"Dewa Penghancur"
Kisah ini bermula dari seorang pemuda bernama Zhi Hao, yang sepanjang hidupnya selalu menjadi korban penghinaan dan pelecehan. Hidup di pinggiran masyarakat, Zhi Hao dianggap rendah—baik oleh keluarganya sendiri, lingkungan, maupun rekan-rekan sejawat. Setiap harinya, ia menanggung perlakuan kasar dan direndahkan hingga tubuh dan jiwanya lelah. Semua impian dan harga dirinya hancur, meninggalkan kehampaan mendalam.
Namun, dalam keputusasaan itu, lahir tekad baru. Bukan lagi untuk bertahan atau mencari penerimaan, melainkan untuk membalas dendam dan menghancurkan siapa saja yang pernah merendahkannya. Zhi Hao bertekad meninggalkan semua ketidakberdayaannya dan bersumpah: ia tak akan lagi menjadi orang terhina. Dalam pencarian kekuatan ini, ia menemukan cara untuk mengubah dirinya—tidak hanya dalam penampilan, tetapi juga dalam jiwa dan sikap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jajajuba, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18: Kedatangan Klan Xiao
Zhi Hao duduk di samping batu nisan, tempat peristirahatan terakhir ibunya. "Bu, sekarang aku bukanlah seorang sampah yang dapat dihina. Aku akan mengukir namaku sendiri dalam legenda," bisiknya lembut, matanya berkaca-kaca.
Ia mencium batu nisan tersebut, kemudian bercerita dengan suara rendah tentang pengalamannya selama berlatih di Cincin Dunia, bagaimana ia bisa mendapatkan kekuatan yang luar biasa. Meskipun hanya cerita tanpa jawaban, itu sudah cukup melegakan hatinya.
"Tuan Muda, Patriark memanggil Anda," suara seorang pelayan wanita memecah kesunyian.
Zhi Hao berdiri tegak, "Baik. Sepertinya Klan Xiao bergerak. Apa yang sebenarnya mereka pikirkan? Padahal Xiao Lui hanyalah seorang budak tak berarti," gumamnya, sedikit meremehkan. "Di mana ayah menungguku?"
"Di aula Klan, Tuan Muda!" jawab pelayan tersebut.
"Terima kasih!" Zhi Hao berucap, menyimpan tangannya di punggung, berjalan tenang menuju aula klan.
Pelayan wanita itu terdiam, matanya tertuju pada punggung Zhi Hao yang menjauh. "Tuan muda Hao sangat berbeda sekali. Padahal hanya dua hari ia pergi dan menghilang. Tapi ada banyak perubahan. Dia juga tambah tampan," gumamnya dengan wajah memerah.
Ia menghela napas, kembali ke tugasnya, tetapi bayangan Zhi Hao yang baru dan kuat masih terukir jelas di benaknya.
Aula Klan Zhi dipenuhi dengan para anggota keluarga yang duduk dengan tenang, namun mata mereka semua tertuju pada Zhi Hao yang berjalan dengan langkah tenang dan penuh percaya diri.
Zhi Renxiao, adik Patriark Klan Zhi yang juga menjabat sebagai Penatua Pertama, menatap Zhi Hao tajam. "Apakah kamu tidak merasa bersalah akan sesuatu?" tanyanya dengan nada dingin.
Zhi Hao berhenti di hadapan mereka, raut wajahnya tenang. "Paman, maafkan aku yang datang dengan kurang sopan," jawabnya. Meskipun kata-katanya terdengar seperti permintaan maaf, sikapnya sama sekali tidak menunjukkan rasa rendah hati.
Zhi Renxiao mendengus, jari-jarinya mengetuk meja dengan keras. "Aku tidak tahu kamu makan apa di hutan hingga begitu berani mengusik Klan Xiao," sergahnya.
Zhi Sao, Patriark Klan Zhi, berusaha menenangkan suasana. "Adik, tenanglah. Dia masih muda, belum berumur 20 tahun. Wajar kalau masih labil. Lagipula, aku sudah bertanya padanya tentang alasan mengapa dia menyerang orang Klan Xiao. Itu karena hinaan," jelasnya.
Zhi Renxiao mendengus lagi, "Aku sudah sering mendengar bahwa Zhi Hao memang tak berguna. Wajar kalau dia dihina. Kamu juga sebagai ayah terlalu memanjakannya. Meskipun dia putra pertama, tapi apa yang bisa ia berikan pada Klan?" tanyanya dengan nada mengejek.
Suasana di aula semakin tegang. Zhi Hao hanya diam, mendengarkan dengan tenang. Ia tahu bahwa ia telah menjadi pusat perhatian, dan ia siap menghadapi apa pun yang akan datang.
"Aku tidak meminta penghormatan. Aku hanya ingin membela nama keluarga dan klan kita," jawab Zhi Hao akhirnya, suaranya tenang namun penuh tekad. "Aku akan membuktikan bahwa aku bukan sampah. Aku akan menjadi kekuatan yang melindungi Klan Zhi."
Kata-katanya yang penuh keyakinan membuat para anggota klan terdiam. Mereka penasaran, apakah Zhi Hao benar-benar bisa menjadi kekuatan yang mereka harapkan? Atau hanya mimpi kosong yang akan berakhir dengan kekecewaan?
"Siapa yang tidak tahu dengan gelarmu itu. Jangan membodohi diri. Apa kamu pikir dengan bermulut besar bisa melindungi Klan dari incaran orang lain?" Zhi Renxiao, Adik Zhi Sao, berdiri di dekat pintu, tangannya terlipat di dada, raut wajahnya penuh ketidaksetujuan.
Tidak ada yang membantah ucapannya. Semua orang di Klan Zhi tahu reputasi Zhi Hao. Meskipun dia giat berlatih pedang, tidak ada yang menganggapnya serius. Terlahir dengan Fisik yang buruk, dia hanya dianggap sebagai beban bagi Klan.
"Waktu akan menunjukkan siapa aku yang sebenarnya," jawab Zhi Hao, tanpa memperdulikan. Matanya tajam, memancarkan tekad yang kuat.
"Nak, Ayah akan melindungimu dari Klan Xiao," ujar Zhi Sao, kepala Klan Zhi, dengan suara tenang namun tegas.
"Kak, kamu tidak bisa memanjakannya begitu saja. Lagipula, Klan Xiao hanya meminta dia diberikan pada mereka. Kita tidak bisa berperang di saat seperti ini," Renxiao berkata, suaranya dingin dan penuh penghinaan.
"Bagaimana jika anakmu yang melakukan itu? Apakah kamu akan membiarkannya atau membelanya? Cukup, aku tahu apa yang aku lakukan," kata Zhi Sao, suaranya meninggi, tampak teguh dengan pendiriannya.
"Kamu duduklah, Hao. Orang-orang Klan Xiao akan datang sebentar lagi," kata Zhi Sao, suaranya kembali tenang, namun penuh otoritas.
Zhi Hao terlahir dengan Fisik yang lemah. Dia kesulitan menguasai teknik dasar pedang, bahkan untuk mengayunkan pedang saja dia membutuhkan usaha ekstra. Semua orang di Klan Zhi mengejeknya, termasuk Renxiao. Mereka menganggapnya sebagai aib bagi Klan, seorang yang tidak layak mewarisi warisan pedang Klan Zhi.
Namun, Zhi Hao tidak pernah menyerah. Dia berlatih lebih keras dari yang lain, menghabiskan waktu berjam-jam di halaman belakang, mengasah tekniknya. Dia belajar dari kesalahan, dan perlahan tapi pasti, kemampuannya meningkat.
**
Beberapa saat kemudian, beberapa orang dari Klan Xiao datang ke kediaman Klan Zhi. Mereka datang dengan wajah dingin dan penuh arogansi.
Zhi Sao dan yang lainnya datang keluar untuk menyambut.
"Kami dari Klan Xiao," kata pemimpin mereka, seorang pria kekar bernama Xiao Long. "Kami datang untuk menjemput sampah itu."
"Jangan menyebutnya sampah, dia punya nama dan Dia tidak akan pergi," jawab Zhi Sao dengan tegas.
"Jangan bodoh, Patriark Zhi Sao," kata Xiao Long, menyeringai. "Kamu tahu bahwa Klan Xiao jauh lebih kuat dari Klan Zhi. Lebih baik kamu menyerahkan Zhi Hao sekarang sebelum terjadi pertumpahan darah."
"Klan Xiao," kata Zhi Sao, suaranya tenang namun penuh otoritas. "Kami Klan Zhi tidak pernah takut pada siapa pun. Kami akan mempertahankan anak kami sampai titik darah penghabisan."
"Kau benar-benar bodoh," kata Xiao Long, "Kamu tidak akan pernah menang melawan Klan Xiao. Kamu akan kehilangan segalanya, termasuk anakmu."
"Aku tahu apa yang aku lakukan," kata Zhi Sao dengan tenang.
Xiao Long menatap Zhi Sao dengan penuh kebencian. Dia berbalik dan memberi isyarat kepada anak buahnya untuk menyerang.
“Serang!"
Pertempuran di Kediaman Klan Zhi
Pertempuran pun terjadi. Klan Xiao menyerang dengan ganas, namun Klan Zhi melawan dengan gigih.
Treng!
Treng!
Zhi Sao memimpin Klan Zhi dengan gagah berani, pedangnya menari-nari dengan cepat dan mematikan.
Zhi Hao, yang awalnya hanya menonton dari pinggir, akhirnya tidak tahan lagi. Dia mengambil Pedang Bayangan dan bergabung dalam pertempuran.
"Aku tidak akan membiarkan mereka menyakiti Ayahku!" teriak Zhi Hao.