"Kita sudah ditakdirkan untuk bertemu. Kamu adalah milikku. Kita akan bersatu selamanya. Maukah kamu menjadi ratu dan permaisuri ku, Lia?" ucap Mahesa.
Dia di lamar oleh Mahesa. Pemuda tampan itu dari bangsa jin. Seorang pangeran dari negeri tak terlihat.
Bagimana ini...?
Apa yang harus Lia lakukan...?
Apakah dia mesti menerima lamaran Mahesa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minaaida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 02 Mimpi Yang Aneh
Lia sudah sampai di rumah. Hari sudah menjelang magrib.
Akan tetapi, Lia tak mendapati seorang pun di rumah nya. Ruang tamu juga terlihat sepi. Pada kemana semua orang, pikir Lia heran.
Lia berjalan melewati ruang tamu dan langsung memasuki kamarnya. Dia tak peduli mau kemana orang - orang di rumah ini. Sudah sering terjadi seperti ini. Dia tak pernah dianggap sebagai anggota keluarga. Jadi jika ada sesuatu, mereka tak pernah mengajak dirinya.
Lia memilih mengurung diri di dalam kamar dan memutuskan untuk tidur lebih awal. Sejak tadi matanya sudah terasa berat.
Entahlah, padahal biasanya dia tak seperti ini. Tapi Lia tak sedikitpun merasa aneh dengan t rasa kantuk yang datang lebih cepat dari biasanya. Saat hari - hari lain biasanya dia selalu tidur diatas jam sebelas malam. Mungkin karena pikiran nya sedang kacau jadi dia tak terlalu ambil peduli tentang keadaan dirinya. Bahkan Lia juga tak berpikir tentang bagaimana besok atau masa depan seperti apa yang akan menanti nya dengan kehidupan yang seperti ini.
Lia pun akhirnya merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Tak menunggu lama, Lia pun akhirnya terlelap pulas dalam lautan mimpi.
"Dimana aku?" Lia bergumam sendiri. Dia mengamati tempat itu. Dia menyadari bahwa ini bukan lah kamar nya melainkan dirinya kini sedang berada di suatu tempat.
Tempat itu sungguh asing dan juga aneh...
Begitu sunyi....
Bahkan suara angin pun tak terdengar olehnya.
Apakah tak ada kehidupan di tempat ini? Pikir Lia.
"Apa yang kamu lakukan di tempat ini?" tanya seseorang di belakang Lia.
Kaget,....
Lia langsung membalikkan badannya.
Seketika Lia mematung.
Di belakangnya berdiri seorang pemuda yang tak dikenal. Pemuda itu tersenyum manis menatap kearahnya.
Gugup,..?
Tentu saja.
Bagaimana tidak?
Pemuda yang berdiri di belakang Lia itu memiliki wajah yang sangat tampan. Tubuhnya atletis dengan kulit putih. Tinggi sekitar 180 cm dan berambut panjang sebahu.
Ada yang aneh dengan pemuda itu. Tiba-tiba Lia ingat dengan film Brama Kumbara yang dia tonton.
Pakaian yang dia pakai mirip dengan pakaian yang dikenakan oleh orang jaman dahulu. Memakai baju rompi dan celana panjang hitam dan serta ikat kepala yang juga berwarna hitam. Pakaian pemuda itu seperti pemain film dalam film drama kolosal Brama Kumbara.
Tapi meskipun terlihat aneh, pemuda itu tetap terlihat tampan sehingga membuat Lia tak mampu berucap sepatah kata pun juga.
"Boleh aku temani?" tanya pemuda itu. Suara nya terdengar dalam.
"Hah?" Lia terkesiap mendengar pemuda itu bertanya.
"Bo-boleh," jawab Lia terbata - bata.
Pemuda itu berjalan mendekati nya. Dia mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
Lia bengong. Takjub dan aneh.
Dia merasa bingung menghadapi sikap pria itu. Baru kali ini dia berkenalan dengan seorang pemuda. Apalagi pemuda itu sangat tampan sekali.
"Kita kenalan dulu, ya," ucap pemuda itu. Lia tersentak dari lamunannya.
"I-ya, eh... maksudnya boleh," ucap Lia.
"Namaku Mahesa, lengkap nya Mahesa Bramantyo. Siapa namamu?" pemuda itu setelah menyebutkan namanya sebelum menanyakan nama Lia.
"Namaku Lia, lengkap nya Dahlia," jawab Lia sembari menatap wajah Mahesa.
Lia sungguh terpesona menatap wajah tampan Mahesa yang mirip dengan opa - opah Korea yang dilihat nya di televisi.
"Kamu suka tempat ini?" tanya Mahesa.
"Hem, iya. Tempat ini lumayan bagus. Di sini suasana nya terasa tenang dan tidak berisik. Tapi aku merasa sedikit aneh.." ucap Lia.
"Aneh,...?" kening Mahesa berkerut. "Maksud kamu aneh bagaimana, Lia?" tanya Mahesa lagi.
"Tempat ini seperti tak ada kehidupan, begitu sunyi dan senyap. Dan langit itu, Mengapa terlihat mendung seperti itu. Apakah akan turun hujan sebentar lagi?" tanya Lia sembari menatap ke langit yang terlihat mendung hitam berarak - arak.
"Oh, itu.. Tidak, di sini tidak pernah turun hujan.. Cuaca di sini memang selalu seperti ini..Tak ada sinar matahari yang terik disini." ujar Mahesa.
"Hah, benarkah?"
Lia tampak terkejut. Aneh masa ada mendung tapi tak pernah hujan. Tempat apa ini, aneh sekali.
"Mungkin di sebelah sana kita akan menemukan pemandangan yang lain. Bagaimana kalau kita ke sana?" ajak Mahesa.
"Baik, aku akan ikut dengan mu kesana," ujar Lia.
Mereka berdua berjalan beriringan dengan pelan. Sikap Mahesa yang sangat ramah membuat Lia mudah merasa akrab. Sikap itulah yang membuat Lia merasa nyaman berada dekat dengan pemuda itu.
Sejenak Lia melupakan semua keanehan yang dia rasakan saat pertama kali tiba di tempat ini.
Lia juga tak ingin tahu dia ada di mana saat ini. Rasa aman dan nyaman membuat Lia tak menyadari sedang berada di alam lain.
Ternyata Mahesa membawa Lia ke sebuah taman yang sangat indah. Taman itu di penuhi dengan bunga - bunga yang indah aneka warna dan jenis.
"Tempat ini indah sekali!" seru Lia sembari menatap hamparan bunga di depannya. Akkh... rasanya sangat menyenangkan menatap hamparan bunga yang berwarna warni di depannya. Ada bunga mawar aneka warna yang menghampar di depannya. Ada merah, kuning, putih, ada juga yang berwarna merah muda. Ada juga bunga matahari dan bunga lili putih yang cantik. Sangat indah. Sejenak Lia lupa akan keanehan yang tadi dia rasakan.
"Bunga - bunga ini sangat cantik," puji Lia.
"Seluruh bunga - bunga yang ada di taman ini memang sangat cantik. Akan tetapi mereka kalah cantik dengan kecantikanmu, Lia," puji Mahesa seraya menatap Lia dalam.
Lia tertunduk malu mendengar pujian Mahesa. Baru kali ini ada orang yang memuji kecantikannya.
Mahesa memetik setangkai bunga mawar merah dan menyelipkan nya di telinga Lia.
Pandangan mata mereka bertemu sementara jantung Lia berdegup kencang.
BYURR,......
"Bangun woi, ... dasar pemalas. Sudah siang begini masih ngorok, dasar Bangkong!!"
Spontan Lia langsung terduduk dari tidurnya dengan wajah nanar setelah mendapat jatah satu ember air dari Bu Warti. Lia mengusap wajahnya yang basah.
Astaga,....
Ternyata tadi itu cuma mimpi, pikir Lia.
Tapi,...
Eh, tunggu dulu,... Apa ini?
Lia meraba telinganya. Seperti nya ada yang menempel di telinga kanan nya.
Lia mengambil sesuatu yang menempel di sana.
Apa ini, pikirnya seraya mengamati benda yang kini sudah berada di genggaman tangan nya.
Mata Lia terbelalak. Dia tak percaya meskipun telah melihat sendiri apa yang di pegangnya.
"Bunga mawar merah??"
"Bunga ini,.... jadi semalam bukan mimpi? Yg Tapi jika bukan mimpi, kenapa dia ada di rumah ketika bangun. Otak kecil Lia yang sempit tak dapat mencerna apa yang telah terjadi.
"LIA,....!! Cepat bangun atau aku aku siram lagi. Dasar anak tak berguna!!" kembali bentakan Bu Warti terdengar.
"Iya, Bu,.." sahut Lia buru buru bangun dan mendatangi ibu tirinya itu.
Nah,....kira - kira Lia itu tadi malam mimpi atau bukan, ya?