"Jika aku harus mati, maka aku akan mati karena Allah dan kembali pada Allah, bukan menjadi budakmu."
"Hati - hati Jingga, Semakin tinggi kemampuanmu, maka semakin Allah akan menguji dirimu. Tetaplah menjadi manusia yang baik, menolong sesamamu dan yang bukan sesamamu."
"Karena semakin tinggi kemampuanmu, semakin pula kamu menjadi incaran oleh mereka yang jahat."
Dalam perjalanan nya membantu sosok - sosok yang tersesat, Rupanya kemampuan Jingga semakin meningkat. Jingga mulai berurusan dengan para calon tumbal yang di tolong nya.
Dampak nya pun tidak main - main, Nyawa Jingga kembali terancam karena banyak sosok kuat yang merasa terusik oleh keberadaan Jingga. Jingga semakin mengasah dirinya, tapi apakah dia bisa kuat dan bisa menolong mereka yang meminta bantuan nya? sementara nyawanya sendiri juga terancam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Jumillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS. 9. Melawan Ratu
Ustad Sholeh melihat sebuah pintu di balik lemari hias itu, pintu nya di cat berwarna hitam. Pintu nya tergembok dan besi nya bahkan sudah berkarat, menandakan pintu itu tidak pernah di buka sebelum nya.
"Tolong ambil alat yang bisa memecah gembok ini." Ujar Ustad Sholeh.
"Iya Ustad." Elang langsung keluar dari kamar dan tak lama ia kembali dengan palu besar di tangan nya.
Tapi Elang berjalan dengan aneh, wajah nya tidak berekspresi tapi tangan nya menggenggam erat gagang palu besi yang ada di tangan nya dan berjalan menghampiri ustad Sholeh. Jingga yang sebelum nya dari bawah dan kembali masuk ke kamar ayah Elang terkejut saat melihat Elang hendak melayangkan tangan nya yang memegang palu pada Ustad Sholeh.
"Ustad awas!" Jingga teriak, dan dengan terkejut Ustad Sholeh menghindar, tapi tetap kena pelipis nya.
Pelipis Ustad Sholeh berdarah dan Ustad Sholeh juga merasakan pusing karena hantaman palu itu. Elang malah membabi buta mencoba menyerang Ustad Sholeh lagi, dengan sigap Ustad Sholeh menghindar.
"ELANG!! ISTIGFAR, EL!!" Teriak Jingga.
Jingga membaca doa dan mencoba menyadarkan Elang dengan menarik tangan nya, pun dengan Ustad Sholeh yang masih berusaha menghindari serangan Elang. Mereka tahu itu bukan Elang, Elang sedang di rasuki.
"PRANG!!"
"PRANG!!"
Elang menghantam apapun yang berada dekat sengan Ustad Sholeh, karena Ustad Sholeh terus menghindar. Akhirnya Jingga mengulurkan tangan nya dan mencoba menggunakan kekuatan nya untuk menahan Elang.
Hanya saja kemuatan Elang jauh lebih besar karena itu memang bukan Elang. Jingga takut sesuatu terjadi pada Ustad Sholeh, dan keadaan nya sudah sangat genting sekarang, akhirnya Jingga memanggil Aki.
'Aki tolong..' Batin Jingga.
Tiba - tiba Elang terpental begitu saja sampai menabrak tembok, lalu tiba - tiba Elang seperti orang tercekik.
"Khhkh!! Khhk!!" Elang memegangi leher nya dan tak lama dia pingsan.
Jingga melihat Aki membawa sosok yang merasuki Elang pergi, sepertinya itu adalah sosok Ratu yang Jingga cari.
'Hancurkan rumah nya, Jingga.' Jingga mendapat bisikan dari aki, dan dia langsung mengambil palu dari tangan Elang.
Dengan sekuat tenaga Jingga memukul gembok yang mengunci pintu hitam itu, dan setelah beberapa kali percobaan, akhirnya Jingga berhasil.
Saat pintu nya di buka, rupanya di dalam nya adalah sebuah ruang penyembahan. Hanya saja sepertinya sudah tidak di pakai lagi karena di sana hanya tertinggal jejak nya.
'Ambil mustikanya dan hancurkan, Jingga.' Kembali terdengar bisikan di telinga Jingga.
Sayang nya mustika nya itu tidak bisa sembarang orang yang mengambil, Jingga kesulitan mengambil mustika itu karena mengeluarkan hawa yang panas.
"Pak Ustad, aku nggak bisa ambil mustika ini." Ujar Jingga.
"Biar Ustad coba." Ustad Sholeh dengan susah payah bangun, kepalanya sangat kesakitan karena hantaman palu dari Elang.
Ustad Sholeh membaca doa, tapi rupanya tetap tidak bisa. Mustika nya memancarkan kekuatan yang sangat besar.
'Cepat Jingga!' Aki memperingati Jingga.
"Jingga, Ustad bantu kamu dari belakang, kamu yang ambil ya, nak? Baca doa doa dalam hatimu." Ujar Ustad Sholeh dan Jingga mengangguk.
Ustad Sholeh membantu Jingga dengan menyalurkan kekuatan pada Jingga dan Jingga yang bergerak. Perlahan tapi pasti Jingga mulai bisa menyentuh mustika itu dan kini berada di tangan nya. Jingga kini kebingungan hendak di apakan mustika yang ada di dalam genggaman tangan nya itu.
'Hancurkan!' Aki meminta Jingga untuk menghancurkan mustika itu.
"Ustad, aki bilang supaya ini di hancurkan, tapi gimana cara menghancurkan nya, ini sangat panas yang berarti ini adalah api." Ujar Jingga.
"Masukan dulu kedalam air, biar Ustad netralkan lebih dulu." Ujar Ustad Sholeh.
Jingga berlari kedalam kamar mandi dan menggunakan wadah apapun utuk megambil air, lalu di berikan pada ustad Sholeh. Ustad Sholeh pun membaca doa dan dengan perlahan Jingga memasukan mustika di tangan nya kedalam air itu.
"Untuk sementara seperti ini saja, dia tidak akan bisa melakukan apapun." Ujar Ustad Sholeh.
Elang terlihat sadar dari pingsan nya dan dia terkejut melihat Jingga yang tampak panik dan Ustad Sholeh yang berdarah - darah di pelipis kepalanya. Pelayan rumah Elang juga ikut sadar setelah beberapa saat pingsan.
Jingga memejam kan matanya sambil membaca doa, dan dia masuk ke alam dimana Aki sedang mencekik sosok Ratu siluman ular yang saat ini sudah kalah. Aki terlihat sangat murka dengan ratu siluman ular itu sampai tubuh nya terlihat sangat besar karena aki mengeluarkan kekuatan yang besar juga.
"Kenapa kamu mengganggu Elang dan keluarga nya?" Tanya Jingga pada sosok Ratu yang sudah tidak berdaya.
"Aku hanya meminta bagianku." Ujar nya, rupanya sosok Ratu itu sudah tidak sombong lagi karena aki sudah melumpuhkan nya.
"Bagian? Bagian apa maksudnya?" Tanya Jingga lagi.
"Makananku. Manusia.. dia melakukan perjanjian denganku, aku memberinya apa yang mereka minta dan aku mendapatkan bagianku. Tapi manusia adalah makhluk yang selalu berubah - ubah pikiran, dia serakah dan ingin menyingkirkan aku, jadi aku mengambilnya." Sahut sosok ratu siluman ular itu dengan wajah bengis.
Ia berbicara dengan raut wajah yang berubah - ubah, sejenak dia tersenyum lalu kemudian dia marah bahkan seperti memiliki rasa kecewa yang dalam pada manusia.
"Apakah ayah Elang adalah orang yang kamu maksud??" Tanya Jingga, tapi sosok ratu itu menggelengkan kepalanya.
"Dulu, pemilik tempat ini.. dia melakukan perjanjian denganku dan akan memberiku bagianku, tapi dia ingkar. Dia lupa bahwa tanpa bantuan dariku dia tidak akan menjadi kaya, karena dia ingkar jadi aku membuat mereka sengsara sampai mati." Sahut ratu siluman ular itu sambil tersenyum penuh arti.
"Tapi yang sekarang menempati rumah ini bukan orang yang melakukan perjanjian dengamu. Mereka tidak bersalah, mereka tidak ada sangkut pautnya dengan perjanjian yang pemilik rumah ini dulu lakukan denganmu. Aku minta agar anda tidak mengganggu mereka lagi." Ujar Jingga, sosok Ratu itu terdiam.
"Tidak semua manusia melakukan perjanjian dengan yang ghoib, dan mereka bukan orang seperti itu, jadi saya mohon agar ratu tidak mengganggu mereka." Sambung Jingga.
"Tapi mereka juga sudah membawaku kemari, sampai kapan aku disini?? Sudah sangat lama aku di sini, aku marah (Wajahnya menjadi mengerikan) manusia menempatkan aku disini tapi tidak bertanggung jawab terhadapku." Ujar nya.
Kini Jingga mengerti, kemungkinan sosok ratu siluman ular itu dulunya terikat perjanjian dengan pemilik rumah itu yang terdahulu dan sampai sekarang dia masih terikat disana. Namun mungkin karena beberapa hal orang yang melakukan pesugihan itu meninggalkan sosok ratu itu, karena mereka pikir sudah kaya dan tidak membutuhkan bantuan dari sosok ratu itu lagi tanpa mereka tahu bahwa sosok itu lebih dari mampu melakukan hal yang bisa mencelakakan mereka.
"Dimana asalmu??" Tanya Jingga.
"Kenapa? Kamu tertarik untuk datang kesana?" Tanya siluman ular itu dan menunjukan senyum penuh artinya lagi.
Tapi seketika senyumnya hilang dan berubah menjadi kesakitan karena Aki tidak melepaskan nya dan semakin erat menekan ratu siluman ular itu. Kesombongan nya tidak ada apa - apanya.
"Seharusnya anda tahu, kapan untuk mengaku kalah dan kapan untuk menyombongkan diri." Ujar Jingga.
"Jangan ganggu keluarga ini lagi, lepaskan mereka atau aku.. akan menghancurkan mustikamu." Ujar Jingga lagi.
Ratu itu menatap Jingga dengan mata reptilnya, dan yang tak di sangka adalah sosok ratu siluman ular itu menunduk dan membungkuk di depan Jingga, seakan mengaku kalah.
"Tapi bukan hanya aku yang ada di rumah ini, dan bukan cuma aku yang menginginkan mereka.." Ujar Ratu siluman ular itu.
"Aku tahu, aku akan mengurus sisanya. Aku menganggap diam mu ini adalah jawaban bahwa anda sudah setuju untuk melepaskan keluarga ini, aku yakin anda adalah sosok yang menepati janji." Imbuh Jingga, lalu Jingga membuka matanya.
Saat Jingga membuka mata, yang ada di hadapan Jingga adalah Elang yang menatapnya dengan khawatir. Ustad Sholeh sedang memegangi tisu di pelipisnya sambil memejamkan mata.
"Jingga, kamu nggak apa - apa?" Tanya Elang khawatir, Jingga pun mengangguk dan tersenyum.
"Alhamdulillah, ratu nya sudah mengaku kalah." Ujar Jingga dan Elang bernafas lega sambil berkaca - kaca.
"Makasih banyak, Jingga." Ujar nya, dan Jingga tersenyum.
"PR kita masih banyak, tapi kita harus bawa Ustad Sholeh ke rumah sakit dulu." Ujar Jingga dan Elang mengangguk - angguk sigap.
Mereka pun memapah Ustad Sholeh yang kini baju kokonya bahkan sudah kotor oleh noda darahnya sendiri, dan saat sampai di bawah.. terlihat ayah Elang yang sedang duduk memegangi kepalanya dan Gani yang sedang memberikan air putih pada ayah Elang.
"Jingga, tadi lantai bagian dapur meledak, sepertinya ada sesuatu yang di tanam di rumah ini." Ujar Gani, baik Elang dan ayah Elang pun saling pandang sekarang.
BERSAMBUNG...