Bagaimana jika orang yang kamu cintai meninggalkan dirimu untuk selamanya?
Lalu dicintai oleh seseorang yang juga mengharapkan dirinya selama bertahun-tahun.
Akhirnya dia bersedia dinikahi oleh pria bernama Fairuz yang dengan menemani dan menerima dirinya yang tak bisa melupakan almarhum suaminya.
Tapi, seseorang yang baru saja hadir dalam keluarga almarhum suaminya itu malah merusak segalanya.
Hanya karena Adrian begitu mirip dengan almarhum suaminya itu dia jadi bimbang.
Dan yang paling tak di duga, pria itu berusaha untuk membatalkan pernikahan Hana dengan segala macam cara.
"Maaf, pernikahan ini di batalkan saja."
Jangan lupa baca...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dayang Rindu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Setelah sejenak terpaku dengan rumah besar nan bertingkat, Bu Susi melangkah masuk menyikut Ogi, sang asisten yang di percaya Adrian untuk menjemputnya.
"Ini benar-benar rumahnya Dokter Mila Pak." ucapnya terisak pilu. Kakinya terus melangkah, meski pandangannya buram tertutup air mata.
Dadanya bergemuruh, detaknya tak beraturan mengingat dulu dia sering diajak oleh Dokter Mila ke rumah ini. Perempuan cantik itu dulu sering memberikan pekerjaan ringan menyusun pakaian dan juga merawat bunga kesayangannya dengan upah yang lumayan.
Bu Susi semakin menangis pilu ketika melihat Adrian menangis sambil memeluk tubuh yang tertutup kain di tengah-tengah ruangan.
"Bu, maafkan Mama." ucap Adrian dengan mata sembab, ia pun memeluk Bu Susi begitu erat.
Bu Susi memeluk Adrian pula, meskipun belum jelas apa yang terjadi di masa lalu, tapi dia yakin sekali kalau Adrian adalah anaknya. Ia menekan matanya beberapa kali menguras air mata yang tak mau berhenti. Membayangkan bagaimana dulu ia melahirkan secara Caesar, dokter Mila lah yang membantunya, merawatnya. Tapi kemudian ia berpamitan untuk berpindah tugas ke luar kota setelah itu.
Di tempat yang jauh sekali ucap dokter Mila waktu itu.... Bu Susi tidak tahu, atau bahkan keluar negeri. Karena sejak saat itu dia tidak pernah mendengar kabarnya lagi.
"Apa kamu mengambil salah satu anak ku Bu Mila?" ucapnya dalam hati. Perih sekali rasanya mengetahui hal seperti ini setelah sekian lama. Tak dapat membayangkan bagaimana jika Adrian tidak mencarinya, tidak tahu kebenarannya.
Pemakaman berlangsung setelah ashar, Adrian masih terduduk lemas memandangi onggokan tanah yang di penuhi hamparan bunga. Segala kenangan melintas di pelupuk mata hingga mengiris perih di dalam hatinya.
"Ayo nak, kita pulang." ajak Bu Susi kepada Adrian, sudah hampir tiga puluh menit pria itu terdiam lemas di samping pusara ibunya.
Lembayung senja menyambut hangat cerah namun tak terasa hangat, Sinarnya telah bersembunyi di balik bukit belahan bumi yang lain. Adrian berjalan lemas menuju kamar mandi yang membersihkan diri dari tanah yang melekat di kaki dan tubuhnya. Dia butuh waktu beberapa puluh menit di dalam sana, mungkin juga menangis.
"Adrian, maaf kami baru datang. Tidak sempat melihat wajah ibumu untuk yang terakhir." ucap seorang wanita sekitar empat puluh tahunan. Dia datang bersama dua orang anaknya.
"Tidak apa-apa Tante." ucap Adrian. Beberapa tetangga tengah sibuk mempersiapkan acara tahlilan malam ini. Beruntung Adrian memiliki banyak yang membantu, dari orang kepercayaan, pembantu yang setia, juga tetangga yang baik.
"Kau pasti sangat bersedih sekali." Ucapnya mengelus wajah Adrian. Dan seorang wanita muda yang mengekor di belakang wanita itu pun mendekat, langsung memeluk Adrian.
"Jangan bersedih ya, Tante Mila tidak ingin merasakan sakit lebih lama." ucapnya berusaha menghibur, tapi terlihat tidak tulus.
"Mas Adrian, Makanannya sudah siap." seorang perempuan paruh baya memanggil Adrian menuju meja makan.
"Terimakasih Bi. Kalau begitu kita makan dulu." ajak Adrian kepada keluarga Mamanya itu.
Meja besar nan bundar sudah di penuhi dengan banyak hidangan.
"Panggilkan ibu, dan semuanya Bi." titahnya kepada pekerja rumah tangganya itu.
"Ibu?" tanya perempuan yang di panggil Tante itu.
Adrian jadi bingung sekarang, dia tahu persis tantenya ini tidak suka dengan sembarang orang.
Hingga terdengar langkah kaki menuruni tangga, tampaklah Hana dan Rosa berjalan lebih dulu. Sementara ibu Susi dan suaminya ada di kamar lantai dasar tersebut tampak sudah keluar menuju meja makan pula.
"Siapa dia?" tanya pria muda seumuran Adrian, anak dari Tante Elsa yang pertama. Pria berambut pirang itu tak berkedip melihat Hana.
Adrian beranjak dari duduknya, meraih tangan Hana dan meminta duduk di sampingnya.
"Dia istriku."
"Hah!" tak hanya pria itu yang tercengang, tapi semua orang termasuk kedua orang tuanya.
"Kamu sudah menikah?" tanya Elsa.
"Ya. Aku sudah menikah dan dia istriku. Ini ibu mertuaku, dan ini adikku." ucap Adrian memperkenalkan kepada Elsa.
"Kamu bercanda? Bahkan terakhir kali kakak ku berbicara untuk mencarikan mu calon istri." kesal Elsa.
"Ya, karena Mama belum tahu kalau aku sudah menikah diam-diam. Tapi terakhir kali dia sadar, aku sudah memberitahunya." jelas Adrian, ia mempersilahkan semua orang untuk makan, mengakhiri pembicaraan yang tidak di sukai saudari dokter Mila itu.
Terlepas dari suasana canggung di meja makan, Hana segera menghindari semua orang terkecuali Rosa, mereka berdua ikut duduk bersama tetangga sekitar membaca doa hingga selesai.
"Langsung tidur aja lah kak?" ucap Rosa, melihat sekeliling mereka ada banyak orang-orang Adrian yang membereskan segalanya.
"Jum lah, Akak pun lelah."
"Tunggu!" suara Tante Elsa mengehentikan langkah mereka berdua yang mulai menaiki anak tangga.
"Siapa namamu tadi?" tanya Elsa.
"Hana." jawab Hana tersenyum tipis dan manis.
"Apa pekerjaan mu?" tanya perempuan itu lagi dengan tatapan menyelidik, mengamati dari kepala hingga ujung kaki.
"Hana membuka kedai pakaian, semacam butik." jawabnya.
"Oh, sejak kapan kalian menikah?" tanya perempuan itu lagi, memainkan kukunya dengan santai.
Hana dan Rosa jadi gelagapan, mereka saling pandang dengan bingung.
"Sebenarnya_"
"Tiga tahun lalu ketika aku melamar kerja di sini. Kami sudah bertemu sejak lama di Malaysia."
Adrian datang menyahuti, meski begitu Hana masih saja bingung mengapa Adrian memilih berbohong.
"Ayo sayang, kita istirahat." ajaknya semakin membuat tercengang Rosa yang mengekor di belakangnya.
"Adrian?" panggil Hana, melepaskan tangannya dari genggaman pria tersebut.
"Maaf. Aku tidak suka keberadaan mereka." jelasnya, menatapnya Hana dan Rosa bergantian.
Hana terdiam lagi, dia merasa tidak nyaman dengan kondisi yang di ciptakan Adrian saat ini.
"Sebentar saja berpura-pura." ucap Adrian lagi.
"Kau menipu orang." ucap Hana pelan.
"Ya, terkadang di perlukan seperti itu." Adrian mengangguk sedikit tersenyum.
Sejenak saling berdiam dalam suasana sunyi, sementara Rosa sudah masuk lebih dulu ke dalam kamarnya.
"Apakah kau tidak punya Papa?" tanya Rosa kemudian, dia bertanya sangat hati-hati.
Adrian menggeleng, kemudian berkata. "Mama diceraikan Papaku ketika masih sangat muda. Ayahku adalah orang yang tidak setia, dia pergi bersama istri dan anaknya ketika aku masih kecil. Dia bahkan tidak peduli waktu aku memanggilnya sambil menangis." jelas Adrian membayangkan suasana masa lalu.
"Sejak itu Mama hanya punya aku." ucap Adrian.
"Kau tahu, siapa perempuan yang di nikahi Papa ku? Dia adalah saudara sambung Mama. Tante Elsa yang ada di bawah itu." ucap Adrian.
Hana terperangah menutup mulutnya sendiri. "Dia datang Kat sini pun setelah Mama meninggal?" tanya Hana tak habis pikir.
"Ya, dengan sangat tidak berperasaan. Tapi tanteku memang sudah beberapa kali datang menemui Mama setelah aku dan mama memutuskan kembali ke rumah ini. Dia mengaku, menyesal sudah berselingkuh dengan Papa. Tentu saja aku tidak percaya."
Hana mengangguk kini, memahami situasi bahwa Adrian benar-benar sendirian.
"Tetaplah menjadi istriku, agar dia tidak menjodohkan anaknya itu padaku." ucap Adrian kepada Hana.
"Hanya sekejap." ucap Hana terkekeh.
"Ya, kalaupun selamanya juga aku tidak apa-apa." jawab Adrian, namun tawa di wajah Hana menjadi surut.
"Maaf." Adrian menyadari itu. "Apakah kau tidak ingin memiliki suami yang sama seperti Pria yang amat kau cintai itu?" tanya Adrian, tidak melepaskan tatapannya di wajahnya cantik Hana.
"Hana nak beritahukan satu hal." ucap Hana berusaha tidak membahas ungkapan Adrian lagi.
"Apa." tanya Adrian menyandar di dinding.
"Hana nak menikah dengan Fairuz bulan depan." ucapnya pelan, kemudian meninggalkan Adrian masuk ke dalam kamarnya.
💞💞💞💞
#quoteoftheday..