Di nikahi Om Om sexy dan tajir melintir, siapa yang menolak?
Alula Humaira, gadis 18 tahun ini di nikahi oleh lelaki super seksi dan super kaya.
Rayden Mas Rafael, pria berdarah Jawa Italia ini terpaksa harus menikahi Alula karena jebakan lelucon dari kekasihnya.
Emelly, violinis super cantik yang menipu kekasihnya dengan mengirimkan Alula sebagai istri pengganti.
Bagaimana kisah selanjutnya? Mampukah Alula bertahan hidup dengan lelaki kaya raya yang asing baginya?
NB _ Ini termasuk cerita ringan dan santai, tapi masalah konflik, kita lihat saja kedepannya, hehe.... Biasanya aku suka konflik yang lebih greget....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berdebat
Meskipun tidak mungkin, karena Alula tahu Arga pemuda yang satu tipe dengan Raden, mereka rombongan pria tampan yang egois.
"Sudah-sudah, bisa tidak sih makan tanpa bersuara? Kalo sudah ada Arga, meja makan seperti pasar." Celetuk Eyang kesal.
Eyang memang cerewet, tapi tidak suka jika meja makan di jadikan tempat berdebat.
"Maafkan Arga, Buk." Seperti biasa, Karlina yang mengawali meminta maaf jika putra putrinya berbuat kesalahan.
"Alula juga minta maaf." Sahut Alula. Dia merasa ini juga salahnya.
"Sudah, lanjut lagi makan." Sambung Abimanyu menyudahi percakapan mereka.
...----------------...
Setelah mengikuti beberapa tahapan tes menantu idaman, Ayu menunjukkan kamar untuk Alula beristirahat.
Alula termenung di dalam kamar milik Raden, wanita mungil itu duduk di sisi ranjang dengan beberapa foto di tangannya.
Foto Raden bersama Emelly yang dia pegang dan pandangi, jika di lihat lagi, Raden sangat cocok untuk Emelly.
"Jika aku berkhianat, apa yang akan kamu lakukan Raden?"
Alula mendengarkan rekaman yang tersimpan di alat perekam jaman dulu.
"Aku akan membiarkan mu bahagia bersama dengan lelaki mu. Karena cinta ku padamu bukan soal memiliki tapi soal bagaimana perasaan ini bahagia melihat mu bahagia."
Air mata lagi-lagi lancang menitih di antara pipi mulus Alula. Berarti benar kan, jika cinta Raden pada Emelly memang sangat besar.
Hidup di sisi lelaki yang mencintai perempuan lain itu tidak mudah, ada saja hal yang akan membuat Alula menangis.
"Sudah ku bilang jangan pernah mendekati milikku!" Itu kata yang Raden cetus kan pada Galang siang tadi.
Memiliki dan mencintai dua hal yang berbeda, kasarnya adalah, Raden memiliki Alula untuk hiburan semata sedang cintanya masih kepada Emelly saja. Melepas bukan berarti tidak mencintai lagi.
Itu definisi yang Alula pahami dari hubungan pernikahan nya bersama Raden. Mungkin selamanya Alula takkan pernah mendapat tempat yang khusus di hati Raden.
Atau bisa jadi, Raden akan memperistri gadis lainnya setelah Alula tidak lagi menarik, sama seperti Abimanyu yang menduakan Karlina.
Wanita sebaik dan selembut salju saja di duakan, apa lagi Alula yang terus mengoceh jika tidak merasa cocok.
...----------------...
Di waktu bersamaan, Raden turun dari mobil mewah miliknya, tanah halaman istana ayahnya lah yang dia pijak kali ini.
Senja menyapa dengan semburat jingga nya. Hari sudah sore, Ayu baru menghubungi setelah pontang-panting Raden mencari.
Memang Ayu menelepon dan memberi tahu bahwasanya Alula telah sampai di kediaman utama.
Raden tergesa-gesa masuk ke dalam bangunan asri itu, di ruang keluarga sana, seluruh keluarganya duduk bersila.
Raden tak menganggapnya atau tidak melihat, Raden hanya langsung menaiki anak tangga berlari kecil menuju kamar miliknya sebab Ayu bilang di chat, sekarang Alula beristirahat di kamar setelah di interogasi Eyang.
Abimanyu menatap dingin, bukanya salim, Raden malah mengejar istrinya terlebih dahulu. Orang tua memang selalu di nomor berapa kan.
...----------------...
Di atas ranjang sana, Alula mengerling kecil ke arah pintu, suara sepatu besar yang berderap sudah pasti milik suaminya.
"Baby." Raden memelankan langkah kakinya, kemudian duduk di sisi istrinya dengan masih menjaga jarak sebab sepertinya Alula terlihat tidak ingin di dekati.
Raden mengedar pandangan, di mana semua barang-barang miliknya bersama Emelly sudah di acak-acak Alula, dan pasti Alula mendengar satu persatu rekaman percakapannya.
"Baby di sini? Baby tidak apa-apa kan?" Raden bertanya sangat lembut. Rindu rasanya, pagi tadi Alula tidak memberikan ciuman seperti hari-hari kemarin.
"Apa masih perlu di tanyakan?" Tanpa menoleh Alula menjawabnya.
"Aku minta maaf." Ucap Raden lirih.
Dia sadar kata maaf tidak cukup. Dia saja cemburu saat Galang menemani Alula, pasti Alula sangat teramat sakit mendengar nama Emelly di ujung kenikmatannya.
Sempat ruangan itu hening saking tidak adanya bahan untuk berbicara. Raden hanya memandangi Alula dengan rasa bersalahnya.
Alula menoleh. "Tolong jawab, apa Om masih menginginkan kembali padanya?" Bahkan menyebut nama Emelly saja Alula sudah tidak sudi.
Raden menggeleng. "Tidak Yank, aku sudah memiliki mu."
Jawaban Raden sangat klasik bagi Alula, karena sudah memilikinya, jika kemarin Alula biasa saja mendengar alasan itu, kali ini jawaban Raden terdengar menyakitkan.
"Makanya lepaskan aku, biar Om bisa kembali padanya tanpa halangan." Sanggah Alula.
"Apa semudah itu bagimu?"
"Karena tidak mudah hidup di bayang-bayangi masa lalu pasangan Lula."
Raden tersenyum getir. "Bukanya Baby yang menyuruh ku datang ke klub menolong Emelly, kalau saja kemarin kita tidak datang menemuinya, semua peristiwa semalam tidak akan pernah terjadi!"
"Justru kalau tidak terjadi, Lula tidak akan pernah tahu perasaan Om yang masih hanya untuk dia!" Alula bangkit dari duduknya menatap nyalang suaminya.
"Itu di luar kendali ku. Selebihnya aku hanya ingin hidup bersama mu, memprioritaskan mu. Dan menyayangi mu bahkan mencintai mu."
"Om bilang cinta Om bukan soal memiliki, kenapa itu hanya berlaku untuk dia? Kenapa tidak untuk Lula? Apa karena Lula orang miskin, makanya Lula tidak boleh memilih?"
"Stop bicara begitu, people can change with the times, Baby." Sanggah Raden ketus.
"Kalau kemarin aku berpikir begitu, bukan berarti hari ini aku harus berpikir sama! Yah, aku mungkin bisa kehilangan Emelly bahkan rela melepasnya begitu saja tapi tidak dengan mu."
"Kenapa?" Teriak Alula.
"Karena aku tidak mau!" Raden tak kalah memekik.
"Lalu menurut Om, apa alasan Romo tidak menceraikan Ibu?" Sambung Alula yang membuat Raden menautkan alisnya.
"Kenapa membahas hal itu?" Tanyanya. Untungnya kamar ini kedap suara jadi aman pembicaraan mereka.
"Aku merasa, alasan Romo mempertahankan Ibu sama seperti Om mempertahankan ku."
Raden mengeras rahang. "Jangan samakan aku, ..."
Kriiiiiing....
Dering ponsel mengambil alih perhatian keduanya. Raden menghentikan bicaranya, gegas dia meraih ponsel dari saku celana.
Ada agenda pertemuan penting malam ini, sepertinya dia akan membatalkannya demi bersama Alula.
Namun nyatanya. Bukan klien atau kolega yang tertampil di layarnya, tapi Emelly.
Alula tersenyum kesal sambil mengalihkan pandangan, lihatlah, bahkan sampai detik ini Raden belum menghapus nomor mantannya.
"Angkat saja, lalu datangi seperti kemarin. Dia pasti membutuhkan Om setelah mabuk berat." Ucapnya lalu pergi keluar.
Raden menghela napas dalam, mungkin begini resikonya memiliki istri yang usianya jauh lebih muda darinya. Kesabaran harus dia angkat tinggi-tinggi.
Mau marah pun untuk apa? Alula bukan wanita yang bisa di marahi. Sedikit-sedikit menangis, sedikit-sedikit kabur, sedikit-sedikit curiga, terlepas dari lelahnya mengerti, Raden tidak ingin ada perceraian.
Mungkin Alula butuh waktu untuk mempercayai dirinya yang belum lama dia kenal.
...Terimakasih masih mengikuti cerita ku...
bisa mati rasa