Kelanjutan dari cerita 'Dan Cinta itu Kamu'.
Jadi, sebelum baca yang ini, baca dulu cerita sebelumnya ya, 'Dan Cinta itu Kamu'.
Setelah empat tahun berusaha untuk melupakan perasaannya terhadap Khumaira, Yoongi kembali bertemu dengan seorang gadis berjilbab lagi. Pertemuan keduanya terjadi di rumah orangtua Yoongi.
Ternyata bukan hanya Yoongi yang menaruh hati pada Zeera. Jungkook yang saat itu tidak sengaja Bertemu dengan Zeera pun menaruh hati pada gadis tersebut.
Saat Yoongi dan Zeera mulai akrab, Tuhan kembali mempertemukan Yoongi dengan Khumaira dan juga Namira, anak dari Khumaira dan Rangga.
Ternyata Rangga sudah meninggal satu tahun yang lalu saat perjalanan dinas keluar kota. Saat itu usia Namira sudah tiga tahun.
Akankah cinta lama Yoongi kembali tumbuh?
Berhasilkah Jungkook mendapatkan cinta Zeera?
Lalu Husna dan Hobi, yah mereka juga saling jatuh cinta. namun tidak ada kendala
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amalia Shah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Tentang Yoongi dan Khumaira
Jungkook dan Taehyung kembali dari apotek. Tidak lama, makanan pun tiba. Ibu Khumaira dibantu Zeera dan Husna menyiapkan semua makanan. Namira sudah terbangun. Dia sedang makan buah di suapi oleh Taehyung.
"Ayo, makan nak." Ujar ibu Khumaira pada semua orang.
"Biar aku suapi." Yoongi mengambil piring berisi nasi dan sop ikan untuk Khumaira.
Khumaira melotot pada Yoongi, kemudian melirik Zeera.
"Apa?" Yoongi pasang wajah polos.
"Dia beneran nggak ngerti ya." Gerutu Khumaira dengan suara sangat pelan.
"Aku bisa makan sendiri Yoon." Khumaira hendak meraih piring ditangan Yoongi. Namun pria itu menarik piringnya.
"Kau masih lemas. Biar aku suapi saja."
Melihat perdebatan mereka berdua, semua orang menatap heran.
"Hyung kenapa bersikap seperti itu pada nuna? Nanti apa yang dipikirkan Zeera?" Batin Hobi, dia menggelengkan kepala.
"Biar aku saja Hyung." Jungkook merebut piring di tangan Yoongi.
"Tapi...."
"Kau melupakan sesuatu Hyung. Zeera ada disini." Bisik Jungkook.
Yoongi terdiam. Dia sungguh baru tersadar bahwa disana ada Zeera dan juga Husna. Yoongi menoleh pada Zeera dan berusaha tersenyum. Namun Zeera tidak membalasnya. Bahkan Zeera menyipitkan mata, seolah sedang marah pada Yoongi.
"Ya Allah, dia marah lagi. Kenapa aku tidak sadar kalau dia ada disini?" Gerutu Yoongi dalam hati.
Suasana makan terasa sepi karena tidak ada yang berani bicara. Sesekali Yoongi mencuri pandang pada Zeera, memastikan gadis itu sudah tidak marah lagi. Namun kenyataannya tidak. Ketiga kalinya mencuri pandang, Zeera juga menatapnya dengan tatapan tidak suka. Yoongi terasa susah untuk menelan makannya. Dia tersedak, dan segera minum.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Setelah kejadian di rumah sakit, Zeera benar-benar mengacuhkan Yoongi. Pesan ataupun telepon dari Yoongi tidak di respon nya. Dia menyibukkan diri dengan kegiatan mengajarnya.
Seminggu sudah tidak ada komunikasi diantara Yoongi dan Zeera. Selain karena kesibukan keduanya, Zeera juga enggan untuk mengirim pesan terlebih dahulu pada Yoongi. Di sela-sela jam mengajar, Zeera sesekali mengecek handphone nya.
"Kenapa masih belum juga ada pesan dari dia?" Zeera kembali mengunci layar handphone nya.
"Masa aku kirim pesan duluan, kan gengsi." Gerutunya.
Jam pelajaran selesai. Zeera bergegas ke ruang guru. Dia menghampiri Husna yang sedang mengoreksi tugas siswa.
"Namira sudah pulang dari rumah sakit. Kamu mau ikut aku ke rumah teh Aira nggak?"
"Jam berapa?"
"Habis Dzuhur saja ya, tanggung bentar lagi soalnya."
"Oke. Kamu bawa bekel nggak Zee?"
"Nggak. Aku lagi males bawa."
"Ya udah nanti kita ke kantin dulu sebelum ke rumah teh Aira."
"Oke." Zeera duduk di sofa dan terus memandangi handphone miliknya.
Husna sesekali melihat Zeera, dia tahu betul bahwa sahabatnya itu sedang menunggu kabar dari Yoongi.
"Makanya jangan sok-sokan marah Zee. Nyesel sendiri kan." celetuk Husna. Zeera diam, menatap Husna.
Setelah makan dan sholat Dzuhur, Zeera dan Husna ke rumah Khumaira. Jarak yang tidak begitu jauh membuat mereka hanya berjalan kaki, dan itu membutuhkan waktu sekitar 15-20 menit.
Jarak sekitar 5 meter ke rumah Khumaira, langkah keduanya terhenti. Zeera dan Husna melihat Khumaira, Yoongi serta Namira berjalan menuju rumah kontrakan.
"Kita balik aja yuk na."
"Tapi nanggung Zee."
"Aku nggak enak na nanti ganggu mereka."
Handphone Husna berdering.
"Hobi oppa?" Gumam Husna. Dia kemudian menjawab panggilan telpon.
"Assalamualaikum." Suara di ujung telpon sana.
"Wa'alaikumsalam. Ada apa oppa?"
"Aku sedang ada di restoran dekat apartement kalian, cepatlah kemari."
"Eh sebentar, aku tanya Zeera dulu."
"Baiklah."
Husna memberitahu Zeera tentang ajakan Hobi. Tanpa pikir panjang, Zeera menerima ajakan Hobi.
"Kami akan kesana sekarang. Assalamualaikum."
"Oke. Wa'alaikumsalam."
Husna menarik tangan Zeera. Mereka berjalan dengan terburu-buru agar cepat sampai di halte bus. Karena jarak dari kontrakan Khumaira ke tempat tujuan memang membutuhkan kendaraan.
Di dalam bus, Zeera hanya diam memandang keluar jendela. Husna hanya menghela nafas.
"Jangan terlalu dipikirin Zee. Kalau jodoh juga nggak akan kemana. Kalau memang nggak jodoh, pasti Allah sudah nyiapin jodoh terbaik buat kamu."
"Ya na. Tapi gimana ya, aku kok ngerasa sakit ya liat kedekatan mereka."
"Itu karena kamu terlalu berharap sama Yoongi oppa."
"......"
"Mulai sekarang, jangan gantungin harapan pada manusia. Biar nggak kecewa banget. Coba deh lebih dekatin diri sama Allah."
Mata Zeera berkaca-kaca.
"Makasih ya na, untung ada kamu. Kebayang kalau aku sendirian, pasti udah stress."
"Hust nggak boleh ngomong gitu."
"Ayo turun." Husna menggandeng lengan Zeera.
Keduanya berjalan sekitar lima menit untuk sampai ke restoran yang dituju. Saat masuk ke dalam restoran, Husna mengedarkan pandangan mencari keberadaan Hobi. Lalu seseorang dengan mengenakan masker melambaikan tangan ke arahnya. Husna dan Zeera menghampiri.
"Kita ke private room." Ajak Hobi saat kedua sahabat itu ada di dekatnya.
Husna dan Zeera mengangguk, lalu mengikuti Hobi ke private room.
Ketiganya memesan makanan. Sambil menunggu makanan matang, Zeera memberanikan diri bertanya pada Hobi mengenai hubungan Yoongi dan Khumaira di masa lalu.
"Kau yakin mau tahu tentang kisah mereka?"
"Iya." Jawab Zeera dengan mantap.
"Kenapa tidak bertanya langsung pada orang nya?"
Melihat Zeera terdiam, Hobi menghela nafas.
"Baiklah."
"Kalian pasti tidak akan percaya kalau Yoongi Hyung jatuh cinta pada nuna melalui sebuah mimpi?"
"Mimpi?" Jawab Zeera dan Husna bersamaan dan saling pandang.
"Biar aku saja yang bercerita."
Ketiganya menoleh pada sumber suara. Zeera dan Husna terkejut dengan kedatangan Yoongi yang tiba-tiba. Bahkan mereka tidak mendengar saat pintu ruangan dibuka ataupun di tutup.
Yoongi dengan santai duduk disamping Hobi.
"Kalian terlalu asik bicara, sampai tidak menyadari kedatanganku." Ucap Yoongi santai.
"Kenapa kau mau tahu masa lalu ku dengan Aira?"
"......."
Flashback on
Hidup di kota besar memang tidak mudah. Untuk mengejar cita, tentu diperlukan kerja keras. Dengan sedikit gontai, pemuda itu melangkah mendekati motor milik perusahaan tempat dimana dia bekerja. Menyimpan sekotak makanan ke dalam box, agar tetap aman sampai ke tangan si pemesan. Ya, dia bekerja paruh waktu sebagai pengantar makanan. Siang itu, dia diminta mengantar pesanan yang sedikit jauh jaraknya dari tempatnya bekerja. Sebenarnya, dia sudah merasa tidak enak badan dan ingin segera pulang. Tapi berhubung ada salah satu kurir yang tidak masuk, jadi dengan terpaksa dia menerima perintah dari sang manager untuk mengantarkan pesanan.
Hampir 20 menit perjalanan. Dia tiba di depan rumah kontrakan berlantai 5. Segera dia mengambil kotak makanan, dan kembali memastikan alamat si penerima.
"Beruntung dia ada di lantai 2. Bagaimana kalau di lantai 5? Aku benar-benar sudah tidak kuat. Sakit sekali rasanya." Dia atur nafas. Berusaha kembali menahan rasa sakitnya.
Kaki nya mulai menaiki anak tangga. Ya, di kontrakan tersebut tidak ada lift. Meski sesekali berhenti, dia terus membawa langkahnya menuju lantai 2. Ketika tiba di lantai 2, tiba-tiba kakinya lemas, dia terduduk. Nafasnya memburu. Keringat mulai memenuhi dahi nya.
"Kau tidak apa-apa?"
Pemuda itu mendongakkan kepalanya. Menatap seseorang yang baru saja bertanya padanya. Matanya seolah terkunci. Dia terdiam.
"Kau tidak apa-apa?" Tanya gadis di hadapannya sekali lagi. Pemuda itu menggeleng pelan.
Kemudian gadis itu meraih kotak makanan pesanan di pangkuan sang pemuda.
"Jadi kau, kurir pengantar makanan?"
"Ya."
"Baiklah. Aku akan membantumu mengantarkan makanan ini ke penerimanya."
"Ayo, aku bantu kau berdiri." Gadis itu meraih lengan si pemuda. Yang di tolong masih terdiam menatap gadis berhijab di sampingnya.
"Kenapa?"
"Tidak." Pemuda itu segera berdiri. Dipapah oleh gadis tersebut mendekat ke salah satu bangku yang terletak didekat pintu salah satu rumah kontrakan.
"Kau duduk dulu, biar aku antar ke sana." Ucap si gadis menunjuk arah pintu rumah yang dituju.
"Baik. Terimakasih sudah mau membantuku. Maaf sudah merepotkan mu,nuna." Si pemuda bangun dari duduknya, membungkukkan badan.
"Tidak perlu seperti itu. Cepat kembali duduk."
Pemuda itu menurut, kembali duduk. Si gadis segera membawa langkahnya ke rumah no 4.
Dilihatnya gadis itu tengah berbincang dengan penerima pesanan. Pemuda itu sesekali tersenyum, mengangguk pada mereka berdua saat bertemu tatap.
"Ahjuma bilang terimakasih dan juga maaf, karena sudah membuatmu kerepotan mengantarkan pesanannya." Ucap gadis berjilbab blue ice, saat kembali menemui pemuda tersebut.
Dia hanya mengangguk. "Sekali lagi, terimakasih nuna."
"Sama-sama." Gadis itu tersenyum sangat manis.
"Aku, Yoongi. Min Yoongi." Yoongi mengulurkan tangannya.
"Khumaira. Kau bisa memanggilku, Aira." Khumaira menyambut tangan Yoongi, kembali tersenyum.
Senyumannya membuat Yoongi lupa akan rasa sakit yang sedari tadi ditahan olehnya. Mungkinkah dia jatuh cinta pada pandangan pertama? Terdengar klise. Tapi memang itu pada kenyataannya. Bukan karena paras Khumaira, tapi karena kebaikan dan ketulusannya. Meskipun paras Khumaira sebenarnya juga cantik. Cantik khas wanita Indonesia. Kulit sawo matang, hidung mancung, bola mata coklat, pipi chubby.
"Bagian mana yang sakit?" Ucap Khumaira, ketika kembali melihat Yoongi merintih menahan sakit.
"Pundak."
"Mau aku antar ke rumah sakit?" Tawar Khumaira seraya duduk di samping Yoongi.
"Tidak usah. Mungkin minum obat juga sudah membaik."
Khumaira bangkit, segera membuka kunci pintu rumah kontrakannya. Ya, dia tinggal di rumah no 3. Rumah kontrakan yang di samping pintu ada bangku yang di duduki Yoongi.
"Ayo masuk. Aku punya obat penahan sakit."
"......"
"Kenapa diam?"
"Apa harus aku papah lagi?" Sambung Khumaira.
"Tidak perlu. Aku bisa sendiri." Yoongi bangun dari duduknya. Mengikuti langkah Khumaira.
Rumah kontrakan sederhana. Hanya ada satu kamar, kamar mandi, serta dapur dan ruang tamu yang menyatu. Khumaira baru merantau ke Korea selatan sekitar empat bulan yang lalu. Dia bekerja sebagai programmer di salah satu perusahaan di Seoul. Dia mendapatkan pekerjaan itu dari seniornya sewaktu kuliah. Karena kebetulan seniornya juga bekerja di perusahaan yang sama. Awalnya dia ragu menerima tawaran pekerjaan tersebut, karena tidak mau jauh dari keluarganya. Tapi setelah mendapatkan restu dari kedua orang tua serta kedua adiknya, akhirnya Khumaira memberanikan diri berangkat ke negri ginseng. Dia sangat bersyukur karena seniornya telah banyak membantunya selama di Seoul. Bahkan, uang sewa awal rumah kontrakan juga seniornya yang membayarkannya. Meskipun pada akhirnya, Khumaira tetap keukeuh akan menggantinya.
"Kau sudah makan?"
"Belum."
"Kebetulan aku masak makanan khas Indonesia. Ada sayur asem, ayam goreng, sambal terasi, cumi asin cabe ijo. Oh, ada tempe goreng sama lalapan juga. Mau makan sama apa? Biar aku siapkan." Khumaira menatap Yoongi antusias. Yang ditatap masih fokus melihat menu makanan yang Khumaira sebutkan.
"Maaf. Kalau kau mau masakan Korea, nanti aku pesankan. Kebetulan di dekat sini...."
"Ah, tidak perlu. Bukan aku tidak suka. Hanya saja, aku baru pertama kali melihat menu ini, kecuali ayam goreng." Yoongi terkekeh kecil.
"Hehe... Maaf. Kau mau coba makan apa?"
"Apa boleh kalau semua aku coba?"
"Tentu. Akan aku siapkan." Khumaira tersenyum
"Bisa tidak, jangan tersenyum seperti itu. Benar-benar membuatku malu." Gerutu Yoongi dalam hati. Dia benar-benar salah tingkah.
"Biar aku bantu." Yoongi segera mengambil dua gelas air putih. Khumaira hanya kembali tersenyum menatap Yoongi.
"Ya Tuhan, kalau seperti ini aku bisa mati di tempat. Kenapa kamu selalu tersenyum seperti itu Aira-ya?" Cecar Yoongi dalam hati.
Flashback off