuk menuntut balas pada Rama." David mencengkram kuat tangan Vika lalu menyandarkannya didinding.
Melihat Vika yang menatapnya dengan napas memburu membuat hasrat David terpancing.
Ciuman ganas kini mendarat dibibir Vika, satu tangan David ia turunkan untuk meraba kesegala arah.
Tak mendapat penolakan dari Vika, David semakin ganas melakukan aksinya, kini tubuh Vika ia giring keatas ranjang dengan ciuman yang semakin menjadi.
Tubuh mereka berdua kini sudah terhempas diatas ranjang, dengan cepat David membuka semua pakaian yang dikenakan Vika disusul dengan pakaian miliknya.
Sebuah lenguhan pelan terdengar saat tubuh mereka menyatu, desahan demi desahan semakin terdengar saat David menaikan ritme gerakannya.
Beragam gaya mereka praktekan, sebuah tamparan keras mendarat dibokong Vika semetara David semakin lincah dengan gerakannya.
Vika meremas seprai sambil menggigit kecil bibir bawahnya, ia begitu menikmati setiap sensasi yang diberikan David.
Terdengar lenguhan panjang saat keduanya mencapai puncak, kini tubuh David terkulai lemas dibelakang tubuh Vika dengan napas terengah-engah.
Dengan lembut ia menciumi punggung Vika hingga keleher belakangnya, sebuah perlakuan lembut yang tak pernah Vika dapatkan dari seorang Rama.
"Bagaimana kalau kita juga ikut menikah?" sebuah bisikan lembut terdengar ditelinga Vika membuat wanita itu segera membalikan tubuhnya.
"Lalu bagaimana dengan kedua orang tua kita?"
"Kita menikah secara diam-diam saja dulu, kita jual dulu rumah ini lalu pindah kerumah yang lebih kecil dan jauh dari kota ini agar kita bisa lepas dari bayang-bayang Rama. Sisa hasil penjualan rumahnya kita gunakan untuk buka usaha kecil-kecilan, gimana? Kamu mau memulai hidup dari awal bersamaku?" David menatap Vika lekat sembari mengusap lembut pipinya.
Vika mengembangkan senyumnya seraya mengangguk lirih lalu membenamkan wajahnya didada bidang David.
*************
*************
jadi penisirin.