Di balik kehidupan mereka yang penuh bahaya dan ketegangan sebagai anggota organisasi rahasia, Alya, Alyss, Akira, dan Asahi terjebak dalam hubungan rumit yang dibalut dengan rahasia masa lalu. Alya, si kembar yang pendiam namun tajam, dan Alyss, yang ceria serta spontan, tak pernah menyangka bahwa kehidupan mereka akan berubah drastis setelah bertemu Akira dan Asahi, sepupu yang memimpin di tengah kekacauan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azky Lyss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32: Membaca Gerakan
Setelah melewati berbagai serangan dan serangan balasan, Asahi dan Akira merasakan bahwa mereka semakin memahami pola gerakan lawan. Mereka berdua mengangguk satu sama lain, menandakan bahwa sudah saatnya untuk melakukan "move" lagi.
Asahi berfokus pada Lily, memperhatikan setiap gerakan dan ekspresi wajahnya. Dia mengetahui bahwa Lily cenderung menyerang dengan pisau di dekat tubuhnya, dan dengan serangan cepat yang tidak terduga. Di sisi lain, Akira memperhatikan Marshall, melihat bagaimana pria besar itu menggunakan kekuatannya, tetapi juga bagaimana dia mungkin tidak secepat kelihatannya.
“Siap?” tanya Asahi.
“Siap,” jawab Akira, dengan semangat yang menyala di matanya.
Dengan strategi yang telah disusun, keduanya bergerak secara bersamaan. Move kali ini, mereka tidak bertukar posisi, tetapi hanya berganti gaya bertarung. Asahi mulai meniru gaya bertarung Akira yang lebih lincah dan cepat, sementara Akira beralih ke gaya bertarung Asahi yang lebih kuat dan bertenaga.
Asahi meluncur maju, memanfaatkan kecepatan dan kelincahannya. Dia menyerang Lily dengan gerakan yang halus namun menghancurkan, melakukan serangan cepat dan menghindar dengan gesit. Lily tampak terkejut dengan perubahan mendadak ini, tidak menyangka bahwa Asahi bisa bergerak dengan cara yang sama sekali berbeda. “Apa yang kau lakukan?” teriaknya, berusaha menyesuaikan diri dengan serangan yang tidak terduga.
Di sisi lain, Akira menghadapi Marshall dengan gaya bertarung yang lebih agresif, mengandalkan kekuatan untuk mendominasi. Dia mengarahkan serangan bertubi-tubi ke arah Marshall, memanfaatkan momentum dan kekuatan yang dimiliki.
“Ini tidak mungkin!” pekik Marshall, terkejut oleh kekuatan serangan Akira yang tiba-tiba. Dia berusaha menangkis, tetapi serangan Akira begitu cepat dan kuat.
Asahi mengayunkan pukulannya ke arah Lily, mengecohnya dengan gerakan yang tidak biasa. Serangan-serangan yang awalnya tak terduga bagi Lily membuatnya kesulitan untuk menemukan ritme. Dalam upaya untuk membalas, dia terpaksa bertahan lebih banyak, melindungi diri dari serangan-serangan Asahi yang semakin tajam.
Marshall merasakan tekanan dari Akira yang terus melancarkan serangan. Setiap pukulan menghantam dengan keras, dan Marshall merasa kesulitan untuk menemukan celah untuk menyerang. “Apa kau mencoba untuk mematahkan tulangku?” teriaknya, berusaha untuk bangkit dan melawan.
“Ya, itu tujuan kami!” jawab Akira dengan nada penuh semangat, tidak memberi ampun. Dia melanjutkan serangan, mengejar Marshall yang berusaha mundur.
Asahi, yang melihat Lily mulai kehilangan kendali, melanjutkan serangan dengan percaya diri. “Kau tidak akan bisa menghentikan kami, Lily!” teriaknya, meluncurkan jab cepat yang membuat Lily terhuyung.
Lily, yang terperangkap dalam serangan bertubi-tubi Asahi, tidak tahu harus berbuat apa. Ketidakpastiannya memberi Asahi keuntungan. Dia memanfaatkan setiap kesempatan untuk menekan Lily lebih jauh lagi.
“Tidak…! Ini tidak akan berakhir di sini!” Lily berusaha mempertahankan diri meskipun dia sudah merasa terdesak.
Di sisi lain, Marshall akhirnya merasa kesakitan. Dia tidak bisa terus bertahan dengan serangan Akira yang terus-menerus menghantamnya. “Kau akan menyesal!” dia mengancam, tetapi akal sehatnya mulai goyah di tengah serangan yang brutal.
Merasa momentum berpihak pada mereka, Asahi dan Akira sepakat untuk mengubah gaya bertarung mereka sekali lagi. Mereka berdua menukar gaya kembali—Asahi kembali menggunakan kekuatan dalam serangannya, sedangkan Akira kembali ke taktik yang lebih lincah dan cepat.
Lily tertegun melihat perubahan mendadak ini. “Apa-apaan ini?” teriaknya, berusaha menyesuaikan diri dengan gaya bertarung Asahi yang lebih kuat dan agresif.
Asahi memanfaatkan ketidakpastian Lily. “Kau seharusnya bisa membaca gerakanku,” ujarnya dengan percaya diri, meluncurkan serangan yang kuat ke arahnya.
Akira, di sisi lain, melakukan serangan cepat dan gesit, menghindari setiap serangan Marshall dan memberikan beberapa pukulan balik yang mematikan. “Ingat, Marshall, kau tidak sendiri dalam pertarungan ini,” katanya, berusaha mengalihkan perhatian lawan.
Pertarungan berlangsung semakin intens saat mereka terus mengganti-ganti gaya bertarung. Lily mulai kehilangan fokus, tidak bisa mengikuti ritme cepat yang terus berubah dari Asahi. Setiap kali dia berusaha menyerang, Asahi dengan mudah mengalihkan serangan itu, menjadikannya rentan.
Di sisi lain, Marshall yang semakin terdesak mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan. Akira memanfaatkan momen itu, melancarkan serangan beruntun yang mengguncang lawannya.
Saat Lily berusaha kembali ke formasi, Asahi meluncurkan serangan terakhirnya—serangkaian pukulan yang sangat kuat dan cepat. Pukulan itu membuat Lily terhuyung dan menjauh, dan tanpa disadari, dia terjatuh ke arah Marshall yang juga sedang terdesak.
Marshall, yang tidak dapat menghindari serangan dari Akira, merasakan sakit di bagian rusuknya ketika serangan kuat Akira menghantamnya. Dia terjatuh ke belakang, terjerembab di antara Lily yang juga tidak seimbang.
Keduanya terdiam, merasakan rasa sakit dan ketidakberdayaan. Dalam momen itu, Asahi dan Akira saling bertukar pandang. Mereka tahu bahwa mereka telah berhasil mengambil alih kendali dalam pertarungan ini.
Dengan kelelahan yang mulai menghampiri, mereka bersiap menghadapi langkah selanjutnya. Sagaras masih menunggu, dan mereka tidak boleh lengah.
Terua semangat Author
Jangan lupa mampir 💜