"Hentikan gerakanmu, Bella," ucap Leo berat sambil mencengkram pinggang Bella. Bulu halus di tubuh Bella meremang, napas mint Leo memburu dengan kepalanya tenggelam di perpotongan leher Bella membuat gerakan menyusuri.
"kak, jangan seperti ini."
"Bantu aku, Bella."
"Maksudnya bantu apa?"
"Dia terbangun. Tolong, ambil alih. aku tidak sanggup menahannya lebih lama," ucap Leo memangku Bella di kursi rodanya dalam lift dengan keadaan gelap gulita.
Leo Devano Galaxy adalah pewaris sah Sky Corp. 2 tahun lalu, Leo menolak menikahi Bella Samira, wanita berusia 23 tahun yang berasal dari desa. Kecelakaan mobil empat tahun lalu membuat Leo mengalami lumpuh permanen dan kepergian misterius tunangannya adalah penyumbang terbesar sifat kaku Leo.
Hingga Bella berakhir menikah dengan Adam Galaxy, anak dari istri kedua papa Leo yang kala itu masih SMA dan sangat membenci Leo.
Sebenarnya Apa yang terjadi pada Leo hingga ingin menyentuh Bella yang jelas-jelas ia tolak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Baby Ara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 9. Itu dia sayangku!
"Sialan? siapa yang kau bilang sayang?"
Desi keheranan apalagi wajah putih Adam memerah. Tangan Adam yang ia rangkul juga mengepal.
"Bella. Dia datang bersama si lumpuh itu. Lepas dulu tanganmu. Aku ingin melabrak mereka berdua!" ujar Adam penuh amarah.
Tangannya gatal ingin menghajar wajah tampan Leo. Kakak tirinya itu tersenyum mengejek padanya.
"Maksudmu istrimu dan tuan Leo, dimana mereka?" kepo Desi. Kepalanya berputar kanan-kiri.
"Punya mata kan. Lihat dua orang yang mendekat itu!"
'Astaga tuan Leo semakin tampan saja.' Desi memuji Leo dalam hatinya.
Bella berjalan dengan sedikit menunduk membuat Leo di sampingnya menegur tingkah bodoh Bella itu.
"Tegakan pandangan mu. Mereka yang berselingkuh. Kenapa kau yang takut?"
'Padahal kita masuk kategori selingkuh juga kak,' gerutu Bella dalam hati.
"Apa mas Adam masih melihat kita, kak?"
Jari telunjuk Leo menaikan dagu Bella. Revan mendorong pelan roda Leo karena menyesuaikan langkah pendek Bella. memperhatikan interaksi layaknya pasangan itu.
'Kalian cocok tuan. Sayang sekali, dulu anda menolak nona Bella. Seandainya kalian jadi menikah, pasti menjadi pasangan paling bahagia dan anda tidak perlu terus terjebak dalam pusaran masa lalu itu,' batin Revan menyayangkan keputusan Leo dahulu.
"Melihat atau tidak. Kau pasanganku. Hanya aku yang boleh kau lihat malam ini," tekan Leo menatap dalam mata Bella.
"Tidak bisa begitu, kak. Aku belum setuju."
"Aku anggap setuju. Karena kau sudah berada disini. Jadi, berlakon lah layaknya seorang kekasih, paham?" final Leo.
Ia tahu Adam kepanasan melihat kedekatan keduanya.
'Laki-laki bodoh. Apa yang ia harapkan dari badut malam itu!' pikir Leo miris.
Leo saja sakit mata, melihat penampilan menyala Desi. Gaun berenda ketat warna merah serasi dengan lipstik merah cabe di bibir tebalnya. Pilihan Adam soal wanita sungguh buruk menurut Leo. Bella memang jarang berdandan, tapi sekali didandani wanita itu bintang sebenarnya.
Keempatnya bertemu tepat di pintu ballroom. Dada Adam bergemuruh melihat wajah cantik Bella. Terpesona, tentu saja. Jika tahu Bella bisa berubah jadi angsa cantik begitu. Lebih baik ia membawa istrinya itu saja tadi.
"Bella!" panggil Adam mendapat cubitan diperut oleh kuku panjang Desi.
Leo tambah sengaja memanasi Adam dengan mencium tangan istri adiknya tersebut.
"Jika kau lelah berjalan. Duduk di pangkuanku saja," tawar Leo dengan entengnya.
"Tidak usah kak." Bella menggeleng kaku. "Terimakasih tawarannya."
Bisa-bisa Adam berubah jadi banteng gila. Sekarang saja, Bella serasa di pantau oleh sinar laser, saking tajam nya.
"Panggil sayang."
"Apa?!"
Bella menggosok pelan salah satu telinganya. Takutnya, ia salah dengar.
"Untuk malam ini. Panggil aku sayang dan kau, ku panggil baby."
Leo setia menatap perubahan lucu di wajah Bella. Bingung dan takut jadi satu.
Apa Leo tidak berpikir, permintaan gilanya itu membuat detak jantung Bella meningkat dua kali lipat lebih cepat.
"Ti-tidak usah. Panggil nama saja, kak."
Bella tertawa pelan. Lesung di kiri pipinya tercetak dalam. Nilai plus dimata Leo.
"No, you're mine, baby ...," lembut Leo.
Deg!
Bella tahu itu sandiwara. Tapi tetap saja, waktu seakan berhenti dan hatinya begitu bahagia. Cengkraman kuat setelahnya Bella rasakan di lengannya.
"Ikut gue!" Adam menarik Bella, tapi Leo menguatkan genggamannya.
"Tidak bisa. Dia pasanganku. Bukannya itu wanita mu!"
Tunjuk Leo pada Desi yang wajahnya berubah masam sambil menghentakkan kakinya kesal. Kentara tidak suka pada Bella.
"Selamat malam ...," ucap seorang pria paruh baya seumuran Liam datang dari dalam. Adam langsung melepaskan tangan Bella. Wajahnya berubah ramah dalam hitungan detik.
"Malam Pak Yudi, Apa kabar Pak?"
"Malam, Tuan Adam. Seperti yang anda lihat." Yudi, sang empu acara menyalami tangan Adam tersenyum tipis. Dibelakang Yudi berjejer belasan bodyguard.
"Pak sela--"
Perkataan Adam terhenti begitu saja. 'Sialan kakek peot ini!'
Yudi melintasinya begitu saja untuk menghampiri Leo. Yudi Inisiatif mengulurkan tangannya terlebih dahulu pada Leo yang kental aura angkuh dan acuhnya.
"Tuan Leo, terimakasih sudah bersedia memenuhi undangan saya. Wow, siapa nona cantik di samping anda ini Tuan? Apa sebentar lagi ada kabar baik?"
Bella terkejut, Leo merangkul pinggangnya dari belakang. Meski kaki Leo lumpuh, nyatanya tangan besar pria itu begitu aktif.
"Doakan saja Pak. Perkenalkan dirimu baby," perintah Leo bahkan senyumnya kalah ramah sales-sales menjajakan barang.
Tak tahu kah Leo, tidak boleh bermain-main dengan doa.
"Bella ...," ucap Bella serasa ada tutup botol menyangkut di tenggorokannya.
"Saya doakan semoga lekas naik pelaminan ya. Nona serasi sekali dengan tuan Leo. Tidak terbayang jika nanti kalian mempunyai anak, pasti tampan dan cantik seperti ayah dan ibunya. Mari Tuan, Nona. Kita masuk ke dalam. Acaranya akan segera di mulai."
"Serasi apanya istri-aduh!"
Mata heels Desi menginjak pantofel Adam membuat laki-laki itu mengelus kakinya sendiri.
"Kenapa Tuan Adam? Istri siapa maksudnya? Oh, ini istri anda?" tunjuk Yudi berbalik pada Desi spontan bergaya bak wanita kelas atas. Mengibaskan rambut bergelombang nya.
"Buk--aduh!"
Desi menginjak lagi kaki Adam karena sepertinya Adam tidak mau mengakuinya.
"Iya Pak," sahut Desi.
Bella melihatnya terdiam. Jika Bella yang melakukan hal tersebut pada Adam, mungkin dirinya pulang nanti pasti di kurung sehari semalam di kamar mandi.
"Abaikan saja. Ingat, aturan main kita malam ini."
Leo tahu Bella berubah murung.
Sesampainya dalam ballroom. Setiap sudut sudah terisi oleh para tamu. Leo sang pengusaha muda terkenal dengan ketegasan dan harta melimpahnya membuat Bella berada di sisi Leo ikut tersorot.
Bisik-bisik para tamu tentang mereka terdengar jelas di telinga Bella. Pandangan mata mereka juga berbeda-beda.
"Siapa wanita bersama tuan Leo itu? Cantik sekali!"
"Aku iri padanya semudah itu dekat dengan tuan Leo!"
"Jangan di pikirkan, palingan tuan Leo puas. dia di buang!"
'Ya Tuhan, mereka sepertinya fans kak Leo,' batin Bella ngeri.
"Kau ingin minum?"
Leo tahu Bella tidak nyaman. Tidak terbiasa lebih tepatnya.
"Boleh, kak."
Ponsel di saku Leo bergetar. Tertera nama pemanggil, nenek Hana. Dialah nenek Leo dari sang ayah, Liam.
"Revan. Ambilkan Bella minuman."
Bella gegas menggerakkan tangannya ke udara. "Tidak perlu, kak. Aku bisa sendiri."
Leo menggeleng." Banyak minuman beralkohol disini. Aku tahu toleransi mu rendah akan itu. Revan, ambilkan."
"Baik Tuan." Revan pergi tersisa Leo dan Bella di meja.
"Kak, bukannya ponselmu berdering tadi. Kenapa tidak di angkat?" heran Bella. Leo terlihat sengaja acuh.
"Percuma. Disini bising."
"Angkat di luar saja, kak. Aku tidak apa disini sendiri," usul Bella.
Tapi, hati Leo ragu untuk meninggalkan Bella. Adam, laki-laki itu yang Leo khawatirkan. Takutnya berbuat macam-macam pada Bella. Buktinya, Adam di seberang terus menatap tajam keduanya.
"Kak, angkat saja. Beneran, aku tidak apa-apa."
"Baiklah. Jaga dirimu. Jangan berbicara pada siapapun selain Revan," peringat Leo.
Bukan tidak tahu, banyak buaya darat menatap lapar Bella.
"Iya tenang saja."
Leo mengusap puncak kepala Bella sebelum berlalu. Ditengah kursi rodanya berjalan otomatis. Leo mendekatkan jam berharga miliaran miliknya ke mulut. Itu terhubung dengan beberapa bodyguard bayangan yang selalu menjaga ketat Leo dari jauh saat di luar.
"Awasi dia. Terjadi sesuatu. Hukuman menanti kalian," kecam Leo.
"Baik tuan!"
Leo berada di sudut gedung menerima omelan dari neneknya berada di belahan benua jauh disana.
"Leo, tega sekali kau tidak menjenguk nenek. Apa doamu memang ingin nenekmu ini cepat mati?"
"Tidak Nek."
"Kalau begitu, jenguk nenek. Tidak mau tahu kau harus kesini. Itu juga, wanita yang selalu kau janjikan pada nenek. Leo kau sudah tua, cepat lah menikah. Sebelum nenekmu ini tertimbun tanah. Aku sangat penasaran, apa cicitku akan menduplikat sifat dingin mu itu atau kejeniusan mu?"
"Aku usahakan. Nenek kan tahu, aku sudah bertunangan."
Terdengar decakan kasar dari sana. "Untuk apa bertunangan dengan orang yang entah masih hidup atau mati. Tidak jelas. Cari lagi! Liam, kau beri apa dulu Leo? Anak ini benar-benar komplit, sudah dingin keras kepala pula."
Jam Leo berkedap-kedip tiba-tiba.
"Nek, aku tutup. Semoga nenek segera sembuh."
Benar saja Leo langsung mematikannya. Terdengar suara kalut Revan di seberang sana. "Tuan, nona Bella ... Nona Bella, tuan!"
"Ada apa dengan wanita itu?"
"Nona Bella mabuk dan sedang menari liar di atas panggung bahkan beberapa laki-laki mengerumuninya. Saya sudah berusaha menarik turun nona Bella namun dia memberontak."
Rahang Leo spontan mengerat. "Tidak becus! Jaga dia! Aku segera kesana!"
Sampai Leo di pintu masuk, teriakan manja tanpa malu itu bergema. Wajah Leo merah padam karenanya.
"Itu dia sayangku! Sayang, aku disini! Ayo menari, katamu aku milikmu kan? Kemari kau tuan nakal! lihat pinggulku yang selalu kau cengkram bergoyang indah!"
Bella menggoyangkan pantat sintalnya seolah menari Zumba. Kedua Pipi Bella merona dengan mata sayu.
"Shit! Siapa yang mengajarinya menari seperti itu!" umpat Leo.
tanda terima kasih aq kasih bintang lima ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️