Sebuah pernikahan dari kedua konglomerat terpengaruh di negara Willow. Keluarga Edvane yang menjadi keluarga terkaya kedua di negara itu, mempunyai seorang putri pertama yang bernama Rachel Edvane. Dia gadis sederhana, suka menyembunyikan identitasnya agar bisa berbaur dengan masyarakat kalangan bawah, Cantik, Mandiri, dan seorang atlet beladiri professional namun karena masa lalu yang buruk, dia tidak pernah mempercayai pria lain lagi samapi dia dipaksa oleh ayah nya (Rommy Edvane) untuk menikah dengan Putra pertama keluarga Asher yang dimana keluarga paling kaya dan paling terpengaruh di negara Willow. Namanya Ayres Asher, di depan keluarganya Ayres seorang anak yang sangat berbakti, baik hati serta sangat tampan. Namun nyatanya, diluar itu dia adalah pria nakal, playboy dan suka foya-foya dan gila perempuan, Rachel yang mengetahui sifat Ayres tidak tinggal diam. Rachel memutuskan untuk tetap menikah namun diam-diam memberi syarat-syarat tertentu pada pernikahan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tina Mehna 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 6. TMPP
Di balik luka kecil namun perih tadi, aku berlari melewati kebun yang luas ini hingga akhirnya aku keluar dan berada di jalan raya.
“Hahaha,” Ku berlari dan tertawa sendiri sepanjang jalan.
“Kamu tak apa nak? tertawa sendiri begitu?” Ucap salah seorang nenek penjual kue di pinggiran jalan yang ku lewati.
Aku berhenti dan tersenyum melihatnya. “Oh tidak apa-apa nek, hehe.” Jawab ku cengengesan.
“Sepertinya kamu sedang sangat bergembira nak.”
“Ah, sebenarnya biasa saja nek hehehe. Itu nenek jualan kue apa? Boleh saya lihat?”
“Boleh, boleh. Ini, Nenek jual kue kenari. Mau coba?” Nenek itu mengambil satu buah kue untukku.
“Wah, boleh boleh nek.” Ku ambil kue dari tangannya lalu langsung melahapnya.
“Bagaimana?”
“Mmm, enak sekali.. wahhh.. nenek buat sendiri?”
“Terima kasih, Iya benar nenek buat sendiri pakai resep rahasia turun temurun dari keluarga nenek.”
“Hemm pantas saja, ya sudah saya beli nek sekalian buat teman-teman.” Ucap ku lalu merogoh tas ku untuk mengambil uang.
“Syukurlah, mau berapa nak?”
“Em itu kue nya tinggal berapa nek? Semua nya saja?”
“Eh, semua? Benar nak? Dari tadi pagi hanya terjual 1. Ya tuhan, terima kasih.” Ucap nenek dengan wajah gembira.
“Iya nek, bungkus semua ya biar nenek bisa langsung pulang saja. Rumah nenek ada di mana? Mau saya antar?”
“Iya, terima kasih banyak nak. Dagangan nenek akhir-akhir ini sangat sepi sekali. Rumah nenek dekat nak tak perlu di antar.” Jawab nenek sumringah.
Ku merasa lega karena telah membantu nenek ini. Ku sangat tak tega melihat para orang tua masih bekerja di usia yang seharusnya menghabiskan masa tua nya di rumah.
“Sudah nek? Semua berapa?”
“700 Wr nak,”
(Wr \= Willow Rupp. Mata uang Negara Willow)
“Ini ya nek,”
“Ini kebanyakan nak, hanya 700,”
“Buat nenek saja,”
“Terima kasih nak.”
Setelah itu ku pamit padanya dengan membawa kue yang ku beli lagi untuk teman-teman di tempat latihan ku. Sesampainya di sana, kami makan kue itu bersama-sama. Setelah makan, kami latihan seperti biasa hingga kurang lebih pukul 7 malam.
“Rachel, kamu mau langsung pulang?” Tanya Bina sambil berlari ke samping ku.
“Kapan-kapan ya? Maaf, ku hari ini harus pulang cepat. Ku sudah janji pulang jam 8 malam. Maaf ya Brin..”
“Yah, ya sudah. Tapi janji ya,”
“Iya,”
Setelah itu, aku dan dia berpisah. Ku lihat angka di jam tangan ku.
“Hah jam 7.10.. Ku harus cepat.” Ucapku sendiri.
Dengan berlari ku lewati jalanan sempit dan kebun agar cepat sampai di rumah. Ammy belum menelpon ku itu berarti mama dan papa belum sampai di rumah. Entah lah, yang penting ku harus sampai dulu di rumah. Jika berjalan saja butuh waktu 30 menit kalau ku berlari maka sepertinya ku bisa sampai dalam 19 20 menit. Namun tiba-tiba saja ponselku berdering, ku perlambat lari ku.
“Jimmy?” Ucap ku dengan melihat siapa yang menelpon di ponsel ku.
“Hemmm? Ada apa?” Tanya ku mengangkat telponnya dengan masih berlari.
“Kamu di mana wahai kakak ku.” Jawab nya dengan bernada.
“Luar, apa? Mama dan papa sudah pulang?” tanya ku lagi.
“Bagus lah, titip belikan kaos warna hitam di toko sebelah Ra..”
Tutt.. aku matikan telpon yang tak penting itu. Aku pun lanjut berlari kencang namun kali ini ku berbelok kanan melewati jalan besar namun sepi, ku jarang lewat sini karena sepertinya lebih cepat. Setelah keluar dari jalan ini, nantinya akan sampai di pintu gerbang perumahan.
Namun baru saja aku berjalan 300 m, ku lihat dari jarak 200 m ada para laki-laki sedang duduk menghalangi jalan. Mereka pun menengok ke arahku.
“Eh, ada wanita cantik. Halo sayang, sini sini ikut dengan kami minum-minum. Kita bersenang-senang.” Ucap salah seorang laki-laki dan mendekatiku.
Karena jumlah mereka banyak, aku pun perlahan mundur sedikit demi sedikit sembari merogoh tas ku agar ku bisa ambil alat-alat pertahanan diri ku. Setelah berbalik, ku harap sudah berada di gapura gang ini.
“Loh kok mundur-mundur sih cantik. Jangan takut. Mari sini, kami orang baik kok. Setelah kita bersenang-senang kami akan mengantar mu pulang. Ya tidak?”
“Yaa… haha… sini… cantik sini…”
Mereka ikut mendekatiku.
“Jangan mendekat, atau aku akan..”
Aku merasa ada seseorang yang menghalangi ku dari belakang, dan benar saja setelah ku tengok ada 3 orang laki-laki yang ada di belakangku. Mereka meringis dan memegang pergelangan tanganku.
“Hei! Lepaskan!” Seru ku lalu mengeluarkan stun gun dan mengarahkan nya pada leher orang itu.
Seketika orang itu tersengat listrik dan terjatuh pingsan. Aku pun langsung lari namun tangan ku di tarik oleh 2 orang lainnya.
“Heh! Dasar wanita j*alang! Awas kamu ya!” tiba-tiba laki-laki itu menarik ku hingga masuk ke dalam dekapannya. Stun gun ku pun terjatuh ke dalam saluran air yang ada tepat di bawah kami.
“Lepaskan! Atau kamu akan merasakan akibatnya.”
“Haha, akibat apa cantik! Kamu masuk ke wilayah kami, itu berarti kamu harus memuaskan kami dulu,”
“Hey bagi-bagi dong.” Ku dengar suara laki-laki yang dari jauh itu.
Aku berdecak lalu ku pegang kepalanya dengan ke dua tanganku dan ku memukulnya dengan kepalaku. Seketika dia pun syok dan terjatuh.
“Huh, untung saja kepala ku keras.”
“Hii dasar kamu! Rasakan ini!” ucap seorang lagi yang melihat kedua temannya tengah pingsan.
Dia mencoba memukul ku dengan kedua tangannya. Ku hindari itu lalu ku pukul dia tepat di ubun-ubun nya sehingga membuat dia goyah dan pandangannya kabur melihat ku. Dia sempoyongan namun masih berusaha memukul ku.
“Hey! Kamu!” Ku dengar laki-laki dengan ramai berlari ke arahku.
Aku pun berlari meninggalkan gang itu namun tiba-tiba,
Duarr! Duarr! Duarr! (Suara senjata api)
Ku mendengar suara pistol yang ditembakkan selain itu suara sirine mobil polisi pun terdengar. Aku berlari, para laki-laki itu pun juga berlari berhamburan karena takut di tangkap. Ku berlari keluar dari gang itu, ku bukannya tak mau menemui para polisi itu namun kalau saja aku menemui mereka, bisa-bisa mereka ikut mengantar ku pulang dan bisa-bisa orang tua ku tak perbolehkan lagi ku keluar lagi seperti ini.
“Polisi? Siapa yang memanggil polisi?” ucapku.
Aku berlari dengan cepat hingga ku keluar lagi dari jalanan tadi dan beralih berlari ke jalan raya. Setiba nya di pertigaan jalan, aku melihat Fried yang sedang celingak-celinguk. Dia menoleh kearah ku dengan membungkuk kan tubuhnya padaku. setelah itu, dia rogoh ponselnya dan menempelkannya di telinga. Aku pun memperlambat lari ku dan setelah itu ku berhenti tepat di depannya dengan nafas yang terengah. Dia pun terlihat menutup telponnya.
“Hoohh, hiss..” ku masih kesal dengan para laki-laki tadi.
“Nona, apa ada masalah?”
“Ah tidak-tidak. Hanya anjing liar yang galak.”
“Tapi nona tidak apa-apa kan? Apa nona terluka?” Dia panik melihat dari atas ke bawah lalu bawah ke atas.
“Tidak, ku tak apa.”
“Mari nona, sebaiknya nona masuk ke dalam mobil. Tuan dan Nyonya sudah pulang dan menunggu nona sedari tadi.”
“Mobil? Mana?”
Dia mengarahkan ku ke mobil yang dia bawa ternyata berada di depan ku.
“Oh baiklah.” Ucap ku lalu masuk ke dalam mobil.
“Nona, sebaiknya mulai besok nona jangan berjalan kaki lagi.” Ucap nya sembari menyetir.
“Kenapa? Jalan kaki adalah keahlian ku.”
“Nona, maaf tapi saya serius. Saya tadi melihat 2 mobil polisi yang membunyikan sirine dan melaju dengan cepat. Bahkan saya sehari yang lalu juga mendengar para polisi itu melaju dengan cepat. Sepertinya akhir-akhir ini sangat banyak kasus orang jahat. Saya takut nona …”
“Tidak Fried. Sudah lah, itu hanya kebetulan saja. lagi pula polisi itu bekerja dengan cepat. Bukannya bagus?”
“Nona ..”
“Tenang saja Fried, semua akan baik-baik saja. sudah lah fokus menyetir.” Ucap ku tak ingin membahas ini lagi.
"Baiklah nona.”
“Oh ya, kenapa kamu makin jauh menunggu nya?”
“Syukurlah nona. Anda tidak apa. Tadi kami panik saat mendengar ada penyusup jadi Ammy melihat nona ke kamar karena katanya dia mengunci nona di kamar namun nona ternyata tidak ada. Kami semua panik mencari nona takutnya nona telah di lukai oleh penyusup itu.
“Hah? Penyusup? Be benarkah?” Ku tergagap dan sempat ingin tertawa karena mendengar kata penyusup.
“Benar nona, penyusup itu sangat cepat dan lincah. Dia bahkan sangat lihat turun dan naik pohon di halaman belakang nona.”
“Wah, apa kalian sudah tau siapa dia?”
“Tadinya kami sempat mengira kalau penyusup itu adalah nona, namun kalau benar itu nona, pasti akan terlihat jelas oleh penjaga Menara nona.”
“Haha, ya sudah lah. Lain kali pasang juga cctv di halaman belakang. Jadi kalau suatu waku terjadi seperti itu lagi”
“Ya nona, Tuan suda memasangnya 3 sisi tadi siang.”
“Hah? Papa sudah pulang dari tadi siang?”
“Benar nona, Tuan dan Nyonya juga panik ikut mencari Nona.”
“Kenapa tidak menelpon ku saja?”
“Sudah nona, handphone nona tidak aktif.”
“Ahh iya haha” Ku baru teringat bahwa ponsel baru ku hidupkan setelah aku selesai berlatih.
Ketika mobil melewati gerbang dan masuk ke dalam halaman rumah, Ku terkejut ada banyak sekali orang yang sedang memasang hiasan di sepanjang halaman menuju ke pintu masuk rumah.
“Ada apa ini?”
“Nanti akan di beritahu oleh Tuan, nona.”
Setelah sampai di depan pintu persis, aku pun turun serta langsung masuk ke dalam rumah.
“Malam nona..” Ucap secara berbarengan penjaga pintu.
“Malam..” ku hanya menjawab itu karena lupa dengan penjaga satu ini.
“Nona Rachel tiba,” seperti biasa siara seruan para penjaga.
Di dalam pun nampak sama, sepanjang koridor hingga aula tengah di hiasi oleh dekorasi estetik.
“Nona, Nona.. anda kemana saja. Kenapa bisa nona tidak ada di kamar nona?” Ucap Ammy mendekatiku.
“Eh emmm, tadi ku lewat bisa lewat pintu lah,”
“Pintu? Bukannya pintu kamar nona sudah..”
“Rachel… “ Panggil mama.
“Mama?”
“Ya ampun, kamu ini bikin khawatir saja.” mama menjewer telingaku.
“Ow ma,, Rachel kan Cuma latihan seperti biasa ma, jangan khawatir.”
“Mama sama papa di beritahu kalau kamu hilang di bawa penyusup tau ngga”
“Hehe mana ada ma, eum, udah lah ma jangan di bahas lagi, yang penting Rachel kan sudah ada disini.”
“Hmm, ya sudah.. Ammy, bantu saja Jack menyiapkan gaun untuk besok. Besok pagi antarkan ke kamar Rachel dan bantu dia memakai gaun itu.”
“Baik Nyonya,”
Ammy pergi melaksanakan perintah, “Rachel, ayo temui papa saja.”
Mama menggandeng ku untuk menemui papa, di saat itulah perasaan ku merasa tidak enak. Ku menduga bahwa semua ini berkaitan dengan perjodohan itu.
Kami berjalan dan masuk ke aula tengah, Aula ini sangat luas dan hanya di buka 3 kali setahun. Kami masuk melewati pintu besar, di dalam ku lihat papa sedang mengawasi para penghias dekorasi itu.
“Paa.. Rachel pulang..”
Papa menoleh ke arah ku, dia berdiri kearah ku dengan berkacak pinggang. Aku menoleh pada mama namun mama menganggung pelan serta membawa ku ke hadapannya.
Aku diam berpandangan dengan papa.
“Pa..” ucap ku lirih.
Ku dengar dia menghela nafasnya lalu memelukku. “Kamu tidak apa kan sayang?” ia elus rambut kusut ku.
“Tidak apa-apa kok pa,”
Setelah itu, papa melepas pelukannya dan beralih mencubit ku.
“Aaa.. sakitt..” Ku elus lengan yang dia cubit.
“Mulai besok, kamu tidak di perbolehkan keluar.”
“Pa, kenapa? Maafkan Rachel pa. Kan tadi papa yang menyuruh Rachel keluar lakukan aktivitas Rachel gitu pa.”
“Rachel, maksud papa kamu hanya boleh beraktivitas di dalam rumah saja bukannya keluar.”
“Kenapa begitu pa? Papa kan tau Rachel tiap hari mengajar dan berlatih di luar.”
“Pa.. sudah lah. Yang penting sekarang anak ini sudah pulang pa..” Sahut mama membela ku.
“Hmm, baiklah. Papa akan maafkan kamu sekarang, tapi besok papa minta kamu tetap di rumah seharian. Besok adalah hari pertunangan kamu dengan Ayres Asher. Papa tidak mau tau itu, besok seluruh keluarga kita akan kedatangan keluarga Asher.”
Mendengar itu mata ku membulat, tak hanya kaget tapi juga syok.
“Kenapa secepat ini pa?”
“Cepat apanya sayang? Keluarga Asher kan melamar kamu secara resmi besok. Kenapa harus diperlambat?” Ucap mama.
“Tapi…”
“Tapi apa? Kamu sudah setuju loh sayang, kenapa jadi ragu?”
“Ragu? Tidak, tidak. Putri papa tidak boleh ragu. Untuk apa kamu ragu? Semua sudah papa pastikan sayang,” Sahut papa lagi mengusap rambutku.
Perasaan buruk ku terjadi. Aku merasa saat ini sudah masuk kedalam sangkar. Lidah ku tak tau harus berkata apa lagi. Ku tak sangka sebentar lagi ku akan di ikat, dan saat ini yang ku takutkan adalah sebuah larangan akan semua hal yang ku tekuni saat ini.
Bersambung…