Memperhatikan cerita kehidupan seseorang yang sedikit berbeda, membuat wanita cantik bernama Nining tertarik akan sebuah masalah kehidupan Ustadznya.
Nining berniat mengajak Ustadznya menikah hanya sebuah gosipan.
Berhasil dan si lelaki menyetujui, apa yang akan di lakukan Nining selanjutnya saat setelah menikah dengan Ustadznya yang bernama Ilham?
Akankah nantinya Nining menyesal telah mengajak menikah Ilham?
Mari kita saksikan kisahnya hanya di aplikasi noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cici Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab - 09
"Ilham, ini sudah malam lebih baik kita tutup acaranya. Kalian berdua juga harus segera beristirahat." perintah Basro.
Ilham tersenyum dengan mengangguk pelan. "Baiklah semuanya. Sekali lagi saya ucapkan terimakasih banyak atas kehadiran para Pak Kiai, Ustadz, mau pun Ustadzah dan tamu undangan yang hadir. Maaf jika saya mengundang kalian dengan jalan yang cukup singkat ini. Saya menjelaskan kembali, bahwa pernikahan ini memang harus di lakukan dengan secepatnya, agar saya mau pun Nining di jauhkan dari kata zina dan lainnya. Sekali lagi mohon maaf dan terimakasih. Saya tutup acaranya dengan lafaz hamdalah. Alhamdulillah hirobbil alamin." Ilham mulai mengadakan tangan dengan membaca doa.
Seperti biasa, suaranya yang khas membuat Nining terhanyut dengan iramanya. Mata Nining seketika saja terpejam.
"Ning... Ning..." Ilham membangunkan istrinya itu sembari menggoyangkan bahu Nining.
Nining langsung saja terbangun dengan melihat semuanya sedang bersalaman. 'Eh... Aku ketiduran lagi.'
"Tidurnya nanti aja. Kita salaman dulu." sambung Ilham.
Nining bergegas berdiri dan bersalaman dengan para Ustadzah. Mereka satu persatu mengucapkan selamat. Sedangkan Nining hanya bisa berkata terimakasih.
Semua perlahan pergi dengan kedua orang tua Nining mendekati anaknya yang telah sah menjadi istri dari lelaki idaman di kampung mereka. "Kami juga mau pulang. Nanti besok kita bertemu lagi di sini untuk melaksanakan perpisahan sekolahnya Nining." ucap Komar langsung melihat ke Ilham. "Kalau Nining susah berjalan besok kasih obat aja Nak Ilham. Mama sudah meletakkan obatnya di dalam tas Nining tadi." sambung Komar yang telah menyiapkan obat-obatan untuk anak semata wayangnya.
"Aku sehat-sehat aja kok Pa." Nining memberitahu kondisinya saat ini.
Ke empat pasutri itu tersenyum-senyum. Hanya Ilham yang berwajah tanpa ekspresi. Nining memperhatikan wajah suaminya itu ingin tersenyum tapi di tahan.
"Iya Pa. Terimakasih banyak." balas Ilham yang terlihat memang menahan senyumannya.
Komar memegang kepala Nining sambil mengusap dengan lembut. "Nanti kamu juga akan tau sakit apaan." ucapnya pelan sambil tersenyum.
Semuanya semakin tersenyum-senyum dengan Nining bertambah pusing memikirkan reaksi mereka.
"Iya sudah kami pulang dulu ya Pak Kiai dan Bu Nyai. Sekali lagi titip anak saya. Didik dia sebagai mestinya." sambung Komar sambil bersalaman dengan Basro.
"Kalau kami hanya menyerahkan Nining ke Ilham. Biar dia saja yang mengajarkan Nining. Insyaallah Nining akan menjadi istri yang baik. Kita hanya bisa berdoa semoga kedua anak kita bisa secepatnya memberikan kita cucu." balas Basro.
'Cucu apaan sih? Kayak aku bisa buat aja. Mana tau aku buatnya kayak gimana?' Nining memutarkan bola matanya.
Ilham hanya diam sambil mengangguk pelan dengan kedua lelaki paruh baya itu mengucapkan kata aamiin.
"Marahi aja Ilham kalau Nining nggak mau nurut." ucap Rinjani sambil bersalaman dengan Zulaikha.
Ilham barulah tersenyum. "Insyaallah Ma." balasnya sembari bersalaman dengan kedua mertuanya.
"Assalamualaikum." ucap Komar dan Rinjani dengan serentak.
"Waalaikumsalam." balas semuanya.
Rinjani dan Komar keluar rumah dengan Nining kebingungan kenapa ia tidak di ajak pulang. 'Apa aku masih menetap di asrama ya? Kalau begitu percuma aja dong aku bawa tas ke sini.'
Nining segera melihat kedua mertuanya dan Ilham untuk bersalaman. "Aku pamit pulang ke asrama Abah, Uma, Gus."
Ilham menahan tangan Nining. "Kamu enggak pulang ke asrama Ning." ucap Ilham sembari melepaskan tangan Nining.
Basro dan Zulaikha menahan tawanya.
"Loh... Jadi aku pulang kemana Gus?"
"Kamu itu sudah menjadi istrinya Ilham Ning. Jadi dimana dia berada kamu juga ikuti dia." jawab Zulaikha dengan langsung melihat ke Ilham. "Bawa Nining masuk ke kamar kamu. Segeralah beristirahat." perintahnya.
"Tapi Uma, aku mau mengajak Nining langsung pulang ke rumah kami." ucap Ilham.
"Tidur di sini aja malam ini. Besok Nining juga mau perpisahan jadi enggak terlalu tergesa-gesa bangunnya. Biar Uma yang menyiapkan semuanya." ucap Zulaikha memegang bahu Ilham.
"Enggak bisa begitu Uma. Aku sudah bilang dengan kalian bahwa setelah aku menikah aku langsung mengajak Nining ke rumah kami. Aku enggak mau lagi menyusahkan kalian berdua. Lagian kalau di rumah aku bisa langsung tau mana yang harus aku lakukan." balas Ilham.
"Enggak usah terburu-buru Ilham. Semua akan berjalan dengan sendirinya." ucap Zulaikha masihnya menahan anaknya.
"Biarkan Ilham membawa Nining langsung ke rumah mereka Ma. Uma enggak ngerti aja maksud Ilham barusan." ucap Basro dengan sedikit tersenyum-senyum.
"Oh iya ya, Uma lupa Abah." balas Zulaikha dengan melihat ke arah Nining dan Ilham. "Iya sudah kalau begitu. Hati-hati di jalan ya Nak."
Nining hanya mengangguk saja dengan mengikuti Ilham yang langsung menyalami kedua orangtuanya. "Assalamualaikum." ucap Ilham.
"Waalaikumsalam." jawab Basro dan Zulaikha.
Ilham langsung membawa tas Nining dengan Nining langsung menarik tasnya. "Gus biar aku aja."
"Ini biarkan aku yang bawa Ning. Kamu pakek sendal sana. Ikuti kemana aku pergi." perintah Ilham melepaskan tangan Nining dari tas yang ia pegang.
Nining hanya diam dan mengikuti saja. 'Iya sudahlah kalau begitu.'