NovelToon NovelToon
Cinta Tak Harus Kamu

Cinta Tak Harus Kamu

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintamanis / Cinta Seiring Waktu / Wanita Karir / Romansa
Popularitas:2.6M
Nilai: 4.8
Nama Author: dtyas

Saat sedang menata hati karena pengkhianatan Harsa Mahendra -- kekasihnya dengan Citra -- adik tirinya. Dara Larasati dihadapi dengan kenyataan kalau Bunda akan menikah dengan Papa Harsa, artinya mereka akan menjadi saudara dan mengingat perselingkuhan Harsa dan Citra setiap bertemu dengan mereka. Kini, Dara harus berurusan dengan Pandu Aji, putra kedua keluarga Mahendra.

Perjuangan Dara karena bukan hanya kehidupannya yang direnggut oleh Citra, bahkan cintanya pun harus rela ia lepas. Namun, untuk yang satu ini ia tidak akan menyerah.

“Cinta tak harus kamu.” Dara Larasati

“Pernyataan itu hanya untuk Harsa. Bagiku cinta itu ya … kamu.” Pandu Aji Mahendra.

=====
Follow Ig : dtyas_dtyas

Saran : jangan menempuk bab untuk baca y 😘😘

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CTHK 21 ~ KUA

“Pagi, Om Pandu,” sapa Dara lalu mendahului langkah pria itu untuk bergegas menuju meja makan.

Sudah ada Kemala di sana yang mengarahkan bibi menyajikan Sarapan dan Dara langsung menawarkan bantuan. Pandu tersenyum mengingat ulahnya semalam mendatangi kamar Dara. Sampai sekarang kunci kamar belum dia kembalikan ke tempatnya.

“Mas Pandu, sebelum berangkat diminta temui tuan besar di kamarnya,” tutur asisten Jaya.

“Papi, sakit?”

“Hanya perlu istirahat, minggu lalu beliau melewatkan cek up rutin dan menolak minum obat.”

Pandu menghela nafasnya, lalu mengatakan akan menemui pria itu sebelum berangkat. Surya baru saja menemui Jaya dan pamit pada Kemala tidak ikut sarapan karena ada pertemuan pagi ini. Suasana di meja makan cukup canggung, karena tidak ada yang bersuara. Pandu enggan bicara dengan siapapun, hanya menekuni sarapannya sambil sesekali melirik Dara.

“Mas Pandu, tidak suka dengan sarapannya?” tanya Citra.

“Biasa saja.”

“Masa sih? Kelihatan tidak berselera,” lanjut CItra.

Mana bisa berselera kalau kamu duduk di sampingku, mungkin akan beda cerita kalau Dara yang bertanya, batin Pandu lalu menatap Dara.

Tidak lama Kemala pun pamit meninggalkan keempat orang dengan pemikiran yang hampir sama. Jika Citra berencana untuk mendekati dan mencari perhatian Pandu, Harsa ingin menarik simpati Dara. Tentu saja tujuan Pandu adalah Dara dan saat ini gadis itu tidak menyadari menjadi target kedua pria.

“Dara.”

Dara mematung mendengar Pandu dan Harsa sama-sama menyebut namanya, sedangkan CItra berdecak pelan karena tidak suka. Lagi-lagi Dara yang menjadi perhatian kedua pria di sampingnya.

“Kenapa?” tanya Dara menatap Pandu dan Harsa bergantian.

“Minggu depan Papa ulangtahun, mana tahu kalian mau memberi kejutan,” ungkap Harsa, meski sebenarnya bukan hal itu yang ingin disampaikan.

“Ck, kalau masalah itu kenapa tidak disampaikan padaku juga.”

Dari pada mendengar Citra yang akan bicara tidak karuan dan menambah persoalan, Harsa memilih menyegerakan berangkat.

“Mas Pandu, masa tidak ada posisi yang cocok untuk aku di perusahaan. Kalau sekretaris atau asisten sudah terisi, jadi admin atau keuangan juga nggak pa-pa,” rengek CItra.

“Memang kamu tahu masalah keuangan perusahaan? Belanja bulanan aja kebanyakan dipakai buat beli skincare,” ungkap Dara membuat Citra malu lalu menendang kaki gadis itu.

“Aku sudah selesai, kalian teruskan saja. Lanjut berkelahi juga tidak masalah, tapi hati-hati karena dia mahir menjambak,” sindir Pandu sambil menunjuk Dara.

“He-he,” sahut Dara balas mengejek.

“Jangan kemana-mana, aku ingin bicarakan hasil kerjamu kemarin.” Pandu beranjak untuk menemui Jaya.

Meskipun enggan, Dara tetap di tempatnya melanjutkan sarapan. Bagaimanapun pria itu menjadi penentu masa depannya di Grand Season. Citra menduga kalau di antara Pandu dan Dara ada sesuatu dan dia tidak menyukai itu, karena harapannya Pandu menjadi miliknya. Dibandingkan dengan Harsa, tentu saja lebih baik yang ini ke mana-mana.

“Dara, aku dan Mas Harsa sudah selesai. Terserah mau kamu ambil lagi atau tidak, aku tidak peduli.”

“Kamu pikir Mas Harsa barang yang bisa pindah-pindah tangan. Lagi pula aku sudah tidak berminat. Tunggu, bukannya kamu sedang … hamil. Kenapa malah putus?”

“Itu urusanku dan jangan campuri urusanku, apalagi bersaing merebutkan Mas Pandu.”

“Apa kamu bilang, bersaing?”

“Ck, jangan munafik. Aku tahu diantara kalian pasti ada sesuatu.”

“Hei, dengar ….”

“Dara,” panggil Pandu. “Ikut aku!”

Ingin bicara hasil kerja kemarin, apa pula maksud Pandu. Namun, Dara hanya bisa patuh berharap pria itu terbuka matanya untuk menghapuskan hukuman yang sedang dijalani. Sudah berada di beranda rumah dan menuju mobilnya, sengaja menjauh dari CItra agar tidak ikut campur. Pandu pun mengungkapkan rasa penasaran yang semalam membuatnya nekat memasuki kamar Dara.

“Kamu pacaran lagi dengan Harsa?”

“Hah. Ini apaan sih, tadi Citra bahas Harsa sekarang Om Pandu juga. Kalian kompak banget sih.”

“Aku serius, kamu balik dengan Harsa?”

“Ya nggak lah. Meskipun nggak ada lagi perjaka tulen selain Harsa, aku lebih memilih Duda tapi baik dan setia dari pada harus balik sama Harsa. Heh, dari mana Om Pandu tahu kalau aku dan Mas Harsa pernah ….”

Pandu berdecak. “Malam itu aku menjadi pelampiasan emosi kamu, karena kekasih brengs*k  yang selingkuh dengan adikmu sendiri.”

“Om Pandu tahu dari mana?” Dara mengulang pertanyaan.

“Tidak penting aku tahu dari mana. Jika aku lihat kamu dan Harsa kembali dekat, aku pastikan bukan hanya kamu saja yang didepak dari rumah ini.” Ancaman Pandu lebih menekankan agar Dara tidak kembali pada Harsa.

“Tidak akan Om, tapi kenapa juga Om Pandu mengancamku? Apa itu keputusan Opa Jaya.”

Skakmat. Pandu tidak mungkin mengatakan kalau dia sepertinya … cemburu.

Berpikir Pandu, janganlah terlalu memperlihatkan keposesifannya. Kalian belum sedekat itu, batin Pandu.

“Karena aku ingin suasana di rumah ini tetap nyaman, jadi jangan libatkan Papi di sini. Justru kamu dan Citra jangan sampai bertarung dan bikin heboh.”

Dara hanya mencibir mendengar ancaman Pandu.

“Lalu pacar yang kamu maksud semalam, siapa?”

“Kapan saya bilang punya pacar? Saya masih jomlo Om, masih trauma dengan yang namanya pacaran. Takut diselingkuhi lagi.”

“Tidak semua laki-laki seperti itu. Dasarnya saja, mantan kamu memang brengs*k.”

“Nah, tuh tahu.”

“Nanti malam, tunggu aku jemput ke hotel,” titah Pandu lalu membuka pintu mobil.

“Sengaja jemput saya?” tanya Dara.

Ya, iyalah aku sengaja jemput kamu. Daripada blingsatan nggak jelas, tunggu kamu pulang.

“Ya nggak mungkinlah. Aku ada urusan di Grand Season,” sahut Pandu berdusta. Urusan yang dimaksud tentu saja urusan dengan Dara.

“Oh.”

Pandu tidak lagi berbasa-basi karena kalau menuruti keinginan hati, rasanya ia ingin menarik Dara masuk ke dalam mobil lalu berkendara berdua saja. Keliling Jakarta atau tanpa tujuan. Yang jelas ia hanya ingin terus berdua saja.

Jatuh cinta, Pandu sadar kalau perasaan ini adalah cinta. Namun, ia masih ragu apa benar mencintai Dara atau hanya penasaran. Melalui kaca spion, Pandu menatap Dara yang beranjak kembali ke dalam rumah. Detak jantungnya berdegup kencang setiap ia melihat gadis itu, berharap ia tidak akan terkena serangan jantung karena Dara cukup membahayakan kesehatan jantungnya.

“Aish.” Pandu bergumam lalu mengusap wajahnya. kalau memikirkan Dara, kadang pikirannya mendadak traveling. Mungkin efek umurnya yang sudah matang, apalagi dia pria normal yang tidak mungkin menolak pesona Dara.

***

“Semalam balik sama dia?” tanya Vio saat ia dan Dara bergantian istirahat di waktu shiftnya, dia yang dimaksud perempuan itu tentu saja Pandu.

“Hm.”

“Diapain aja sama Om-om itu?”

“Mulutmu, Vio. Ya nggak diapain atau ngapain, karena Om Pandu itu keluargaku. Padahal kalau dilihat, dia ganteng banget. Rela banget deh diapain aja sama dia,” sahut Dara.

“Mulut lo, Ra, tapi menurut gue dia memang suka sama lo. Pikir aja deh, mana ada salah satu pemilik hotel ngajak pulang bareng pegawainya.”

“Ada, itu buktinya Om Pandu,” jawab Dara.

“Halah, diomongin malah muncul. Udah kayak makhluk halus, kalau diomongin malah datang,” seru Vio dan Dara refleks menoleh. Ternyata benar, Pandu berjalan ke arah mereka.

“Shift kita belum beres ‘kan?” tanya Dara.

“Belum, ini baru jam delapan. Gila, makin keren aja tuh orang.”

Dalam hati Pandu ingin bersorak manakala melihat gadis yang sepanjang hari ini cukup mengganggu konsentrasinya. Dengan alasan urusan hotel, padahal sengaja datang hanya untuk … Dara.

“Ikut aku!” ajak Pandu.

“Kemana Om, KUA?”

Boleh, jawab Pandu dalam hati.

1
⚘️ɛ.
mana tiang listriknya sering dipipisin lagi.. 🤭
⚘️ɛ.
ngelirik kamu aja ogah, apalagi disodorin.. ya bakal nolak..
Yayat Sadiah
eeeaaaakk
Yayat Sadiah
fighting om!
Yayat Sadiah
semangat mas panduu
Yayat Sadiah
/Joyful/
⚘️ɛ.
lah, Mas Karyo..
Atun mo dikemanain, mas?
Yayat Sadiah
/Facepalm/
Asri Devi
KARYONO...???? 🤣🤣🤣🤣
Gak salah????
Asri Devi
kiss Dara... yuk bisa yuuuk😁😁
Asri Devi
makin kesini makin kesana ya
Asri Devi
bajiirrr pandu 🤣🤣🤣
⚘️ɛ.
dan pada akhirnya dua²nya gagal..
⚘️ɛ.
jadi ceritanya: "kau khianati aku, kugaet pamanmu." 🙂‍↕️
⚘️ɛ.
aah, lemah adek yg gondrong² bwangg..
⚘️ɛ.
yaiyalah mepet² mak tiri, calon suaminya sultan, kan mayan kecipratan juga..
⚘️ɛ.
maunya kamu rekam, Ra..
⚘️ɛ.
kebalik neng, Harsa yg tidak pantas utk kamu..
Siti Sarifah
Luar biasa
Asri Devi
dihh ngarep
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!