Arvian Ken Sagara, seorang CEO tampan yang mengidap Gynophobia. Dimana, orang pengidapnya memiliki ketakutan tak rasional terhadap wanita. Setiap kali wanita yang mendekat padanya, Arvian menunjukkan sikap yang sangat berlebihan hingga membuat wanita yang mendekat padanya merasa sakit hati. Jika ada yang menyentuhnya, tubuh Arvian akan mengalami gatal-gatal. Bahkan, mual.
Namun, bagaimana jika dirinya terpaksa harus menikahi seorang janda yang di cerai oleh suaminya? demi mendapatkan hak asuh keponakannya dari keluarga adik iparnya. Apakah Gynophobia Arvian akan bereaksi saat di dekat wanita bernama Aluna Sagita janda tanpa anak itu?
"Sudah baik aku mau membantumu, dasar Mr. Gynophobia!" -Aluna Sagita.
"Onty tantik! Calangeee!!" ~Arega Geofrey Sagara.
"Jangan mendekati ku! Aku Alergi berada di dekat kalian para wanita!" ~Arvian ken Sagara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perubahan sikap Arvian
Malam ini Arvian menemani Arega tidur, sebab anak itu banyak sekali tingkahnya jika Aluna yang menemaninya tidur. Tak butuh waktu lama, Arega pun tertidur dengan lelap setelah Arvian membaca tiga buku cerita untuk bocah menggemaskan itu. Perlahan, Arvian beranjak dari kasur agar tak membangunkan Arega yang sulit dia tidurkan. Melihat tak ada pergerakan dari bocah menggemaskan itu, membuat Arvian memberanikan diri keluar dari kamar.
"Kini waktuku dan istriku bersama, semoga pengacau ini tidak bangun dan meminta susu." Lirih Arvian sembari menutup rapat pintu kamar Arega dengan gerakan pelan.
Arvian menghela nafas lega, dia mengusap keningnya yang terasa berkeringat. Pria itu pun mencari keberadaan Aluna, karena setelah makan malam tadi Arvian sudah sibuk dengan keponakannya itu. Sehingga, dia tidak tahu dimana keberadaan Aluna. Arvian pun mencari di kamar tamu yang sebelumnya Aluna tempati. Namun, ternyata Aluna tak ada di sana. Arvian pun berpikir jika Aluna mungkin sudah berada di kamarnya.
"Oh, mungkin dia tengah menyiapkan hadiah untukku seperti malam itu. Menjelma menjadi kucing nakal menggemaskan, aku akan segera melihatnya." Gumam Arvian dengan tersenyum lebar.
Saat Arvian membuka pintu kamarnya, senyumnya luntur seketika. Dia tak menemukan keberadaan sang istri di kamarnya. Pria itu pun menjadi bingung, sebenarnya kemana Aluna? Akhirnya, Arvian pun memutuskan untuk mencari istrinya di lantai bawah. Sesaat dirinya melewati taman belakang, matanya tak sengaja menangkap seorang wanita yang sedang duduk di sebuah kursi taman sembari menatap ke arah langit.
"Aluna, ngapain dia di sana?" Gumam Arvian dan memutuskan untuk menghampiri Aluna yang sedang duduk sendirian di taman.
Tanpa meminta persetujuan dengan Aluna, Arvian mendudukkan dirinya di sebelah wanita itu. Tentu saja, kedatangan Arvian membuat Aluna terkejut bukan main. Dia sampai memegangi d4d4nya karena jantungnya terasa berdegup sangat kencang.
"Kamu ngagetin aja sih Ar!" Desis Aluna.
"Maaf, kenapa kamu disini? Apa tidak khawatir masuk angin?" Ujar Arvian dan beralih menatap wanita cantik di sebelahnya itu.
"Hanya cari udara segar aja." Ujar ALuna dengan singkat.
Arvian menatap lekat wajah Aluna, dia tengah mengamati ekspresi yang istrinya itu tunjukkan untuk saat ini. Arvian mudah peka dengan ekspresi seseorang, dia bisa melihat kegelisahan dan kesedihan wanita itu lewat matanya yang berkaca-kaca.
"Apa kamu memikirkan mantan suamimu tadi?" Tanya Arvian yang membuat Aluna terkesiap.
"Enggak kok, aku tidak sedang memikirkan apapun." Ujar Aluna dengan gugup.
"Jangan berbohong, hidungmu terlihat panjang kalau berbohong." Sindir Arvian.
Aluna memegangi hidungnya, dia memeriksa apakah hidung panjang seperti yang di bilang Arvian? Melihat tingkah Aluna, membuat Arvian terkekeh pelan. "Kamu bohong!" Desis Aluna dengan kesal.
Arvian tersenyum, dia beralih menatap langit malam yang di hiasi bintang yang indah. Sejenak, Aluna memandangi wajah Arvian. Dia mengakui, jika pria itu bahkan lebih tampan dari mantan suaminya. Bahkan, Aluna tak menyangka jika Arvian sudah memasuki usia tiga puluh tahun. Bahkan, lebih. Namun, Aluna tak menyangka jika wajah pria itu terlihat sangat awet muda. Apa mungkin, karena statusnya yang masih single? Jadi, pria itu belum merasakan stres nya memiliki istri.
"Arvian, menurutmu pernikahan kita kedepannya harus bagaimana?" Tanya Aluna dengan tatapan penasaran.
"Bagaimana apanya? Jalani saja yang ada, kenapa harus bertanya apanya?" Jawab Arvian dengan ringan. Dia bersandar sembari menaikkan lengannya ke atas sandaran kursi yang keduanya duduki.
"Maksudnya, permasalahanmu dan keluarga mendiang iparmu kan sudah selesai. Hakim juga sudah memutuskan hak asuh Arega tetap berada di tanganmu. Lalu, pernikahan kita ... bukankah harus selesai juga?" Perkataan Aluna membuat raut wajah Arvian berubah datar, pria itu menatap wanita di sampingnya dengan tatapan lekat.
"Biar ku tanya, apa alasanmu menerima tawaranku untuk menikah?" Tanya Arvian dengan penasaran.
Aluna menyipitkan matanya, dia seakan tengah berpikir keras untuk saat ini. "Pertama, karena kamu tampan, kedua karena kamu kaya, ketiga karena ... aku ingin menunjukkan pada mantan suamiku jika aku bisa mendapatkan pria yang lebih baik darinya. Pria itu semakin sombong, jadi aku ingin mematahkan kesombongannya dengan mencari suami kaya dan tampan, sepertimu." Jawab Aluna yang mana membuat Arvian membulatkan matanya.
"Kalau aku jelek dan miskin, kamu gak mau?!" Pekik Arvian dengan tatapan tak percaya.
Aluna menggeleng, "Tentu saja enggak mau, yang ada mantan suamiku bisa tambah sombong nantinya. Jujur saja Arvian, aku matre. Jadi, jika kamu tak sanggup. Bicara baik-baik padaku kalau kamu mau kita bercerai." Ujar Aluna dengan mudah.
Arvian menggelengkan kepalanya, dia tak menyangka jalan pikir Aluna seperti itu. Namun, satu hal yang Arvian merasa aneh. Dia, tak pernah sekalipun melihat Aluna yang menghambur-hamburkan uangnya. Justru, wanita itu tak membelanjakan uang mahar yang dia berikan saat pernikahan mereka.
"Tidak, aku masih mampu membiayaimu. Aku tampan dan kaya, masih masuk kriteriamu." Gumam Arvian.
"Kamu single belum pernah menikah dan aku seorang janda. Apa kamu tidak merasa rugi menikahi seorang wanita .. ya bisa di bilang bekas ...." Arvian menghentikan perkataan Aluna dengan cara menempelkan jari telunjuknya di depan bibir wanita itu. Keduanya saling menatap, seakan ada aliran listrik yang membuat mereka tak mengalihkan tatapannya.
"Tidak ada yang namanya bekas, janda tidak seburuk itu. Berhentilah menghina dirimu sendiri Aluna. Kamu, bercerai secara terhormat. Kamu menjaga kesucianmu untuk suamimu, jangan bicara seolah kamu wanita murahan. Aku tak menyukainya." Ujar Arvian yang menyentuh hati Aluna.
Sebelumnya, Efendi tak pernah menghargai keberadaannya. Pria itu selalu mengatakan jika dirinya wanita yang hanya membuat masalah dalam hidupnya. Nyatanya, Efendi lebih memilih wanita yang menjadi istrinya saat ini di bandingkan dengan Aluna.
"Apa kamu masih mencintai mantan suamimu?" Tanya Arvian dengan tatapan penasaran.
Aluna mengalihkan pandangannya, dia memainkan jari-jemarinya dengan gugup. Lalu, tatapannya terangkat dan menatap lurus ke depan di sertai dengan senyuman manisnya. "Bohong kalau aku mengatakan melupakannya begitu saja Arvian. Pernikahan kami memang singkat, tapi aku memberikan hatiku secara sukarela pada pria itu." Jujur Aluna.
Arvian menghela nafas pelan, "Padahal aku berharapnya kamu memberi jawaban yang berbeda " Lirih Arvian.
Aluna tersenyum mendengarnya, "Tanyakan lagi nanti setelah kita berhasil dengan pernikahan ini." Ujar Aluna yang mana membuat Arvian terkesiap.
"Berhasilnya kalau sudah punya anak?!" Pekik Arvian.
Aluna mengerutkan dalam keningnya, "Kenapa pembahasanmu anak terus sih?! Aneh, kamu tidak ingin di sentuh wanita sebelumnya. Setelah tahu aku bisa menyentuhmu, kenapa kamu jadi begitu ... berlebihan." Ujar Aluna dengan melirihkan suaranya di akhir kata.
Arvian meneguk kasar lud4hnya, dia mengg4ruk kepalanya yang tak gatal. Matanya bergerak gusar, seakan tengah memikirkan sesuatu. "Teman seumuranku sudah memiliki anak yang sudah duduk di sekolah taman kanak-kanak. Sedangkan, aku belum. Bahkan, ada yang punya anak sudah lulus sd. Aku selalu di bilang perj4ka tua oleh para temanku dan juga rekan bisnis ku." Ujar Arvian dengan wajah memerah malu.
Aluna tertawa kecil, dia merasa lucu dengan sikap Arvian saat ini. "Apa sebelumnya kamu pernah mencintai seorang wanita?" Tanya Aluna yang mana membuat raut wajah Arvian berubah dingin.
"Sudah malam, ayo tidur." Ajak Arvian dan melenggang pergi begitu saja.
"Eh, apa aku salah bicara?" Gumam Aluna dengan menatap punggung Arvian yang semakin bergerak menjauh.
___
Jangan lupa dukungannya🥰🥰