NovelToon NovelToon
RanggaDinata

RanggaDinata

Status: tamat
Genre:Teen / Tamat / Cintapertama / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Bad Boy / Idola sekolah
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: patrickgansuwu

"Rangga, gue suka sama lo!"

Mencintai dalam diam tak selamanya efektif, terkadang kita harus sedikit memberi ruang bagi cinta itu untuk bersemi menjadi satu.



Rangga Dinata, sosok pemuda tampan idola sekolah & merupakan kapten tim basket di sekolahnya, berhasil memikat hati sosok wanita cantik yang pintar dan manis—Fira. Ya itulah namanya, Fira si imut yang selama ini memendam perasaannya kepada kapten basket tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon patrickgansuwu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9. Kembalinya masa lalu

Hari itu, langit tampak cerah seperti biasanya. Fira sedang berada di perpustakaan, berusaha menenggelamkan diri dalam buku-buku pelajaran. Namun, pikirannya tak pernah benar-benar bisa fokus. Semua yang terjadi akhir-akhir ini terus berkecamuk di benaknya—hubungannya dengan Ezra yang semakin rumit, gosip yang terus beredar, dan konflik yang sepertinya belum menemukan ujung.

Sambil menghela napas panjang, Fira mencoba membebaskan dirinya dari semua kekacauan pikiran. Namun, sesaat kemudian, sesuatu terjadi yang sama sekali tak ia duga.

"Fira?"

Suara itu—suara yang dulu sangat akrab di telinganya—membuat Fira menoleh dengan cepat. Di sana, berdiri di hadapannya, adalah sosok yang selama ini berusaha ia lupakan, namun tak pernah benar-benar bisa ia tinggalkan. Rangga.

Sekilas, hati Fira bergetar. Laki-laki yang pernah begitu berarti dalam hidupnya kini kembali muncul, seolah-olah tak ada apa-apa di antara mereka. Wajahnya masih tampan, dengan senyum yang sama yang pernah membuat Fira merasa begitu aman dan nyaman. Namun, kali ini ada sesuatu yang berbeda. Ada kehangatan yang dulu, namun juga ada jarak yang terasa nyata di antara mereka.

"Rangga?" Fira hampir tidak percaya pada apa yang dilihatnya.

Rangga tersenyum kecil, meski ada sedikit kecanggungan dalam gerak-geriknya. “Ya, gue. Udah lama ya, kita nggak ngobrol.”

Fira merasa jantungnya berdetak lebih cepat. Rasanya seperti deja vu, seolah-olah pertemuan ini membawa kembali semua kenangan yang telah berusaha ia kubur dalam-dalam. "Ya, udah lama banget," balas Fira, suaranya pelan dan sedikit gemetar.

Mereka berdiri dalam keheningan beberapa saat. Ada banyak hal yang ingin Fira katakan, tapi semuanya terasa begitu sulit diungkapkan. Ada begitu banyak rasa yang tertahan—rasa sakit, kecewa, dan mungkin masih ada sedikit cinta yang tersisa.

Akhirnya, Rangga memecah keheningan. "Boleh gue duduk di sini?" tanyanya, menunjuk kursi kosong di sebelah Fira.

Fira mengangguk, meski hatinya masih penuh keraguan. Ia tidak tahu apakah pertemuan ini akan membawa lebih banyak kebingungan dalam hidupnya, atau justru memberikan kejelasan yang selama ini ia butuhkan.

•••

Mereka duduk bersama di meja perpustakaan yang sepi. Fira merasakan jantungnya berdegup kencang, sementara Rangga tampak berusaha bersikap santai. Namun, ada kegugupan yang jelas terlihat di matanya.

"Lo gimana, Fir?" tanya Rangga akhirnya, memecah keheningan.

Fira tersenyum kecil. "Gue baik. Banyak hal yang terjadi sejak terakhir kita ngobrol."

Rangga mengangguk, seolah-olah ia mengerti tanpa perlu dijelaskan lebih jauh. "Gue tau. Gue denger beberapa cerita soal lo sama Ezra."

Fira langsung tertegun. Tidak pernah terpikir olehnya bahwa Rangga akan mendengar tentang hubungannya dengan Ezra. "Lo denger dari siapa?"

Rangga mengangkat bahu. "Anak-anak ngomongin. Lo tau gimana sekolah ini. Apa pun yang terjadi, pasti jadi gosip."

Fira merasakan rasa tak nyaman menjalar di tubuhnya. Sepertinya semua orang di sekolah sudah mengetahui tentang dirinya dan Ezra, meskipun ia sendiri masih belum yakin apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka.

"Gue nggak pengen ikut campur, Fir," lanjut Rangga, nadanya lebih lembut. "Tapi gue cuma mau bilang… lo harus hati-hati."

Fira menatap Rangga dengan kening berkerut. "Hati-hati? Maksud lo apa?"

Rangga menghela napas panjang, seolah-olah sedang mencoba mencari kata-kata yang tepat. "Gue pernah tau beberapa hal soal Ezra dari anak-anak yang kenal dia di luar sekolah ini. Gue nggak bilang dia orang yang buruk, tapi… dia punya masalah di masa lalunya. Gue nggak pengen lo jadi korban dari masa lalunya itu."

Hati Fira mulai bergetar. Ini sudah kedua kalinya seseorang memperingatkannya tentang Ezra, dan kali ini peringatan itu datang dari seseorang yang pernah sangat dekat dengannya. "Maksud lo masalah apa, Rangga?"

Rangga tampak ragu, seolah-olah ada sesuatu yang ia tahu namun enggan untuk diungkapkan. "Ezra pernah terlibat dalam beberapa masalah serius, Fir. Bukan cuma gosip biasa. Gue nggak tau detailnya, tapi anak-anak di luar sana bilang dia pernah berurusan sama hal-hal yang nggak baik—narkoba, perkelahian… gue nggak mau lo terlibat dalam masalah itu."

Fira terdiam, merasa pikirannya semakin kusut. Ezra sudah menjelaskan padanya bahwa cerita-cerita itu hanyalah fitnah, tetapi semakin banyak orang yang memperingatkannya tentang hal yang sama. Rangga, meskipun mereka tidak lagi bersama, tetap peduli padanya—itu terlihat jelas dari caranya berbicara. Namun, apakah semua ini benar-benar demi kebaikannya, atau hanya karena Rangga masih menyimpan perasaan terhadapnya?

•••

Setelah pertemuan itu, Fira tidak bisa berhenti memikirkan kata-kata Rangga. Ezra memang pernah mengungkapkan masa lalunya, namun tidak sedetail apa yang dikatakan oleh Rangga. Dan semakin ia memikirkan hal itu, semakin banyak keraguan yang muncul di hatinya.

Ezra dan Rangga adalah dua pria yang sangat berbeda. Rangga selalu memberi Fira rasa aman dan stabilitas, meskipun akhirnya hubungan mereka harus berakhir karena perbedaan yang tak terhindarkan. Sementara Ezra membawa ketidakpastian dan tantangan, tetapi di saat yang sama, ia membuat Fira merasa hidup dengan cara yang baru. Namun, dengan semua peringatan dan gosip yang terus-menerus menghantuinya, Fira mulai meragukan pilihannya.

Esok harinya, Fira memutuskan untuk berbicara dengan Ezra. Ia tidak ingin semua keraguan ini berlarut-larut tanpa ada kejelasan. Ia butuh jawaban pasti dari Ezra—jawaban yang akan membuatnya tahu apakah ia harus melanjutkan hubungan ini atau tidak.

Ketika ia menemui Ezra di taman sekolah, Ezra tampak berbeda dari biasanya. Wajahnya lebih serius, dan ada aura tegang yang mengelilinginya.

“Lo mau ngomong sesuatu, Fir?” tanya Ezra dengan nada tenang, meskipun tatapan matanya tampak waspada.

Fira menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberaniannya. "Gue butuh kejelasan, Ezra. Gue nggak bisa terus-terusan hidup dalam ketidakpastian kayak gini."

Ezra tampak bingung. "Maksud lo?"

"Lo udah bilang ke gue soal masa lalu lo, tapi sekarang banyak orang yang ngomongin hal-hal lain. Lo bilang lo nggak terlibat dalam masalah narkoba, tapi gue denger dari orang-orang bahwa lo pernah terlibat hal-hal yang lebih buruk dari itu. Gue perlu tahu apa yang sebenarnya terjadi, Ezra. Gue nggak bisa terus-terusan bertanya-tanya tentang lo," kata Fira dengan suara yang terdengar lebih tegas dari yang ia duga.

Ezra terdiam sejenak, menatap Fira dengan tatapan yang sulit dibaca. Akhirnya, ia menghela napas panjang, seolah-olah ia tahu bahwa momen ini akan datang. "Gue udah cerita sama lo, Fir. Tapi kalo lo nggak percaya, gue nggak bisa maksa."

Fira merasa hatinya semakin berat. "Ini bukan soal gue nggak percaya, Ezra. Ini soal gue butuh kejelasan. Gue nggak mau dengar rumor lagi. Gue mau tahu kebenarannya dari lo."

Ezra menatap Fira dengan tatapan tajam, dan untuk pertama kalinya, Fira merasa sedikit takut. "Gue udah bilang yang sebenarnya, Fir. Kalau lo nggak bisa terima itu, mungkin lo harus denger dari orang lain."

Fira terdiam, merasa hatinya berkecamuk. Ezra tidak memberikan jawaban yang ia butuhkan, dan hal itu membuatnya semakin ragu.

Tanpa menunggu lebih lama lagi, Fira berdiri dan pergi, meninggalkan Ezra yang hanya diam membisu di tempatnya. Hatinya terasa berat, tetapi ia tahu bahwa keputusan harus segera diambil. Dengan kembalinya Rangga ke dalam hidupnya, dan semua peringatan yang ia dengar, Fira tahu bahwa dirinya sedang berada di persimpangan jalan yang sulit.

•••

Di bab ini, Rangga kembali muncul, membawa lebih banyak konflik dan ketegangan bagi Fira. Kembalinya Rangga menghidupkan kembali perasaan masa lalu, sementara hubungan Fira dengan Ezra semakin dipenuhi dengan ketidakpastian. Bagaimana menurutmu kelanjutannya?

1
Rea Ana
wes fir.... fir... semoga kau tak stress, hidup kau buat tarik ulur, pusing dibuat sendiri
Rea Ana
fira labil
Rea Ana
bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!