NovelToon NovelToon
Stuck On You

Stuck On You

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / CEO / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: _Sri.R06

Kehidupan Agnia pada awalnya dipenuhi rasa bahagia. Kasih sayang dari keluarga angkatnya begitu melimpah. Sampai akhirnya dia tahu, jika selama ini kasih sayang yang ia dapatkan hanya sebuah kepalsuan.

Kejadian tidak terduga yang menorehkan luka berhasil membuatnya bertemu dengan dua hal yang membawa perubahan dalam hidupnya.

Kehadiran Abian yang ternyata berhasil membawa arti tersendiri dalam hati Agnia, hingga sosok Kaivan yang memiliki obsesi terhadapnya.

Ini bukan hanya tentang Agnia, tapi juga dua pria yang sama-sama terlibat dalam kisah hidupnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon _Sri.R06, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bukan yang Bersalah

Agnia hanya bisa mengulum bibirnya, menahan senyuman. Tentu saja kalung itu tidak akan ada di kamarnya. Semua ini sudah ada dalam rencananya.

Sementara itu pikiran Agnia mulai berkelana. Sudut bibirnya tertarik samar, begitu kecil hingga tidak akan ada yang dapat melihatnya. Pikirannya kembali pada kejadian semalam. Tepat saat dia memergoki Shena yang keluar dari kamar Agnia dengan mengendap-endap persis seperti seseorang yang takut ketahuan telah berbuat jahat.

Saat itu, seperti biasa Agnia baru saja dari dapur. Di tangannya sudah ada cup mie instan kesukaannya. Namun langkahnya terhenti saat netranya justru mendapati Shena baru saja keluar dari kamar Agnia. Wanita itu tampak melirik ke kiri dan ke kanan. Setelahnya baru secara hati-hati pergi dari sana menuju kamarnya.

Yang dia tidak sadari adalah, Agnia yang memergoki aksi mencurigakan wanita itu. Agnia melihat Shena dari tangga. Namun dari tempat Shena berdiri, jelas dia tidak akan mengetahui keberadaan Agnia jika dia tidak mengambil tempat yang lebih dekat ke arah tangga.

Jelas Agnia merasa curiga. Dia segera memasuki kamarnya dan memperhatikan sekitar. Mencari-cari kemungkinan yang dilakukan Shena di kamarnya. Apakah itu kamera tersembunyi? Tapi untuk apa? Pikirnya.

Shena tidak mungkin datang ke kamarnya hanya untuk mengambil sesuatu. Agnia duduk di tepi ranjang, dia simpan cup mie instan di atas meja nakas, namun karena tidak sengaja memegangi bagian yang panas, Agnia spontan  meringis dengan tangan yang terhentak. Itu menyebabkan tanpa sengaja menyenggol Vas hingga hampir terjatuh, namun beruntung Agnia cukup cepat, hingga kejadian itu tidak terjadi.

Namun suara lain yang terdengar dari dalam Vas itu membuat Agnia terdiam. Seperti dentingan benda keras dengan Vas. Agnia membalik Vas di tangannya, hingga sesuatu keluar dari sana membuat Agnia mengernyit.

Kini dia tahu alasan Shena datang ke kamarnya. Tapi satu hal yang Agnia sayangkan, seharusnya Shena meminta orang lain untuk melakukan pekerjaan itu, mungkin dia tidak akan curiga.

Agnia memperhatikan kalung itu, di sana terdapat permata yang sangat indah. Agnia tahu siapa pemilik kalung ini. Dia pernah melihat seseorang menggunakannya.

Kemudian Agnia membaringkan tubuhnya di kasur, setelah menyimpan kalung itu di atas nakas dengan hati-hati. Agnia yang sebelumnya merasa lapar, kini malah tiba-tiba merasa kenyang.

Entah bagaimana dia harus mengembalikan kalung itu, yang pasti, kalung itu harus kembali ke pemiliknya sebelum semua orang terbangun di pagi hari.

Kemudian hari yang menegangkan pun tiba, Agnia bahkan harus memasang Alarm untuk bisa bangun lebih pagi dari biasanya. Langit mungkin masih sangat gelap di luar sana, dan Agnia sudah berpacu dengan waktu.

Agnia mengendap-endap, pintu kamar Felicia tidak dikunci. Entah keberuntungannya yang lain atau bukan, tapi semuanya seolah dipermudah karena Felicia masih tertidur di kamarnya.

Agnia bahkan harus menahan napas saat berjalan di samping ranjang wanita itu. Saat itu Agnia sudah melepaskan sandalnya agar tidak menimbulkan suara yang keras saat berjalan.

Tidak banyak berpikir. Agnia akhirnya membuka laci nakas dan menyimpan kalung itu di sana. Setelah itu, semuanya telah selesai. Agnia sudah kembali mengenakan sandalnya dan segera keluar dari kamar Felicia dengan hati yang tenang.

Namun itu ternyata belum berakhir. Karena saat pintu tertutup, dan Agnia membalik tubuhnya. Sesuatu yang berada di depannya nyaris membuat Agnia berteriak jika saja sebuah tangan tidak membekapnya segera.

 Abian? Agnia bermonolog dalam hati, jelas saja dia tidak mengharapkan ada orang yang memergokinya. Orang itu bisa salah paham jika tidak mengetahui kebenarannya.

Lagipula, kenapa Abian bangun begitu pagi?!

Agnia memperhatikan sekitar. Dia langsung menyeret Abian ketempat yang lebih tertutup. Sementara pria itu terlihat pasrah.

Mereka berhenti di dapur. Agnia segera ingin menjelaskan, namun baru saja dia membuka mulutnya, Abian sudah lebih dulu berbicara.

“Aku tahu.”

Agnian membulatkan matanya. Dia memegang tangan Abian begitu erat. Abian terlihat mengerutkan alis dengan apa yang Agnia lakukan.

“Tidak-tidak!” Agnia menggelengkan kepalanya dengan kuat. “Kamu tidak tahu, semuanya tidak seperti apa yang kamu pikirkan!” tambahnya.

“Kalau begitu, kamu benar-benar melakukan hal yang buruk di sana?” Abian bertanya.

Saat itu Agnia tidak terlalu fokus, jadi dia mengatakan, “Iya.”

Namun sepersekian detik kemudian, Agnia tersadar. “Apa?” tanyanya.

Abian hanya mengangkat sebelah alis, itu mendorong Agnia untuk kembali bertanya. “Maksudmu … kamu tidak berpikir aku melakukan hal yang buruk?” tanya Agnia.

“Aku tahu, kamu hanya mencoba mengembalikan kalung Ibuku. Benar, bukan?” ujar Abian.

“Tapi bukan aku yang mengambilnya.” 

“Aku tahu.”

“Bagaimana … mungkin?”

“Aku juga melihat Shena keluar dari kamarmu. Namun saat itu, sebenarnya aku juga melihat dia masuk ke sana membawa kalung milik Mama,” kata Abian mulai menjelaskan apa yang dia ketahui.

Agnia termenung, dia tidak tahu kalau ternyata saat itu bukan hanya dirinya yang melihat Shena, tapi Abian juga. Bahkan Abian sempat melihat Shena membawa kalung itu.

“Aku juga sudah mengecek CCTV, namun sepertinya dia lebih cepat bertindak, karena saat di mana dia melakukan perbuatannya itu, CCTV justru kehilangannya.”

Agnia menundukkan kepala, ternyata Abian sudah melakukan sampai sejauh itu. 

“Tapi kamu yang memasuki kamar Mama, jelas masih ada.” Perkataan Abian lantas membuat Agnia tersentak, dia tidak memikirkan itu.

Bagaimanapun, jika sampai ada yang melihat CCTV, pasti Agnia akan menjadi yang paling dicurigai.

“Aku yang akan mengurusnya.” 

Mendengar itu Agnia mengangkat kepalanya, menatap Abian dengan raut tidak terbaca. “Terima kasih.”

*** 

Agnia menatap lurus ke arah Shena yang masih memasang wajah Shock di sana. Agnia hanya berusaha menyelamatkan dirinya sendiri dari perbuatan yang dilakukan wanita itu. Agnia juga tidak akan membuat Shena jadi tersangka. Justru saat Felicia menyadari kalau dia telah salah menuduh orang, Agnia tahu, Felicia akan merasa bersalah. Setidaknya dengan itu, Felicia bisa sedikit menghilangkan kebencian ataupun kecurigaannya terhadap Agnia.

Kemudian berikutnya, semua jadi terdiam saat untuk pertama kalinya Abian berbicara.

“Ma, Mama yakin, kalungnya hilang?”

Untuk saat itu juga keraguan langsung muncul di wajah Felicia. Jadi, untuk memastikan tidak ada lagi kesalah pahaman. Wanita dengan paras lebih dewasa itu meminta beberapa pelayan untuk memeriksa di kamarnya juga.

Pelayan itu segera mengangguk, sebelum kaki mereka melangkah cepat menuju kamar sang Nyonya.

Beberapa menit berlalu, beberapa pelayan mulai keluar dari kamar Felicia, kini mereka saling menunggu. Tidak ada yang berbicara sebelum pelayan mengatakan tentang kalung itu.

“Nyonya?!”

Semuanya berbalik serentak, mereka melihat salah seorang pelayan tengah terburu-buru menuruni anak tangga. Namun yang membuat yang lain membelalakkan mata karena benda berkilau yang ada di telapak tangan pelayan itu.

“Itu … itu, adalah—” Bahkan sepertinya Shena kehabisan kata untuk menunjukkan keterkejutannya.

“Nyonya Felicia, Saya berhasil menemukan kalung Nyonya,” ujar pelayan itu. Dia menunjukan kalung yang begitu Felicia kenali sebagai miliknya.

“Di mana kamu menemukannya?” tanya Felicia.

“Saya menemukannya di laci nakas paling atas di samping kanan tempat tidur, Nyonya,” jawab Pelayan itu, memberitahu dengan jujur.

Felicia terdiam. Dia terperangkap dalam kebingungannya sendiri. Ia biasanya menyimpan kalung itu di atas meja rias, saat akan tidur atau sebelum mandi. Dia selalu menjaga kalung itu dengan hati-hati. Namun, saat pagi hari setelah di keluar dari kamar mandi, dia tidak menemukan kalung miliknya di sana. Hal itu membuatnya begitu panik.

Namun setelah semua kecurigaan yang dia tujukan pada Agnia begitu besar, yang ternyata hanya kesalahpahaman. Karena sebenarnya, dia sendiri yang ceroboh karena lupa menyimpan kalung miliknya.

Dengan ragu, Felicia menatap pada Agnia yang saat itu memasang raut terlampau biasa. Begitu tenang, dan tidak terpengaruh pada tuduhan-tuduhan itu. Namun, dia juga tidak memasang raut mencela pada Felicia ataupun yang lainnya saat Agnia terbukti bukan menjadi yang bersalah.

Namun sejatinya Felicia bukan seseorang yang akan lepas dari tanggung jawab karena telah ikut menuduh seseorang tanpa bukti. Karena itu, dengan yakin dan dipenuhi rasa bersalah yang sebenarnya coba dia tahan, Felicia berkata, “Maafkan Saya, Agnia. Seharusnya Saya tidak menuduh kamu begitu saja.”

Agnia sendiri cukup terkejut dengan sikap Felicia yang ternyata memiliki sisi bijaksana. Dia selama ini mengira wanita itu adalah sosok yang begitu dingin dan bukan tipe orang yang akan mengakui kesalahan. Namun saat ini, jelas Agnia memiliki pemikiran yang berbeda.

“Saya tidak akan mempermasalahkan ini, karena mungkin kalian pasti akan lebih curiga kepada orang baru.” Agnia menatap satu-persatu orang yang sedari tadi menuduhnya. “Namun, Saya hanya ingin mengatakan satu hal, meskipun Saya bukan seseorang yang berkecukupan, Saya tidak akan pernah mengambil yang bukan milik Saya. Saya sendiri masih mampu jika hanya untuk menghidupi diri Saya sendiri.” Agnia menghela napas lelah, cukup mencubit hatinya saat beberapa orang justru menganggapnya sebagai seorang pencuri hanya karena dia tidak memiliki cukup kekayaan.

Shena dan Eriana yang mendengar itu rasanya semakin naik pitam. Mereka tidak memiliki alasan untuk memberikan Agnia pembalasan. Namun berbeda dengan Mereka, Felicia justru merasa tersentil karena dia juga sempat menyayangkan jika Agnia benar-benar mencuri hanya karena dia tidak memiliki uang. 

Namun pembuktian dan perkataan Agnia barusan, membuat Felicia semakin merasakan perasaan tidak nyaman. Rasanya perkataan maaf saja mungkin tidak akan berhasil membuat Agnia melupakan kejadian ini.

Kini hanya tinggal satu lagi yang Agnia tunggu. Permintaan maaf dari dua orang yang tersisa. Meskipun dia tidak terlalu menantikan itu. Namun Agnia hanya ingin menunjukkan kepada orang-orang itu, kalau mereka tidak seharusnya semena-mena dalam memperlakukan orang lain.

Seolah keinginan Agnia di dengar. Perkataan Abian jelas membuat Shena dan Eriana dilanda rasa cemas. “Apa kalian tidak ingin mengatakan sesuatu?”

“Tapi, Abian … aku tidak bersalah, aku hanya berfikir—”

“Lalu menurutmu, apa setiap hal yang keluar dari kepalamu itu adalah kebenaran? Jadi kamu bebas mengikutinya, begitu?” Abian berkata dengan nada datar, namun jelas ada maksud tertentu dari ucapannya itu.

“Aku—” Rasanya memang dia tidak akan bisa terlepas dari hal ini begitu saja. Jadi, untuk membuat semuanya lebih cepat. Dengan enggan, Shena menatap Agnia masih dengan sorot permusuhan yang kentara.

“Maaf!” 

Agnia tidak menjawab. Lagipula dia tidak mengira itu adalah permintaan maaf. Begitupun dengan Abian, pria itu menghela napas kasar, karena tahu Shena memang tidak pernah mau untuk benar-benar mengakui kesalahan.

Sementara itu, Eriana sendiri memilih pergi dari sana dengan hentakan sepatu yang terdengar kasar. Tentu saja, dia tidak akan pernah mau meminta maaf pada gadis ingusan hanya karena semuanya tidak terbukti.

Entah mendapat dorongan dari mana, tapi akhirnya Agnia menolehkan kepalanya. Kemudian tatapan mereka tanpa sengaja bertemu. Agnia ikut tersenyum saat  Abian menunjukkan senyumannya pada Agnia. 

“Aku tahu kamu tidak akan mungkin bisa dengan mudah dijebak oleh cara murahan seperti itu,” bisik Abian, yang hanya bisa didengar oleh Agnia. 

1
Jam Jam
ceritanya bagus ka, dilanjut ya kak. Semangaaat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!