Setelah 3 tahun bercerai dengan Dimas Anggara. Anna Adiwangsa harus kembali ke kota yang menorehkan banyak luka. Anna dan Dimas bercerai karena sebuah kesalah pahaman. Tanpa di sadari, ke duanya bercerai saat Anna tengah hamil. Anna pergi meninggalkan kota tempat tinggalnya dan bertekad membesarkan anaknya dan Dimas sendirian tanpa ingin memberitahukan Dimas tentang kehamilannya.
Mereka kembali di pertemukan oleh takdir. Anna di pindah tugaskan ke perusahaan pusat untuk menjadi sekertaris sang Presdir yang ternyata adalah Dimas Anggara.
Dimas juga tak menyangka jika pilihannya untuk menggantikan sang ayah menduduki kursi Presdir merupakan kebetulan yang membuatnya bisa bertemu kembali dengan sang mantan istrinya yang sampai saat ini masih menempati seluruh ruang di hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
"Permisi!"
"Ya!" salah seorang penjaga keamanan keluar dari dalam pos nya.
"Mas, saya boleh minta mangga muda nya tidak? Bos saya setiap hari lewat sini bersama istrinya, ingin makan mangga muda dari pohon ini. Istrinya sedang mengidam!" kataku dengan nada rendah.
"Oh, tentu boleh mas. Biar saya ambilkan!"
"Nggak usah mas, biar saya aja yang manjat. Perintahnya begitu. Dia ingin mangga di sebelah Utara." kataku.
Pria itu mengangguk paham, dan membuka pintu besi disebelah pagar mewah itu. 2 orang penjaga mengawalku menuju pohon mangga yang menjulang tinggi.
Aku mulai melepaskan sepatuku dan memanjat pohon mangga itu dengan susah payah.
Aku memerintahkan salah satu penjaga untuk merekam ku saat memanjat pohon.
Mereka memperingatiku agar berhati-hati.
"Mas hati-hati mas!"
"Mas, injak ranting yang itu mas."
"Mas awas pelan-pelan nanti jatuh."
"Aduh, mas hati-hati!"
"Mas,,,"
"Brisik! Bisa diam tidak!" aku membentak mereka berdua dan menatap tajam, karena mengganggu konsentrasiku.
"I-iya mas. Saya cuma khawatir mas nya jatuh."
Aku mengambil mangga permintaan Tuan Dimas sebanyak 3 buah, lalu melemparkannya pada mereka berdua. Lalu berusaha untuk turun dengan hati-hati.
Saat masih berjarak sekitar 2 meter, aku terjatuh keatas paving blok karena menginjak ranting yang sudah lapuk.
Bruk
"Aduuuuh! Sakiiit, pantatku!". Aku mengerang dan memegangi pantatku yang terjatuh lebih dulu menghantam paving blok.
"Mas! Mas nggak papa? Sakit tidak mas?"
"Matamu buta! Aku terjatuh dari ketinggian 2 meter tentu saja sakit."
Aku mengusap-usap pantatku yang sakit, dan juga lenganku. Saat sedang meredakan rasa sakitku, tiba-tiba ada seorang wanita muda, dan seorang pria paruh baya yang keluar dari dalam rumah.
"Ada apa ini pak? Siapa dia?" tanya wanita muda itu.
"Kenapa dia?" tanya pria di sampingnya.
"Eeh, ini non, tuan. Mas ini minta mangga muda buat bos nya yang lagi ngidam. Pas mau turun malah jatuh." terang salah seorang penjaga.
"Kamu tidak papa nak?"
"Tidak apa-apa tuan, sudah tidak terlalu sakit seperti tadi. Maaf, saya meminta mangga nya."
"Tidak apa! Kenapa tidak meminta penjaga saja untuk mengambilkannya?"
"Bos saya ingin saya sendiri yang memanjatnya tuan."
"Ada yang terluka tidak? Kita obati luka mu di dalam!"
"Tidak perlu tuan, hanya lecet saja."
"Jangan menolak, Bejo, Anton. Bantu mas ini masuk ke rumah untuk di obati lukanya."
"Baik tuan!"
Kedua penjaga rumah membantuku untuk masuk ke dalam rumah.
Sesampainya di ruang tamu, aku duduk di sofa yang berada disana.
"Monika, ambilkan kotak obat dan obati lukanya."
"Baik papa!"
"Kamu bekerja dimana sebenarnya?"
"Saya bekerja di perusahaan om Wiliam tuan!"
Pria itu mengerutkan keningnya. "Wiliam Anggara? Pemilik perusahaan properti yang besar itu?" tanyanya.
Aku mengangguk. "Benar tuan! Apa tuan mengenalnya?"
"Hanya tau, beberapa kali pernah bertemu di acara-acara perusahaan."
Aku mengangguk saja tanpa mau bertanya lebih lanjut. Wanita bernama Monika itu kembali, dengan membawa kotak obat di tangannya.
"Sini aku obati!"
Aku mendekatkan lenganku ke hadapannya yang duduk di sebelahku. Wanita itu seperti curi-curi pandang kearahku. Tapi aku tidak terlalu meresponnya.
"Sudah!" ucapnya.
"Terimakasih. Kalau begitu saya harus kembali ke kantor. Saya tidak ingin bos saya marah lagi."
"Kamu bekerja di divisi apa?" tanya pria itu.
"Saya asisten pribadi Presdir tuan!"
"Asisten nya Wili?" tanyanya. Aku menggelengkan kepalaku.
"Om Wili sudah pensiun tuan, saat ini anaknya yang menggantikannya. Aku menjadi asisten pribadi tuan Dimas Anggara." jawabku.
Pria itu mengangguk, aku melirik kearah wanita yang sejak tadi hanya diam. Ia mengalihkan tatapannya kearah lain saat aku menangkap basah dirinya.
"Siapa namamu?" tanya pria itu.
"Leo tuan, Leo Anderson!"
"Apa kau anak dari tuan Robert Anderson?"
Aku mengangguk lagi. Ku lihat wajah pria itu seperti terkejut. Lalu terkekeh, membuatku heran.
"Ayahmu memiliki perusahaan yang besar sama seperti Wiliam, kenapa kau malah bekerja menjadi asisten anaknya Wiliam?"
"Aku ingin belajar menegement bisnis terlebih dulu sebelum terjun ke perusahaan keluargaku. Lagipula kakak ku lebih berkompeten untuk memimpin perusahaan dari pada aku. Mungkin aku akan bekerja di perusahaan papa saat masa kontrakku habis."
"Ya ya ya! Kau pria yang hebat. Lain kali main ke sini. Aku akan senang jika kau datang kembali ke rumah ini."
"Saya akan pikirkan kembali tawaran anda tuan. Ngomong-ngomong, apa anda mengenal ayah saya?"
"Sama seperti Wiliam, hanya mengetahuinya saja, para pebisnis pasti saling mengetahui tanpa pernah berkenalan." jawabnya. Aku mengangguk paham, karena para pebisnis sering diundang ke acara-acara bisnis.
"Kalau begitu saya permisi tuan, nona!" aku juga berpamitan pada wanita yang sudah mengobatiku.
"Terimakasih karena sudah mengobati lukaku!" kataku lagi.
Wanita itu mengangguk dan tersenyum. "Tidak masalah!" jawabnya.
Mereka mengantarkan aku sampai ke depan pagar tinggi rumah ini. Aku menenteng buah mangga yang sudah di masukkan ke dalam plastik oleh penjaga.
"Mas, ini hp nya. Video nya sudah saya simpan." ucap penjaga bernama Anton.
"Terimakasih ya!"
"Sama-sama mas."
"Video apa?"
"Ini tuan, mas nya manjat pohon saya suruh video in, katanya perintah bosnya."
Aku menyunggingkan senyumku, lalu menunduk sopan, dan masuk ke dalam mobil meninggalkan rumah itu.
Aku bersumpah tidak akan pernah kembali ke dalam rumah itu lagi.
Sesampainya di kantor, aku langsung menuju ke ruangan tuan Dimas. "Ini mangga, dan bumbu kacang permintaan anda Tuan!" aku meletakkan mangga itu keatas meja nya. Untung sebelum pergi aku sudah meminta OG untuk membuatkan bumbu kacang.
Tuan Dimas yang sedang menatap layar komputer melirik buah mangga yang di dalam kresek bening.
"Mana videonya?"
Aku mengeluarkan ponselku, dan mengirimkan video ku ke ponsel tuan Dimas.
"Sudah saya kirimkan ke ponsel anda tuan!"
"Baiklah, kau boleh keluar. Terimakasih atas usahamu, lain kali aku mau lagi."
"Tidak tuan! Ini pertama dan terakhir kalinya saya melakukan ini!" kataku tegas, dengan tatapan tajam.
"Ba-ba-baik lah, tidak akan lagi. Lain kali aku meminta supir saja. Sudah jangan menatapku seperti itu. Menyeramkan sekali tatapanmu itu. Sudah sana keluar!" ucapnya dengan menunduk, aku tau tuan Dimas selalu kicep jika aku sudah menatapnya tajam.
Aku menunduk sopan lalu berbalik badan keluar ruangan. Sesampainya di luar, aku mengendurkan dasi ku, dan membuka kancing teratas kemejaku, sambil berjalan menuju ruanganku.
ada ada aj kau dim
good job Leo,.maklum lah Dimas kan CEO amatir..
Leo dikerjain bos yang lagi nyidam...