Demi mendapatkan biaya pengobatan ibunya, Arneta rela mengorbankan hidupnya menikah dengan Elvano, anak dari bos tempat ia bekerja sekaligus teman kuliahnya dulu.
Rasa tidak suka yang Elvano simpan kepada Arneta sejak mereka kuliah dulu, membuat Elvano memperlakukan Arneta dengan buruk sejak awal mereka menikah. Apa lagi yang Elvano ketahui, Arneta adalah wanita yang bekerja sebagai kupu-kupu malam di salah satu tempat hiburan malam.
"Wanita murahan seperti dirimu tidak pantas diperlakukan dengan baik. Jadi jangan pernah berharap jika kau akan bahagia dengan pernikahan kita ini!"
Follow IG @shy1210_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 - Sikapnya Yang Mudah Berubah
Di tengah kekesalan yang melanda, El memberitahukan alasannya bisa menikah dengan Arneta. Lantas saja Cahya terkejut mendengar alasan tersebut. "Kasihan sekali kamu, El. Harus menikah dengan wanita yang tidak kamu cintai. Mana wanitanya bukan wanita baik pula." Wajah Cahya terlihat sangat prihatin. Seakan Arneta benar bukanlah wanita yang baik untuk Elvano.
El nampaknya terpengaruh dengan perkataan Cahya. Dia semakin kesal saja dan berjanji tidak akan membuat hidup Arneta bisa bahagia. "Mungkin dia pikir menikah denganku akan membuat hidupnya bahagia dan dilimpahi banyak harta. Tapi aku gak akan membiarkan impiannya itu berlangsung lama. Aku akan melenyapkan impiannya itu!"
Dengan wajah polosnya, Cahya setuju dengan pemikiran El. Dia turut memberikan tawaran untuk membantu El lepas dari jeratan Arneta. "Jangan sampai kamu terlalu lama menikah dengannya. Bisa terkuras harta keluarga kamu nanti kalau sampai kamu membiarkannya semakin lama menempel di keluarga kamu!"
El mengangguk setuju. Keduanya pun mulai berdiskusi bagaimana caranya bisa membuat hidup Arneta tidak bahagia dan akhirnya wanita itu sendiri yang memohon pada Tuan Keenan untuk berpisah dengan El.
Sementara itu, Arneta nampak sedang berbincang dengan Tuan Keenan di dalam ruangan kerjanya. Tuan Keenan mempertanyakan bagaimana sikap El pada Arneta sejak mereka memutuskan hidup berdua.
"Mas El baik sama saya, Pah. Dia memperlakukan saya dengan baik layaknya istri pada umumnya."
Tuan Keenan senang mendengarnya. Ternyata putranya itu bisa menurut juga kepada dirinya walau mungkin dengan sedikit keterpaksaan. "Baguslah kalau begitu. Memang seharusnya dia bersikap baik kepada kamu!"
Arneta mengangguk saja. Dia berharap kebohongannya saat ini pada Tuan Keenan tidak menjadi dosa untuk dirinya. Pasalnya, dia melakukan itu semua demi kebaikan agar hubungan El dan keluarganya bisa baik-baik saja.
Di tengah pembicaraan keduanya, Tuan Keenan mendapatkan panggilan telefon dari seorang pria yang tidak Arneta ketahui siapa. Arneta memilih untuk diam mendengarkan percakapan Tuan Keenan dengan seseorang di seberang sana.
"Barusan kakaknya El yang menelfon." Beri tahu Tuan Keenan.
Dahi Arneta mengkerut. Dia tidak mengerti kakak El yang mana yang Tuan Keenan maksud. Bukannya dari yang ia ketahui jika El adalah anak tunggal di keluarganya?"
"Namanya Evan. Dia adalah anak angkat Papa dan Mama sebelum El lahir ke dunia."
Arneta terkesiap. Ternyata dia tidak mengetahui sepenuhnya tentang keluarga Tuan Keenan. Arneta pun memilih tidak bertanya banyak. Cukup dia tahu jika Tuan Keenan memiliki dua orang anak laki-laki.
"Dalam waktu beberapa bulan lagi Evan akan kembali ke sini. Jadi setelah dia tiba di sini, Papa akan menyerahkan kepemimpinan perusahaan ini sama Evan." Beri tahu Tuan Keenan.
Arneta mengangguk paham. Lagi, dia tidak ingin bertanya banyak. Cukup diam mendengarkan dan merespon jika diperlukan.
"Oh ya, Arneta. Kamu jangan lupa selalu mengabari Papa kalau El bersikap buruk sama kamu. Papa akan memberikan teguran sama dia kalau dia berani melakukan hal itu kepada kamu!" Pesan Tuan Keenan. Sejak Arneta resmi menjadi menantu di keluarganya, Tuan Keenan merasa jika Arneta juga adalah tanggung jawabnya. Pasalnya, Tuan Keenan sendiri yang membawa Arneta masuk ke dalam keluarganya dan dia merasa harus bertanggung jawab atas kebahagiaan menantunya tersebut.
Pernyataan Tuan Keenan membuat Arneta sedikit takut jika nanti Tuan Keenan mengetahui bagaimana buruknya El memperlakukan dirinya. Sebisa mungkin, Arneta akan menutupi keburukan suaminya itu.
Keesokan harinya, kehidupan yang dilewati Arneta masih terasa seperti biasanya. Tidak ada interaksi di antara dirinya dan El. Keduanya masih menjalani kehidupan masing-masing seperti bukan layaknya suami istri.
Sore harinya, saat Arneta baru saja pulang dari bekerja dan baru melangkah masuk ke dalam rumah, Arneta dikejutkan dengan keberadaan sosok yang sudah sejak lama tidak ia lihat. Sosok wanita yang dulunya pernah menjadi primadona di kampusnya.
"Cahya?" suara Arneta yang terdengar memanggil nama Cahya membuat Cahya dan El yang sedang asik bercanda tawa mengalihkan pandangan pada Arneta.
El menatap wajah Arneta dengan tatapan dingin. Sementara Cahya, wanita itu menatap Arneta dengan senyum yang menghiasi wajah cantiknya. "Arneta." Dia menyapa Arneta dengan wajah ramahnya. Sikap yang Cahya tunjukkan saat ini tentu saja memperlihatkan jika dirinya adalah wanita yang ramah dan baik.
Arneta melangkah ragu mendekati keduanya. Apa lagi tatapan mata El terlihat sangat mematikan di matanya saat ini. Melihat Arneta sudah hampir dekat dengan dirinya, Cahya segera bangkit dari posisi duduk. Dia mengulurkan tangan lebih dulu pada Arneta untuk berjabat tangan.
"Sudah lama sekali rasanya kita tidak bertemu, ya. Sekalinya bertemu, aku kaget banget ternyata kamu udah jadi istrinya El!" Cahya masih saja menunjukkan wajahnya yang ramah pada Arneta.
Arneta melirik ke arah El sekilas. Tidak ia sangka jika El sudah memberitahukan status mereka pada Cahya.
"Ayo duduk dulu bareng kami, Neta." Ajak Cahya. Dia kini bersikap layaknya pemilik rumah yang mengajak tamunya duduk. Padahal, yang seharusnya mengatakan itu adalah Arneta sebagai tuan rumah. Namun, melihat sikap ramahnya Cahya kepada dirinya membuat Arneta tidak ingin berpikiran buruk kepada Cahya. Dia lekas duduk di sofa yang bersampingan dengan Cahya dengan perasaan sedikit canggung.
Suara canda tawa yang tadi sempat terdengar dari mulut El seketika lenyap sejak kedatangan Arneta. Pria itu lebih banyak diam seakan tidak suka dengan keberadaan Arneta. Sementara Cahya, dia sudah bersikap akrab pada Arneta. Mengajak Arneta berbicara mengenai apa saja, termasuk pekerjaan Arneta saat ini.
"Oh, jadi kamu bisa menikah dengan El karena kamu dekat dengan Om Keenan ya." Cahya tersenyum seraya mengangguk saat berbicara pada Arneta. Perkataannya itu tak lantas mendapatkan jawaban dari Arneta. Wanita itu hanya diam saja karena merasa ada maksud tersendiri di dalam hati Cahya kepada dirinya.
Arneta mulai tidak nyaman dengan keberadannya di sana. Di mencari alasan agar bisa lekas pergi meninggalkan Cahya dan El. "Aku ke kamar dulu, ya. Mau buang air kecil." Pamitnya.
"Oh ya, silahkan." Cahya menjawab dengan wajah tersenyum. Sementara El, pria itu masih saja diam seakan lidahnya tidak bisa difungsikan dengan benar saat ini.
Arneta gegas naik ke lantai dua dimana kamarnya berada. Baru saja dia menapaki kaki di lantai dua, sudah terdengar suara canda tawa yang kembali keluar dari mulut El dan Cahya.
"Apa dia bisa berubah sikap secepat itu setelah kepergianku?" Arneta dibuat tak percaya dengan perubahan sikap El yang begitu cepat. Di saat dirinya berada di antara El dan Cahya, El menunjukkan sikap tak ramah. El bahkan hanya berdehem bila diminta Cahya untuk berkomentar.
"Apa yang kamu harapakan dari El sih, Neta? Bukannya dia sudah biasa bersikap seperti itu?" Arneta membuang nafas kasar di udara. Dia menggelengkan kepala tidak ingin memikirkan sikap El.
***
Sebelum lanjut ke bab berikutnya, jangan lupa berikan rate bintang 5 ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️, like, komen dan giftnya dulu teman-teman🤗
Dan jangan lupa follow instagram @shy1210 untuk seputar info karya. Terima kasih kesayangan semua🤗🤗
yg lamaaa donk pemanasannnya,🤣🤣🤣