Niat menerjemahkan bahasa, berujung fucking!!
Cinta gelap seorang mafia Italia bernama Almo Da Costa pada seorang wanita sederhana bernama Luna Diaz yang berprofesi sebagai penerjemah bahasa.
Pertemuan yang tidak diinginkan harus terjadi sehingga Luna kehilangan mahkota berharganya bagi seorang wanita. Hingga 2 tahun mereka berpisah dan bertemu kembali namun hal yang mengejutkan bagi Luna adalah saat Mr. Mafia itu bertanya.
“Where is my child?”
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
M'sDL — BAB 24
BERTEMU SERGIO
Kepergian Almo membuat Luna terdiam sendirian. Ya! Dia sudah dua kali berada di Mansion tersebut, namun baru ini Luna mengamatinya dengan seksama. “Dekorasi yang menarik!" gumam wanita cantik dengan dress putih berlengan panjang sampai siku, di atas lutut.
Mata Luna tak berhenti mengamati ruang perapian di sana. Cahaya yang keemasan karena semua dinding terbuat dari keramik alami yang memiliki warna krem bercampur putih dan cokelat.
Juga— Luna terpaku dengan sebuah aquarium besar yang menempel di dinding keramik berisi banyaknya ikan-ikan cantik yang langka. “It's so beautiful! (Itu sangat cantik)!" gumam Luna hingga ia memaksakan dirinya untuk berdiri, meski sedikit sakit dan kemang, Luna berjalan dengan tertatih agar tak terlalu memberi penekanan pada luka di kakinya.
Wanita itu melihat lebih dekat aquarium tadi hingga jari lentiknya menyentuh kaca tersebut sambil tersenyum tipis.
Luna tak menyadari bahwa Almo berdiri di arah masuk ruangan tersebut bersama Enzo dan pelayan lainnya. “Biarkan dia menikmatinya, dan awasi selalu." Ucap Almo kepada pelayan nya sebelum akhirnya dia pergi bersama Enzo keluar ruangan.
Kini kedua pria tadi berada di ruang depan, “Dua menit lagi Tuan Sergio akan datang Tuan." Ucap Enzo.
“Apa dia sendirian?”
“Dia datang bersama nona Rebecca."
“Cih, ternyata dengan jalang itu!” gumam Almo menyeringai licik seakan memiliki maksud lain yang tersembunyi.
“Aku akan pergi mengunjungi tanah kosong itu. Ada beberapa orang sialan yang mencoba bernego mendapatkannya.” Jelas Almo nampak kesal.
“Saya mengerti Tuan. Biarkan saya yang akan menyambutnya datang!" balas Enzo begitu setianya dia hingga Almo selalu percaya lebih dari siapapun.
Pria itu menepuk pundak Enzo sebelum akhirnya berjalan pergi. Mungkin dia tak akan lama meninggalkan mansion nya karena si Sergio yang berkunjung ke sana.
...***...
2 menit berlalu, benar saja. Mobil Sergio tiba di Mansion Almo, sementara Rebecca, tentu wanita itu juga ada di dekat Sergio saat ini.
“Sialan sekali, tidak ada penyambutan hangat di sini!" sindir Rebecca menyeringai ke arah Sergio berdiri.
Ya, itu sedikit menjengkelkan karena seharunya Almo ataupun anak buahnya menyambut kedatangan mereka, tapi ini tidak. Namun tak berselang lama, Enzo datang.
“Selamat datang. Tuan Almo sedang mengurus sesuatu dan dia menyuruhku untuk menyambut kedatangan kalian. Mari!" ajak pria tegas bernama Enzo itu mulai mempersilahkan Sergio dan Rebecca menuju ke pintu sebelah kanan. Sementara pintu lurus adalah tempat dimana keberadaan Luna saat ini. Atau.... pintu ruangan khusus milik Almo seperti kamar dan ruang perapian dan santai.
“Mansion yang bagus!” puji Rebecca ikut takjub mengamati Mansion Almo.
Sementara Sergio hanya meliriknya malas hingga langkah mereka sampai di ruangan Almo. Ruang kerja Almo Da Costa yang tak kalah takjubnya dengan dekorasi di luar.
“Buat diri kalian nyaman, saya akan kembali." Ucap Enzo yang melenggang pergi dengan sopan.
“Aku suka pria sopan sepertinya!" ucap Rebecca tersenyum tipis sehingga Sergio begitu malas karena hampir semua pria adalah tipenya. Dia sangat gila!
“Tunggulah di sini." Pinta Sergio yang tiba-tiba bangkit dari duduknya seraya membenarkan jas hitam bergaris putihnya itu.
“Kau mau ke mana? Bermain dengan pelayan di sini?" tebak wanita cantik dan seksi itu menyeringai kecil.
“Toilet." Jawab Sergio memilih pergi karena malas meladeni si Rebecca.
Tentu saja wanita itu memilih diam di sana, jika Almo datang bukankah itu kesempatan emas baginya?! Sementara Sergio melangkah keluar dan memperhatikan kesekitarnya, ada beberapa anak buah Almo yang berjaga ketat dan Enzo sendiri entah ada di mana dia saat ini.
Pria itu mencoba menelusuri mansion tersebut sambil menggosok sekilas hidung mancungnya, Sergio masuk ke pintu yang ada di tengah. Tempat yang cukup luas! Sergio akui itu.
“Maaf Tuan, hanya Tuan Almo yang boleh masuk di sini." Ucap anak buah Almo yang berjaga di sana.
Sergio menatap tajam penuh ancaman hingga berjalan mendekatinya. “Kau tidak tahu siapa aku huh? Menyingkir lah jika tidak ingin dibunuh oleh Almo karena sudah berani mengentikan saudaranya." Ucap Sergio sangat percaya diri. Namun hal itu berhasil membuat anak buah Almo mengalah setelah mendengar hubungan pria di depannya itu dengan bosnya.
Sergio menatap tajam penjaga dari, sambil mengunyah sesuatu dia berjalan masuk dengan santainya.
[“Tuan Almo! Mereka sudah datang.”] Ucap Enzo yang rupanya sibuk menghubungi bosnya sekedar memberi tahukan bahwa Sergio sudah datang.
[“Aku segera datang. ”] Balas Almo.
.
.
.
Di ruang perapian, Luna kembali duduk di sofa. Luka tusuknya terasa sakit sehingga dia memutuskan untuk duduk dan memeriksanya sendiri hingga menekan-nekan pelan dan menggosoknya pelan sekedar menghilangkan rasa nyerinya. “Aku lupa belum meminum obatnya." Gumam Luna yang masih menyibak dress-nya sedikit ke atas agar dia bisa melihat lukanya yang tertutup perban.
“Butuh bantuan?"
Luan tersentak kaget mendengar suara asing yang tiba-tiba saja muncul di saat dia tengah sibuk dengan lukanya.
Wanita itu menoleh dan menatap gugup ke arah berdirinya sosok Sergio yang menunjukkan senyuman liciknya. Memang dia tampan, tapi dia cukup berbahaya untuk para wanita.
Luna mencoba berdiri agar pahanya tak terlihat jelas oleh pria asing itu.
Sementara mata Sergio tak berhenti menelusurinya dari atas ke bawah. “Aku baru tahu Almo gemar menyimpan wanita cantik!" gumam Sergio yang mulai melangkah maju sehingga Luna sendiri perlu waspada.
“Kau siapa? Dan... Bagaimana bisa kau masuk ke sini?" tanya Luna menatap tajam sehingga Sergio cukup yakin bahwa wanita di depannya itu tak seperti Rebecca.
“Tentu saja aku bisa masuk dan keluar sesuka hatiku karena aku saudara Almo. Sergio Da Costa!" jelas pria itu mengulurkan tangannya kehadapan Luna.
Jelas-jelas ia berbohong tentang nama marganya. Meski dia anak tiri Morrone Da Costa, tapi Almo tak pernah menganggapnya sebagai saudara.
Luna menatap ke arah uluran tanah Sergio dengan regu. Dia tak membalasnya dan hanya berpaling cuek.
Mendapati hal itu, tentu saja Sergio memasukkan tangannya ke saku celana dengan rahang tegas berdenyut dan mata kembali melihat ke arah paha Luna yang terdapat perban. “Cih!" Sergio terkekeh kecil sembari tertunduk sehingga Luna menatapnya heran.
“Apa yang lucu?" tanya wanita itu sedikit tegas.
“Apa kau tahanan Almo?!" sindir pria itu membuat Luna benar-benar tak nyaman dengan kehadirannya. Sedangkan Sergio mengatakannya karena dia pikir Luna mendapatkan luka dari Almo si jahat itu.
“Sebaiknya kau pergi dari sini.” Usir Luna yang malas sekali meladeni orang-orang sialan seperti itu. Sudah cukup Almo saja yang mengusik kehidupan nya.
Bukannya pergi, Sergio malah mendekatinya, memanfaatkan keadaan Luna yang kesusahan bergerak hingga wanita itu terjatuh dan terduduk di atas sofa sampai Sergio benar-benar mendekatinya dan membelai pipi kanan Luna dengan jari telunjuknya sambil berbisik tepat di telinga kanan Luna.
“Wanita polos sepertimu sangat langkah! Berhati-hati lah!”
Sesama Mafia adu kekuatan
lucifer mnjd sasaran kemarahan Almo,, ketika Don gale tdk ada di tempat nya lg..
tenang luna pasti biel akan di selamatkan Almo..
suamimu kan sebenar nya penyayang 🥰😘🤭🫢😍
apakah luna sanggup ?
tentu sy hrs dng bantuan Almo Da costa.
Almo sprtinya sdh tahu niat jelek lucifer..
apakah luna akan bertemu bestinya 😃😁🤣😍🫢🤭