Catharine Briana Wilson dan Cathalina Andromeda Wilson adalah saudara kembar identik yang sengaja dipisahkan sejak bayi oleh sang ibu
Catharina yang tinggal bersama orang tuanya harus menghadapi kepahitan hidup setelah sang ibu meninggal dunia dan ayahnya menghadirkan ibu tiri untuknya
Memiliki ibu tiri yang jahat, adik tiri teratai putih dan ayah jenderal bajingan, Cathalina yang mengantikan posisi sang kakak yang dibunuh pada saat pernikahannya berniat membalas dendam
Menginjak-injak mereka dan menjadikan mainan! Mata dibalas dengan mata !
Memiliki suami yang lumpuh dan kejam,Cathalina akan membuatnya bertekuk lutut dan membayar semua penghinaan yang diberikan lelaki tersebut kepada sang kakak.
Putri yang luar biasa dengan berbagai macam keahlian yang akan menggemparkan kekaisaran Lunox.
Bahkan kaisar membutuhkannya untuk bertahan hidup dan mengamankan singhasananya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEMBALI KE KEDIAMAN WILSON
Setelah berkutat beberapa waktu didalam laboratoriumnya, Catharine keluar dengan wajah gembira sambil membawa beberapa botol racun,baik itu berupa racun bubuk maupun cair yang rencananya akan dia bawa pulang ke kediaman Wilson.
“Hadiah selamat datang telah selesai dibuat dan aku ingin segera mencobanya”, gumannya senang.
Membayangkan keluarga yang telah menyakiti kakak kembarnya akan mendapatkan sedikit balasan, hati Catharine merasa bahagia.
Akhirnya, hari yang ditunggu pun tiba. Sesuai dengan keinginan ibu tirinya, kini Catharine berada dalam perjalanan menuju kediaman keluarga Wilson.
Raja Dexter yang cukup tahu jika hubungan sang istri dengan keluarganya tak begitu baik menyuruh dua puluh orang prajurit Benedict beserta kepala pelayan Roger sebagai perwakilannya.
Selain untuk melindungi sang istri, keberadaan prajurit Benedict serta kepala pelayan Roger juga dapat menjadi identitas bagi dirinya sebagai istri Raja Dexter karena tak bisa menemani untuk pulang sebab dia harus menyelesaikan beberapa permasalahan yang ada di barak militer dan akan menyusul nanti.
Begitu kereta dengan lambang istana Benedict tiba, para prajurit yang berjaga dipintu gerbang segera memberikan jalan dengan sopan.
Mendengar laporan dari prajurit yang berjaga digerbang kediaman, seorang pelayan segera masuk kedalam untuk melaporkan kedatangan tamu yang mereka duga adalah nona tertua keluarga Wilson kepada nyonya besar mereka dengan segera.
Catharine, dibantu oleh Lili turun dari kereta kuda dengan dagu terangkat keatas sambil mengamati keadaan sekitarnya.
Disusul oleh Roger yang turun dari kereta kuda dibelakangnya dengan beberapa prajurit yang membantunya membawakan beberapa barang sebagai buah tangan.
“Jadi ini tempat tinggal keluargaku. Sangat megah, namun sayangnya tak ada kehangatan didalamnya”, gumannya dalam hati.
Dalam sekali lihat, Catharine sudah bisa memindai area luar kediaman keluarga Wilson dalam satu kali pandang.
Catharine tampak membandingkan penjagaan dipagi hari dan malam hari ketika dia menyelinap beberapa waktu sebelumnya, terdapat perbedaan jumlah prajurit yang berjaga terutama di beberapa pos yang memang terlihat lebih rawan dipergunakan oleh penyusup untuk masuk.
Didalam ruang pribadinya, Marchioness Sandra yang sedang minum teh bersama Arin segera bangkit dari duduknya begitu kepala pelayan mengatakan jika Catharine telah tiba.
“Akhirnya, wanita jelek itu kembali pulang. Aku sudah tidak sabar melihatnya dihukum oleh nyonya karena berani menindasku didalam istana”, batin bibi Amirah girang.
Dia berjalan sambil tersenyum tak sabar untuk melihat bagaimana wajah angkuh Catharine yang kemarin menindasnya bersujud tak berdaya dikakinya.
Membayangkan saja sudah membuat bibi Amirah merasa puas, apalagi jika dia kembali menyaksikannya secara langsung.
Bibi Amirah pun mengikuti langkah kaki nyonya besar dan nona keduanya pergi ke kediaman utama untuk menyambut kedatangan Catharine dengan wajah tak sabar.
Sementara itu, diruang utama, mendengar suara kereta kuda berhenti dihalaman depan, Adelia yang sudah sangat penasaran akan sosok sang kakak segera berlari keluar untuk menyambutnya.
“Nona ketiga, jangan berlari. Itu tidak sopan!”, teriak Luna, pelayan pribadi Adelia ketakutan.
Jika sampai Marchioness Sandra tahu jika Luna membiarkan Adelia berlarian seperti itu maka bisa dipastikan dia sebentar lagi akan mendapatkan hukuman.
Adelia yang sudah tak sabar ingin bertemu Catharine tak mengindahkan teriakan pelayannya dan terus berlari dengan gaun yang sengaja dia angkat untuk memudahkan pergerakannya.
“Kakak, kamu kembali !”
Dari dalam ruangan, muncul seorang gadis yang Catharine perkirakan berusia tiga tahun lebih mudah dari dirinya datang menyambutnya dengan senyum hangat.
Melihat Catharine masih mengenakan cadar diwajahnya, ada senyum diwajah Adelia semakin bertambah lebar.
“Siapa bilang jika dia bertambah pintar dan memiliki keahlian medis. Buktinya, wajah jelek itu masih dia pertahankan”, batin Adelia penuh cibiran.
Catharine yang melihat gadis didepannya tersenyum penuh kepalsuan dihadapannya hanya bisa membatin dalam hati “Ini pasti si manja Adelia”.
Menurut informasi yang didapatkannya, Arin hanya selisih satu tahun dibawahnya dan dia merupakan gadis anggun sehingga tak akan melakukan tindakan sembrono dengan berlarian seperti ini yang hanya bisa dilakukan si bungsu yang sangat dimanja, Adelia Wilson.
Sosok gadis manja yang cerewet dan sayangnya terkenal sebagai anak paling pintar di kediaman Wilson.
Dibalik sikap ceria dan tatapan polosnya, gadis kecil ini juga tak kalah liciknya dengan sang ibu dan kedua kakaknya.
Karena tak merasa mengenal siapa yang menyapanya, Catharine hanya diam tak merespon membuat gadis tersebut kembali bersuara “Kakak...kenapa kamu diam saja. Apa kamu tak merindukanku? Padahal aku sangat merindukanmu”, ujarnya merajuk.
Gadis cantik dengan gaun merah mudah dan pita senada yang menghias rambut kuning emasnya terlihat sangat sempurna diwajah ovalnya dengan kedua pipi yang sedikit cubby, membuat siapa saja yang melihatnya akan merasa sangat gemas.
Apalagi jika bibirnya mengerucut seperti itu, siapapun akan luluh dengan sikapnya.
Namun, hal itu tak berlaku bagi Catharine yang telah berinteraksi dengan banyak orang dengan berbagai karakter.
Meski senyum lebar tercetak jelas diwajahnya, namun sorot mata yang merupakan jendela jiwa seseorang terlihat penuh amarah dan dendam, seperti seekor ular yang menunggu mangsanya lengah untuk dia patok.
“Kakak tidak mungkin bodoh dan tertipu dengan wajah licik ini bukan”, gumannya dalam hati.
Melihat bagaimana Adelia bisa mengelabui oleh orang lain dengan penampilan dan sikap manjanya, Catharine berasumsi pasti dimasa lalu, kakak kembarnya selalu mendapatkan masalah dari gadis ini yang berakhir dengan hukuman.
Apa yang Catharine duga sepenuhnya benar, dengan sikapnya ini dia bisa membuat kakak kembar Cathalina selalu luluh dan berakhir dengan buruk karena mengikuti keinginan gadis itu dan selalu menanggung semua kesalahan yang adik bungsunya itu perbuat dihadapan keluarganya.
Roger yang melihat bagaimana tingkah pola Delia yang terlihat sedikit liar baginya untuk ukuran gadis bangsawan merasa tak senang dan memberi teguran “Nona muda, sekarang kakak anda sudah menjadi Putri Benedict, anggota keluarga kerajaan jadi sebaiknya anda segera memberi salam terhadap sang Putri sebagai bentuk penghormatan”.
Marchioness Sandra yang baru saja mencapai ruang utama merasa tersinggung begitu dia mendengar dari pelayan jika ada seorang sedang memarahi Adelia sehingga diapun bergegas keluar.
“Nona pertama ini sungguh keterlaluan, baru saja datang sudah membuat keributan”, ujar bibi Amirah memprovokasi.
Sang pelayan yang tadi menyampaikan berita mengenai keributan didepan hanya bisa membuka dan menutup mulutnya dengan wajah bingung karena informasi yang dia sampaikan belum lengkap namun keburu nyonya besarnya beranjak dan mengabaikannya.
“Nyonya, bukan nona pertama yang memarahi nona ketiga, tapi kepala pelayan Roger”, ucapnya menyelesaikan kalimat yang tadi belum sempat dia utarakan namun hal itu tak berarti lagi karena saat ini Marchoiness Sandra sudah ada didepan rumah dengan wajah penuh amarah.
“Siapa yang berani memarahi putriku dikediaman Wilson! Lancang!”, hardik Marchoiness Sandra dengan wajah penuh amarah.