banyak mengandung ***, tolong yang dibawah umur bijaklah dalam membaca setiap novel.
karya ini adalah karya saya di platform sebelah. terpaksa saya pindahkan disini sebab novel ini sudah hilang di platform sebelah. saya sudah menunggu beberapa bulan kembali nya novel ini tapi nyatanya tidak kembali lagi.
mengandung *** bijaklah dalam membaca
Zahra harus rela di nikahi oleh calon suami kakaknya, intan. sebab intan kabur di hari H pernikahannya. tak ada pilihan lain akhirnya Zahra menuruti keinginan orang tua angkatnya. ingin rasanya wanita itu menolaknya tapi hal itu menyangkut nama baik keluarga mereka.
William menyalahkan Zahra atas hilangnya calon istri saat menjelang pernikahan, pria itu mengira jika Zahra dalang dibalik semua ini karena iri dengan intan.
seakan buta mata dan hati, William terus saja menyiksa Zahra setelah menjadi istrinya. hari-hari dijalani Zahra penuh dengan penyiksaan, hinaan dan cacian sudah menjadi makanan sehari-hari nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
William masih termenung dimeja makan, bahkan rasa laparnya seketika hilang dengan kejadian tadi.
"Ada apa dengan jantung ku ini, apa aku punya penyakit jantung, aishhh besok aku akan memeriksanya". Ucapnya memegang dadanya sendiri.
Hahahaha
Setelah meraba dadanya, William tertawa begitu lantang. Entah apa yang lucu bahkan air matanya sampai keluar saling asiknya tertawa tak lupa sesekali nasi goreng seafood buatan Zahra masuk dalam mulutnya.
"Apa dia mulai menggodaku ? Memang dasarnya saja dia m*rahan sampai rela menggoda kekasih saudari nya sendiri. Betul-betul menjijikkan".
Lama berbicara dengan dirinya sendiri akhirnya nasi goreng seafood yang ada di piringnya habis tak tersisa bahkan satu nasi pun tak ada di piring tersebut.
William beranjak menuju kamarnya guna membersihkan diri, kemudian duduk menyandar ditepi tempat tidur miliknya tak lupa juga melihat foto intan.
"Sebenarnya kamu dimana sayang, bahkan orang suruhan ku tidak bisa menemukan mu. Apa kamu tidak merindukan aku hmmm, aku begitu merindukan mu. Semoga kamu disana baik-baik saja dan segeralah pulang". Gumam William memegang lekat foto dilayar ponselnya.
Wajah sendunya menatap foto intan, bulir bening sudah membasahi pipinya, hal itu membuktikan betapa besar rasa cinta William terhadap sang kekasih.
*
*
*
Pagi hari matahari seakan malu-malu menampakkan sinarnya. Zahra yang sudah terbangun sejak tadi bahkan sudah membersihkan rumah yang sekarang dia tempati itu begitu besar bahkan sekarang dirinya berkutat didapur. Tapi hanya lantai bawah yang dia bersihin karena tak berani naik kelantai atas takut William marah padanya.
"Alhamdulillah akhirnya selesai juga masakan aku". Gumamnya dengan senyum manis.
Gadis cantik yang memiliki muka bak Barbie itu segera beranjak dari dapur menuju ke kamarnya sambil bersenandung. Siapa yang tidak menyukainya bahkan sebelum menikah dengan sosok William Zahra bahkan digemari oleh kaum laki-laki diluaran sana. Memiliki hidung mancung, tak lupa lesung pipi diwajahnya ketika tersenyum menambah kecantikan yang paripurna, dan juga kulit putih serta tubuh ideal yang tinggi semampai bak model. Tubuh itu juga yang kadang membuat intan sedikit merasa cemburu dengan adik angkatnya itu bahkan tak segan ingin mencelakai Zahra.
Drttt
Drtttt
Drtttt
"Halo Dita, ada apa". Ucap Zahra dengan ponsel yang menempel ditelinga nya.
"....."
"Iya ini juga mau kesana, lagi siap-siap".
"....."
"Oke".
Kini Zahra sedang bersiap untuk pergi ke suatu tempat dan akan bertemu dengan si penelpon tadi, setelah beberapa hari tak keluar rumah setelah menikah ini pertama kalinya lagi Zahra keluar.
"Semoga pagi yang cerah ini membawa berkah sesuai dengan suasana hatiku saat ini". Doanya dengan penuh harap.
Saat keluar ternyata sudah ada William yang sedang sarapan lengkap dengan stelan jasnya pertanda dia akan berangkat ke perusahaan miliknya.
"Mau kemana ?". Entah kemana sejak kejadian semalam William selalu bertanya mengenai Zahra. Apalagi melihat perempuan itu sudah rapi pagi-pagi sekali bahkan begitu cantik dan elegan, tak lupa juga wangi tubuhnya sampai tercium oleh William.
Zahra yang berjalan mengambil air minum segera menoleh ke sumber suara.
"Mau keluar, ada yang harus saya urus. Apa tuan membutuhkan sesuatu ?". Tanya Zahra yang sengaja duduk disamping William. Bukankah ini tujuan utamanya membuat sang suami mencintainya kemudian membalas dendamnya kan ?.
William nampak bergeming melihat Zahra duduk dan meminum air dihadapannya bahkan tak luput dari penglihatan leher jenjang nan mulus milik istrinya itu.
"Apa kau dengan sengaja menggodaku ?". Tanya William menatap tajam mata coklat itu dan mencengkram lengan Zahra.
Zahra yang dicengkeram hanya tersenyum miring "apa Anda tergoda tuan ?". Bukannya menjawab Zahra bahkan kembali menatap mata tajam yang kini melihatnya.
"Oh apa anda sudah mengakui jika saya lebih cantik dari kekasih anda yang hilang itu ? kekasih anda itu kadang iri melihat saya tuan sebab saya lebih unggul dari segi body dan juga wajah". Ucapnya lagi tersenyum miring.
"Dasar m*rahan!!!. Tak mungkin intan iri dengan perempuan menjijikkan seperti kamu yang sudah menjajakkan tubuh mu pada hidung belang diluar sana. Entah sudah berapa laki-laki yang sudah dirimu ini tiduri dan sekarang lihat kamu sudah berani menggoda ku CK. Dasar s*mpah!!!!". Zahra hanya tersenyum mendengar William yang selalu menghinanya. Dia tidak tau saja jika Zahra ini masih tersegel.
"Menggoda ? Yah saya memang sedang menggoda Anda tuan. Apa salah istri menggoda suaminya sendiri bukan ?".
"Kamu bukan istriku berapa kali harus ku katakan jika kamu itu tak ayal hanya pembantu, yang menjadi istriku nantinya hanya intan. Perempuan yang selalu menjaga kehormatannya bukan seperti mu yang m*rahan". Tegas William masih menatap Zahra.
"Ah seperti itu, kita lihat saja apakah mbak intan yang anda banggakan itu memang perempuan terhormat yang dapat menjaga kesuciannya. Semoga jika anda mengetahui kebenaran nya anda tidak akan gila tuan". Bukan tanpa dasar Zahra mengatakan hal tersebut karena sudah dua kali Zahra bahkan melihat intan mengandeng laki-laki lain bahkan masuk ke kamar hotel berdua.
Flashback
"Loh mbak intan ? Tapi kok bukan sama kekasihnya yah, siapa laki-laki itu bahkan mereka bergandengan tangan dengan mesra". Ucap Zahra yang melihat kakaknya yang menuju kamar hotel. Kebetulan pada saat itu Zahra sedang ada kerjaan dihotel tersebut.
Zahra diam mematung melihat intan mencium bahkan melumat b*b*r laki-laki yang bersamanya tadi tak lupa juga laki-laki tersebut meremas benda kenyal milik intan.
"Ahhhh sabar sayang jangan disini, kita akan menuntaskannya didalam kamar saja sampai sepuasnya". Ucap intan yang masih terdengar ditelinga Zahra.
"Aku sudah tidak tahan sayang". Ucap laki-laki itu.
Setelah asik berc*mbu akhirnya mereka beranjak dari tempat tersebut dan Zahra segera keluar dari dalam bilik toilet itu. Yah tadi mereka melakukannya di toilet perempuan yang memang sedang diperbaiki, tapi Zahra tak tau jika toilet tersebut ada tulisan diperbaiki. Tapi setelah melihat tulisan itu Zahra akhirnya mengerti kenapa tidak ada orang sama sekali ditoilet tersebut.
"CK menjijikkan".
Setelah mengetahui kebenarannya, pada saat itu juga intan tak pernah mengganggunya lagi sebab sudah memegang kartu As nya.
Flashback end
William diam mematung mencerna ucapan Zahra, apa dia mengetahui sesuatu yang tidak aku ketahui. Atau memang dia terlibat dalam hilangnya intan makanya dia bisa berbicara seperti itu. Pikir William
Tangan William terkepal kuat bahkan memperlihatkan urat-urat tangannya seakan ingin keluar dari sana.
"Aku akan menghabisi semua orang yang terlibat dalam hilangnya intan tak terkecuali dirimu Zahra s*alan!!!".
"Dan saat itu terjadi kamu akan memohon ampunan di kaki ku. Bahkan aku akan membuat mu menderita secara perlahan sebelum akhirnya meninggal. DASAR S*ALAN!!!". teriak William menggebrak meja makan yang untungnya terbuat dari kayu.
Zahra yang mendengar teriakan William dari arah ruang tamu hanya tersenyum karena lagi-lagi laki-laki itu masih saja belum mengerti dengan apa yang diucapkannya barusan.
"Saya harap kamu tidak akan menyesal William, dan jika itu terjadi maka kata maaf saja tak bisa mengantikan berbagai siksaan yang kamu berikan padaku". Gumam Zahra segera berlalu keluar dari rumah besar itu.
Bersambung...