Ayna Renata harus menelan pil pahit, tatkala pria yang dicintainya membatalkan pernikahan mereka tepat di hari H, karena calon mempelai pria sudah menikahi wanita lain.
Tidak terima diperlakukan seperti itu, Ayna pun memutuskan harus tetap menikah juga di hari itu.
"Apa kamu mau menikah denganku?" Tunjuk Ayna pada seorang pria.
"Aku?" Pria yang tampak bingung itu menunjuk dirinya sendiri.
"Iya, benar kamu! Pria yang berkemeja biru. Apa kamu mau menikah denganku?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hai_Ayyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 - Kegugupan Ayna
Ayna menatap Alex dengan wajah cemberut setelah mendengar penjelasan panjang tentang Mona. Alex menceritakan hingga sedetil-detilnya.
Tentang Alex yang pernah mencintai Mona. Tentang cinta bertepuk sebelah tangan Alex pada Mona. Bahkan Ayna jadi kesal tentang rencana romantis Alex yang akan melamar Mona.
"Aku sudah jujur, Ay." Alex melihat Ayna yang masih meragukan kisah masa lalunya itu. Ia sudah jujur, harus bagaimana lagi ia menjelaskannya.
"Aku memang pernah mencintainya, tapi ternyata dia hanya mempermainkanku. Dan itu yang membuatku kecewa dan marah, Ay. Lalu saat itu kamu tiba-tiba saja muncul dan mengalihkan duniaku." Jelas Alex mengingat dengan jelas, saat dimana ia memaksa ikut dengan Jo untuk pergi undangan ke acara pernikahan putri guru temannya itu.
Alex yang saat itu hanya berniat datang sebagai tamu undangan, tiba-tiba menjadi sang mempelai prianya.
"Oh... jadi gara-gara itu makanya Mas mau menikah denganku, begitu?" Timpal Ayna kemudian. Jika saat itu Alex punya pasangan, fix Ayna pasti bakalan ditolak 2 kali. Ditolak Jo lalu ditolak Alex. Jika itu terjadi Ayna akan pergi dari kampung itu.
"Apa kamu lupa, saat itu kamu juga sedang patah hati lho, Ay. Kalau kamu menikah dengan orang itu, apa kita akan menikah?" Alex menarik hidung Ayna hingga merah. Semuanya yang terjadi, seperti mereka memang sudah ditakdirkan bersama.
Ayna diam membenarkan apa yang dijelaskan alex. Tapi bagaimanapun ia masih merasa kesal. Bayangan Alex yang saat itu membooking tempat untuk melamar Mona. Pasti mereka akan makan malam romantis diiringi alunan musik, Alex mungkin akan berlutut memberikan cincin seperti di film-film. Dan mungkin akan ada kembang api bertabur di langit malam saat itu.
Alex begitu romantis. Tapi kenapa pria itu tidak pernah memperlakukannya seperti itu. Tiba-tiba Ayna mulai merasa cemburu. Pria itu pilih kasih.
"Sudah kerja sana, Mas! Aku mau pulang. Toh aku juga nggak Mas izinkan kerja." Ayna berucap dengan nada agak sinis. Ia akan pulang saja membawa kekecewaannya. Kecewa karena sudah gagal bekerja, ditambah lagi keromantisan masa lalu suaminya yang sungguh menyayat hati.
"Sayang...Aku antar kamu pulang." Alex menawarkan diri.
"Nggak usah, aku bisa pulang sendiri, Mas!"
Walau berwajah cemberut Ayna tetap menyalami tangan Alex, sebagai bentuk patuhnya sebagai istri.
"Kamu percaya sama aku, kan?" Tanya Alex memastikan.
"Hmm." Jawab Ayna seadanya.
"Aku antar kamu sampai naik taksi." Alex menggandeng Ayna keluar dari ruangannya. Ia menggandeng tangan Ayna, tidak peduli tatapan bertanya para karyawan yang melihatnya.
"Aku antar saja kamu pulang." Ujar Alex setelah mereka sampai di depan lobi.
"Nggak usah, Mas. Itu sudah datang taksinya. Aku pulang dulu, Mas." Ayna mengecup pipi kiri Alex, lalu segera masuk ke dalam taksi.
Ayna tidak peduli banyak mata yang melihat. Toh Alex suaminya, lagian dengan begitu karyawan wanita di sana tidak akan genit karena Alex sudah beristri.
'Ayna kenapa? apa dia marah? aku sudah jujur padanya.' Alex kini dilanda kebingungan. Matanya menatap taksi yang perlahan melaju pergi.
###
"Mon, kamu kenapa?" Tanya Rani melihat Mona menangis di toilet.
Mona menangis terisak-isak. Ia tidak percaya bahwa Alex benar-benar sudah menikah dan mencampakkannya begitu saja.
"Alex lagi?" Rani memastikan.
"Ran, Alex ternyata sudah menikah." Ucap Mona lirih dengan mata berair.
"Apa?" Pekik Rani tidak percaya. Jika Alex menikah masa ia tidak tahu.
"Pasti kau salah, Mon. Jika Alex menikah masa dia tidak mengundang Jo-"
Mona pun lalu menatap Rani seolah meminta penjelasan.
"A-aku tidak tahu apapun Mon. Jo tidak mengatakan apapun padaku!" Rani membela diri, ia tidak mau Mona jadi salah paham dan mengira selama ini ia merahasiakan pernikahan Alex. Ia saja tidak tahu jika pria itu sudah menikah. Tahunya juga baru sekarang.
"Kamu tahu dari mana?"
"Alex sendiri yang bilang, ia juga tadi membawa istrinya ke kantor." Mona mengusap air matanya.
"Dan kau tahu siapa istrinya?" tanya Mona dengan nada kesal.
Rani menggeleng.
"Teman kamu itulah. Anak baru itu!" Mona merasa kesal.
"Siapa? maksud kamu Ayna?" Tanya Rani memastikan.
Mona mengangguk membuat Rani langsung menutup mulutnya tak percaya. Bagaimana Ayna bisa menikah dengan Alex. Sepertinya Rani harus bertanya pada Jo.
"Ran, aku harus gimana? Alex sangat jahat. Ketika aku mulai menerima dia, kenapa dia jadi seperti ini?" Mona memeluk Rani sambil menangis.
Mona sangat menyesal, saat itu lebih memilih bertemu pria lain dan berbohong pada Alex. Ia mengira pria yang ditemuinya itu serius padanya, nyatanya ia hanya dijadikan selingkuhan pria itu.
Saat Mona sadar dan ingin memulai semua dengan Alex. Ia malah mendapati pria itu yang sudah berubah 180°. Kini ia baru merasakan sakit kehilangan Alex.
###
'Bagaimana ini? bagaimana ini? bagaimana ini?' Batin Ayna menjerit takut dan gugup.
"Sayang, kamu kenapa?" Tanya Alex mematikan mesin mobilnya.
Sepanjang perjalanan, ia melihat kaki Ayna yang terus gemetaran. Bahkan istrinya itu juga terus meremas tangannya sendiri.
"Sayang, kita sudah sampai." Ucap Alex lembut, ia tahu Ayna pasti sangat gugup. Istrinya akan bertemu kedua orang tuanya.
"A-apa?" Pekik Ayna yang merasa lemah seperti kekurangan darah.
"Mas, sepertinya aku tidak enak badan loh." Ayna beralasan.
Sebelumnya Ayna memang bersemangat akan bertemu orang tua dari suaminya. Tapi karena tahu Alex bukan dari keluarga biasa, lebih tepatnya level mereka berbeda. Ayna merasa minder dan down duluan. Ia takut jika orang tua Alex tidak bisa menerima dirinya karena kesenjangan sosial mereka.
"Jangan gugup gitu, ada aku." Alex menggenggam tangan Ayna. Tangan yang begitu dingin.
Jujur Ayna tidak bisa berpikir jernih. Ketakutan mulai menghantuinya. Jika tiba-tiba saja mereka dipaksa untuk bercerai. Atau bisa saja kedua orang tua Alex akan menuntutnya, perihal perbuatan tidak menyenangkan pada putra mereka.
Wanita itu menyesali keputusannya saat itu. Yang asal tunjuk menunjuk pria untuk menikahinya.
"Sayang, ayo kita turun! Papa dan Mama sudah menunggu." Alex melepaskan sabuk pengaman Ayna. Istrinya itu dari tadi bingung, seperti banyak yang dipikirkannya.
Alex menggandeng Ayna menuju rumah berlantai 2 yang sangat besar dan mewah.
"Mas, aku sakit perut. Besok saja kita kemari!"
"Mas, aku sakit gigi."
"Kepalaku pusing, kunang-kunang."
"Mas, kakiku sakit."
"Mas, pinggangku encok."
"Mas, aku kutu air."
Ayna beralasan agar mereka tidak jadi ke rumah orang tua Alex. Wanita itu butuh waktu untuk mempersiapkan mentalnya.
"Sayang, ada aku. Kamu tenang saja!" Alex memeluk Ayna erat. Dari tadi ia ingin tertawa mendengar semua penyakit yang tiba-tiba menyerang istrinya.
Mereka sudah masuk ke rumah orang tuanya, mana mungkin mereka pergi begitu saja.
"Hmm..."
Ayna mendorong pelan tubuh Alex saat mendengar deheman itu.
Dag
Dig
Dug
Jantung Ayna rasanya akan copot dari tempatnya. Sorot mata tajam kedua paruh baya itu membuat jantungan.
"Papa, Mama... kenali ini Ayna, istriku." Alex memberitahu.
Ayna dengan kegugupannya, tapi ia juga harus bersikap sopan pada orang tua. Ia segera menyalami kedua orang tua Alex.
"Papa, Mama... Saya istrinya Mas Ayna." Ayna tampak berpikir, sepertinya ada yang salah dengan perkataannya.
"Mak-maksud sa-saya... istrinya Mas Alex."
.
.
.
sukses untuk karya selanjutnya😘
apalagi tanduknya bukan merah tapi pink kak author 😘