NovelToon NovelToon
My Detective And Me, Her Assistant

My Detective And Me, Her Assistant

Status: tamat
Genre:Tamat / Spiritual / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Hantu / Roh Supernatural
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Dee Jhon

Seorang pemuda biasa saja yang sama sekali tidak menonjol namun pintar dan bercita cita menjadi dokter, tiba tiba di datangi oleh hantu teman sekelasnya yang cantik, indigo dan terkenal sebagai detektif di sekolahnya dari masa depan. Menurut sang hantu, dirinya akan meninggal 50 hari dari sekarang dan dia minta tolong sang pemuda menjaga dirinya yang masih hidup.

Sang pemuda menjadi bingung karena gadis teman sekelasnya sebenarnya ingin mengusir hantu adik kembar sang pemuda yang selalu duduk di pundaknya. Akhirnya karena dia tidak mau melihat teman sekelasnya meninggal dan dia sendiri juga menaruh hati kepada sang gadis, akhirnya dia memutuskan untuk membantu. Di mulailah petualangan mereka mengungkap dalang di balik kematian sang gadis yang ternyata melibatkan sebuah sindikat besar yang jahat.

Keduanya menjadi pasangan detektif dan asisten yang memecahkan banyak kasus sambil mencari informasi tetang sindikat itu.

Mohon komen dan likenya ya, terima kasih sudah membaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 16

Ardi melipat tangan di dada dan berdiri di depan keduanya di koridor tanpa bisa berkata apa apa,

“Sudahlah, kalian masuk lagi ke kamar, hari ini saya kesini hanya mengantar detektif yang baru di pindah kesini setelah itu saya mau kembali ke rumah sakit, besok kalian sudah masuk ke sekolah lagi, nanti email resminya di kirim dari sekolah, jadi tenang tenang saja dulu di dalam kamar sampai check out dan kalian boleh pulang,” ujar Ardi.

Tanpa basa basi lagi, Amelia langsung menceritakan kronologis penyelidikan mulai dari di temukannya mayat korban, perkiraan kematiannya dan terjadinya pembunuhan sampai seluruh tayangan cctv yang dia lihat dan hipotesa nya. Ardi tercengang dan menatap Amelia juga Tino yang tersenyum senyum di depan dirinya,

“Kalian...masuk ke tkp dan melakukan penyelidikan tanpa ijin ?” tanya Ardi.

“Tenang saja pak, kita pakai ini,” ujar Tino menunjukkan sarung tangannya.

“Bukan itu, kalian ini tidak punya wewenang, kalian warga sipil terlebih lagi kalian masih sma, kalian tahu kan yang kalian lakukan ini melanggar hukum ?” ujar Ardi marah.

“Enggak tahu pak,” jawab Amelia dan Tino bersamaan.

“Grr kalian ini, saya ga bisa tutup mata soal ini, kalian ikut deng...”

“Maaf mengganggu sersan Ardi, baru saja petugas forensik bilang di perkirakan korban di bunuh sekitar jam 2 sampai jam 3 dini hari,” ujar seorang detektif memotong ucapan Ardi.

Setelah mendengar ucapan detektif itu, Ardi menoleh melihat Amelia dan Tino yang tersenyum senyum sendiri sambil melihat Ardi dengan wajah yang terlihat sebal, kemudian dia mengusap wajahnya,

“Gimana pak, boleh kita bantu ?” tanya Amelia.

“Ampun deh, (menoleh ke detektif yang baru datang dan mengenakan kemeja biru rapi itu) Bud, kamu kerja sama dengan mereka, saya tinggal dulu, pusing saya,” ujar Ardi sambil menunjuk keduanya.

“Eh..mereka ? tapi sersan mereka kan bukan polisi, memang bol...”

“Udah, jangan banyak tanya, saya yang tanggung jawab, sekarang saya mau pergi dulu ke rumah sakit, kamu tangani di sini, kalau di tanya atasan, suruh bicara sama saya,” ujar Ardi.

“Siap sersan,” balas sang detektif.

“Udah ya, saya tinggal dulu, (menoleh melihat keduanya) ini terakhir, kalian denger ya, lain kali saya tidak tolerir,” ujar Ardi.

Ardi berjalan menuju ke lift sambil mengusap rambutnya dan dia berjalan dengan sangat cepat, sang detektif yang nampak masih muda sekali itu langsung menoleh melihat Amelia dan Tino,

“Nama saya Budi Nugroho, nama kalian siapa ?” tanya Budi.

“Dia Amelia, detektif dan aku Tino asisten nya,” jawab Tino.

“Haha detektif ya....tapi kalau sersan Ardi menyuruhku kerja sama dengan kalian ya sudah, lalu kalian sudah melakukan penyelidikan ?” tanya Budi.

Kembali lagi Amelia mengulangi seluruh hipotesanya dan membuat Budi tercengang, kemudian Budi masuk sebentar ke dalam, tak lama kemudian seorang polisi terlihat berlari keluar dan turun ke bawah, Budi kembali keluar menemui Amelia dan Tino,

“Baiklah, aku sudah minta staff ku untuk tanya ke pihak manajemen hotel, siapa saja karyawan wanita yang masuk semalam,” ujar Budi.

“Terima kasih pak Budi,” balas Amelia.

“Kalian kuliah ?” tanya Budi.

“Kita masih kelas 11 sma pak, saya dan dia teman sekelas,” ujar Tino sambil menunjuk Amelia di sebelahnya.

“Wow...serius ? hebat sekali,” ujar Budi.

“Ah biasa aja pak hehe,” balas Amelia.

“Ya sudah, kalian tunggu dulu ya, nanti begitu sudah ada hasil aku kabari, kalian mau nunggu di mana ?” tanya Budi.

“Oh di kamar aja, yuk Mel,”

Tino menarik tangan Amelia dan masuk ke kamar mereka, Budi menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil berjalan menuju ke lift,

“Oh jadi mereka yang pak Ardi ceritain kemarin ya,” ujar Budi dalam hati.

Di dalam kamar, Tino dan Amelia berbaring kembali di ranjang, keduanya melepas lelah mereka,

“Cape juga ya,” ujar Tino.

“Hehe iya, kita menyelidiki kamar itu sejam lebih,” ujar Amelia.

“Cape bolak balik ke bawah dan nonton rekaman nya,” ujar Tino.

“Hahaha yah begitulah cara kerja ku, berarti besok udah sekolah lagi ya,” ujar Amelia.

“Iya kata pak Ardi tadi,” balas Tino.

“Aku tinggal di rumah kamu kan ? abis ini ke rumah ku dulu ya, ambil baju baju ku dan barang barang ku hehe,” ujar Amelia.

“Haah...iya, untung aja ada motor,” balas Tino.

“Tiduran dulu deh, ngantuk,” ujar Amelia bergeser dan berbalik memeluk Tino.

“Oi Mel, aku kan belum mandi,” ujar Tino.

“Sama, aku juga belum, met tidur,” balas Amelia.

******

Satu setengah jam kemudian, “ting,” Budi keluar dari lift dan berjalan menuju kamar tempat pembunuhan, tubuh korban sudah di evakuasi oleh petugas medis, yang tinggal hanya beberapa polisi dan beberapa petugas forensik, Budi melangkah masuk ke dalam,

“Hmm berdasarkan keterangan dari Amelia dan Tino, ada tiga kandidat tersangka, tapi kok mereka bisa mengerucutkan penyelidikan sampai sedetail ini ya sebelum polisi datang,” ujar Budi dalam hati.

Budi menoleh melihat seorang polisi dan meminta tolong polisi itu untuk mengetuk kamar di sebrang, sang polisi langsung keluar dari kamar. Tak lama kemudian, Amelia dan Tino yang masih acak acakan masuk ke dalam kamar terjadinya pembunuhan.

“Loh kalian tidur ?” tanya Budi.

“Lama soalnya pak,” jawab Amelia sambil menguap.

“Staff hotel wanita yang semalam masuk hanya tiga orang, ini daftar nya, tiga tiganya sudah di panggil datang ke hotel dan menunggu di bawah,” ujar Budi memberikan berkasnya pada Amelia.

“Hmm (membaca berkas yang di berikan Budi) coba baca Tin, menurut kamu gimana ?” tanya Amelia.

“Hmm (membaca berkas yang di berikan Amelia) satu resepsionis, satu pramugraha dan satu staff it, cuma satu kan yang perlu di panggil,” ujar Tino.

“Yup, (menoleh kepada Budi) tolong panggil ibu Citra Mutia Ningsih kesini ya pak Budi,” ujar Amelia sambil mengembalikan berkasnya.

“Hoo begitu ya rupanya, baiklah,” ujar Budi.

Dia menoleh mengatakan kepada polisi di sebelahnya untuk memanggil ibu yang di sebut namanya oleh Amelia. Sang polisi langsung keluar dari kamar untuk memanggil orang yang bersangkutan. Tak lama kemudian, seorang wanita cantik, memakai kaus dan celana panjang jeans, masuk ke dalam kamar bersama polisi yang memanggilnya. Amelia dan Tino tersenyum ketika melihat wanita yang datang,

“Apa kabar mba,” ujar Amelia.

“Um...ada apa ya saya di panggil ke sini lagi ? bukankah saya sudah memberi keterangan kepada polisi kalau saya yang pertama menemukan mayat ?” tanya Citra.

“Benar mba, makanya saya mau tanya tanya lagi nih, tadi kaget banget ya mba waktu pagi membuka pintu,” jawab Amelia.

“Iya, saya benar benar kaget, tidak sangka di dalam kamar ada mayat,” ujar Citra.

“Tapi kamar ini kan tidak kosong mba ?” tanya Amelia.

“Kan tadi saya bilang ada tanda vacant and dirty, jadi ya saya niat nya membersihkan,” ujar Citra.

“Hmm tapi biasanya kalau di kunci kan petugas konfirmasi dulu ya ke resepsionis, karena biasanya kamar kosong tidak di kunci kan kalau di hotel tapi di beri tanda,” ujar Amelia.

“Iya, makanya saya mau masuk, tapi terkunci jadinya saya buka pakai (terdiam),” ujar Citra kaget.

“Pakai apa mba ?” tanya Amelia lagi.

“Uh...um...pakai set kunci milik petugas kebersihan,” jawab Citra perlahan.

“Pak Budi, boleh minta tolong konfirmasi ke bagian pemeliharaan kamar dan tanyakan apa ada set kunci cadangan untuk kamar kamar hotel yang mereka pegang ?” tanya Tino.

“Baik, kita konfirmasi ke mereka (menoleh melihat seorang polisi) tolong ya,” jawab Budi.

“Siap detektif,” ujar sang polisi keluar dari kamar.

Citra terdiam, dia merapatkan tangannya di tengah dan menunduk, tubuhnya mulai berkeringat walau dalam ruangan ac,

“Ya sudah, sekarang kita tunggu konfirmasi dulu,” ujar Amelia.

“Kalian...mau menuduh saya ya ?” tanya Citra.

“Huh ? kapan kita menuduh mba ?” tanya Tino.

“Itu kenapa kalian mengajukan pertanyaan aneh gitu,” jawab Citra.

“Loh pertanyaan kita itu standart mba, aneh di mananya ?” tanya Amelia.

“Asal kalian tahu ya, saya takut setengah mati karena menemukan mayat, buktinya saya berteriak kan,” ujar Citra.

“Yap supaya kita berdua keluar dan membuat alibi sebagai orang yang menemukan mayat pertama kali, bener ga mba ?” tanya Amelia.

“Apa maksud kalian,” jawab Citra.

“Gini mba, mungkin mba melihat atau mungkin mendengar ketika kita dateng bersama polisi dan bagi pandangan umum orang biasa, kalau datang bersama polisi berarti kita berdua apa ?” tanya Amelia.

“Orang jahat tawanan polisi dan terdaftar sebagai tamu vip polisi,” jawab Tino.

“Ngerti ya maksudnya mba, lalu biasanya orang jahat atau tamu polisi kan di kawal polisi ya,” ujar Amelia.

“Benar, pramugraha dan pramusaji yang di panggil korban juga mengerti kok lantai ini di khususkan untuk tamu vip polisi yang di jaga dan ada polisi penjaga nya, ketika di panggil dan korban menyebut nomor kamarnya mereka datang tapi takut dan langsung buru buru mengerjakan urusan mereka, sampah saja sampai lupa di buang,” ujar Tino.

“Yup pramusaji itu juga membungkuk, biasanya dia mengeluarkan tangannya dan paling tidak mengucapkan selamat menikmati baru keluar, ini membungkuk langsung keluar, tentu saja dia bersikap begitu, semua orang takut polisi,” ujar Amelia.

“Apa maksud kalian, yang meninggal tadi itu bukan polisi,” ujar Citra.

“Hehehehehe, kena,” ujar Amelia dan Tino.

1
Delita bae
salam kenal 👋jika berkenan mampir juga😇🙏
Delita bae: wih hebat lanjut🤣🤣
DEE GUNZ: yang kristal lumayan seru dan ngeselin, belom belom udah baca 5 ch hehe
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!