Perjalanan hidup keluarga Pak Diharjo yang sehari harinya sebagai penyadap karet.
Keluarga pak diharjo adalah keluarga sederhana bahkan terkesan sangat sederhana, namun begitu cukup bahagia sebab anak anaknya rukun dan saling sayang.
Pak diharjo memiliki enam orang anak, satu laki laki lima perempuan.
Bu kinasih adalah istri Pak diharjo memiliki watak yang sabar dan penyayang walau pun sedikit cerewet.
Sabar terhadap suami, penyayang terhadap suami dan anak anaknya namun cerewet hanya kepada anak anaknya saja.
Adira adalah anak sulung Pak Diharjo dan Bu Kinasih memiliki watak yang keras pemberani tegas galak namun penyayang juga.
Dimas anak kedua Pak harjo dan Bu asih juga wataknya juga keras kepala pemberani namun sedikit kalem tidak ugal ugalan seperti anak anak remaja seusianya.
Dimas adik yang cukup perhatian pada kakaknya, suka dukanya sejak kecil slalu ia lalui berdua dengan sang kakak.
Namun kebahagiaan keluarga itu berubah sejak dimas memutuskan untuk menikah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syahn@87, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terkejut Melihat Calon Adik Ipar
Cantikkan dia mak?, tanya adira tak sabar.
Kamu liat sendiri lah ra, aku pergi dulu itu bapakmu udah nungguin., jawab bu asih yang malas memberikan penilaian kecantikan calon menantunya itu.
Adira tak menjawab lagi, ia pun langsung menuju ruang tamu untuk melihat calon adik iparnya yang sedang menemani ketiga adik kecilnya itu.
Deg"
Tiba tiba dada adira nyesek, liat seorang wanita muda duduk didekat ke 3 adiknya yang bening bening mulus, sangat kontras dimata adira wanita itu duduk didekat adik adiknya nampak jelas kulit wanita itu sangat bertentangan dengan kulit adik adiknya.
Aku kira yang di bilang bang rian tadi cuma ungkapan kekesalan doank, ternyata benar?!, bisik adira dalam hati.
Hay., sapa nya pada adira yang masih terbengong bengong melihatnya.
Lina tersenyum pada adira namun tak ada niat berdiri untuk menyalami adira.
Kamu siapa! ?, tanya adira.
Aku lina kak., jawabnya.
Dimas mana!?, tanya adira lagi.
Tadi katanya mau ke rumah temannya dulu kak., jawab lina.
Berapa umurmu!?, tanya adira.
19tahun kak., jawab marlina.
Sudah pernah menikah!?, tanya adira lagi.
Sudah kak., jawab lina.
Terus kemana suamimu!?, tanya adira menyelidik.
Ga tau kak, kami cerai., jawab lina.
Cerai??! masalah nya apa!?, tanya adira penasaran.
Itu kak, suamiku dulu ga adil, kalo orangtua dia yang sakit aku harus datang ke rumahnya harus ngurusin orangtuanya, tapi pas giliran orangtua ku yang sakit dia ga mau tau, bahkan sekedar datang menjenguk pun dia ga mau., terang marlina panjang lebar.
O ya?! benarkah begitu?!, tanya adira semakin dalam menyelidik.
Entah kenapa adira merasa kurang percaya atas keterangan yang diberi oleh marlina, tapi ia diam saja tak ada niat untuk membantah atau pun menunjukkan rasa kurang percaya nya itu.
Yang disampaikan suaminya benar, marlina itu tubuhnya kurus kecil hitam agak pekat bahkan, rambutnya tipis lurus wajahnya pun kucel.
Adira sedikit menggelengkan kepalanya melihat lina," apa saja yang dia lakukan dirumahnya sampai sampai badan pun ga terurus begitu." bisik adira dalam hati.
Apa saja kerjamu di rumah selama ini lina sampai sampai kulitmu hitam legam begitu? kamu jarang mandi kah?, tanya adira tak kuasa menahan rasa penasaran nya.
Bahkan adira lupa kalo pertanyaannya itu bisa membuat orang yang ditanya tersinggung.
He he heee aku setiap hari berjemur disawah kak, bantu mamakku jaga tanaman padinya agar tak habis dimakan burung., jawab lina.
Lah lina kalo cuma sekedar jaga burung itu bukan alasan, lah kamu kira aku ngerem aja dirumah apa?! yang aku tanya apa kamu jarang mandi?!, tanya adira lagi.
Aku mandi lo kak, kadang sehari sekali kadang ya 2hari sekali, di tempat ku itu dingin lo kak., jawab lina santai.
Adira spontan melotot heran melihat calon iparnya itu, detik kemudian ia langsung menepuk jidatnya merasa tak habis pikir.
Dulu dikekepin melati yang cantik bersih putih mulus dia teriak ampe nangis nangis, sekarang liat yang beginian kok bisa dia klepek klepek., gumam adira dalam hati.
Adira tak lagi bertanya apa pun pada lina, ia lebih fokus memeluk cium ketiga adik kecilnya yang menggemaskan, adik adiknya itu bersih bersih mulus mulus, karna walau sebelum ibunya pulang vita akan mandi sendiri dan memandikan kedua adik balitanya sepulangnya dari ladang bu asih akan memandikan kembali ketiga anaknya.
Yang, mus nelpon nich ngajak abang latihan., ujar rian yang sebenarnya lebih suka dipanggil abang, tapi adira malas memanggilnya abang karna menurut adira itu tidak sesuai untuk rian karna adira sendiri sebenarnya asli Jawa.
Hmmm iya., jawab adira yang faham kemana arah pembicaraan rian, lagi pula itu kan memang sudah jadi kebiasaan rian.
Aku pergi dulu ya, tadi aku ambil uang 20.000., pamit rian.
Hmmm iya, pergilah., jawab adira.
Walau pun rian mendapatkan adira dengan guna guna tapi rian itu cukup tampan, kulit yang putih bersih, tubuh yang tinggi tegap dan nampak gagah, ya apa mau dikata rian itu kan emang orang kota yang hidupnya juga terbiasa dimanja oleh orangtuanya, apa lagi rian emang anak laki laki satu satunya sama seperti dimas, apa pun yang rian inginkan harus dituruti, termasuk saat jatuh cinta dengan adira, rian mengancam orangtuanya ia akan pergi selamanya dari orangtuanya dan tak akan pernah balik lagi pada orangtuanya kalo ia tak bisa menikah dengan adira, oleh karna itulah orangtua rian bekerja sama dengan dukun langganannya untuk bisa mendapatkan adira dengan mudah, dan dukun itu adalah saudara mereka sendiri, Dan dimana pun rian tinggal ia akan menjadi sorotan bagi para wanita disekitarnya, bahkan di kampung adira sendiri rian banyak di incar wanita, mulai dari gadis janda bahkan juga yang sudah bersuami, dan semenjak adira pulang kampung membawa suaminya banyak kalangan wanita yang mendadak ramah dan ingin berteman dekat dengan adira yang semata mata agar bisa lebih dekat dengan suaminya.
Adira sendiri faham betul tingkah semua wanita wanita yang mendadak ramah dan mendekatinya itu, tapi ia tak ambil pusing.
Awalnya adira memang risih, tapi lama lama ia cuek dan tak terlalu memikirkan sikap mereka itu, dan adira juga tak membiarkan dirinya didekati oleh orang orang yang biasanya cuek padanya sebelum ia menikah dulu, bagi adira sikap mereka itu adalah munafik, dan adira tak membutuhkan teman yang munafik.
Adira juga bodoamat kalo pun nanti suaminya kecantol salah satu dari mereka.
Rian pergi setelah pamit pada istrinya, rian juga sempat melirik sinis pada lina yang sedang berbaring tak jauh dari tempat adira duduk bersama ketiga adik kecilnya.
Rian melihat lina seperti jijik, karna seumur umur rian baru sekali itu melihat wanita yang nampak jelas malas sekali mengurus dirinya sendiri hingga nampak kumal dan kucel.
Heran bener dach, kok ada ya cewe seburik ini, mana pengen bet dia punya laki yang bening pula, ampe main pelet segala, minimal kalo mau melet cowo itu yang sekelas kek buriknya kek dia, hisshhh kesian amat si dimas terjebak cewe ga jelas!" omel dimas dalam hati sambil terus melangkah nyamperin temannya yang sudah menunggu dihalaman.
Lina sudah tidur dengan nyenyak nya sementara adira masih memeluk adik adiknya secara bergiliran, jika sudah bersama adira ketiga adiknya itu hanya bisa pasrah karna wajah ketiga nya akan habis diciumi kakaknya.
Kalo di bedakin juga wajah ketiganya ga akan bertahan lama kalo ada kakaknya yang satu ini.
Berbeda dengan melani, karna lani jarang sekali mau mencium adik adik kecilnya itu, bahkan lani tak jarang protes saat melihat ketiga adiknya disayang dan dimanja oleh adira dan orangtuanya, lani akan slalu bilang,"
Harusnya kan aku yang jadi anak bungsu bukan vita atau mia., protes melani.
Namun begitu sebenarnya lani juga sayang pada ketiga adik kecilnya, namun rasa cemburu dihatinya juga tak ia pungkiri slalu ada, apa lagi melihat adira yang dulu sangat memanjakan nya itu kini terlihat seperti lebih sayang pada ketiga adik kecilnya membuat melani makin cemburu.
Semangat ya buat othor. oiya Kapan2 mampir2 ya kak ke ceritaku juga. 'Psikiater, Psikopat dan Pengkhianatan' mksh