Di tengah hujan deras yang mengguyur jalanan kota, Kinanti menemukan seorang anak kecil yang tersesat. Dengan tubuhnya yang menggigil kedinginan, anak itu tampak sangat membutuhkan bantuan. Tak lama kemudian, ayah dari anak itu muncul dan berterima kasih atas pertolongan yang ia berikan.
Meskipun pertemuan itu sederhana, tidak ada yang tahu bahwa itu adalah awal dari sebuah kisah yang akan mengubah hidup mereka berdua. Sebuah pertemuan yang membawa cinta dan harapan baru, yang muncul di tengah kesulitan yang mereka hadapi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rhtlun_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 20
Pada malam hari setelah membaca cerita yang menyenangkan untuk Kenzo, Kinanti memastikan anak itu tertidur dengan nyenyak. Ia membelai kepala Kenzo dengan lembut, sambil menyarankan agar anak itu tidur lebih cepat karena besok pagi harus bangun untuk pergi ke sekolah. Kenzo yang sudah mulai mengantuk, mengangguk dan memejamkan matanya, berharap bisa beristirahat dengan cukup.
Pagi pun tiba, udara pagi yang segar menyambut hari baru. Kinanti bangun lebih awal dan segera menyiapkan sarapan untuk Kenzo. Ketika Kinanti sedang menyiapkan meja makan, Kenzo yang sudah bangun lebih dulu menghampirinya dengan penuh semangat. Sambil duduk di meja makan, Kenzo menceritakan apa yang terjadi malam sebelumnya, dengan ceria menceritakan bahwa Kinanti bilang Julian itu tampan.
Kenzo yang masih dengan senyuman lebar berkata, "Tadi malam Kak Kinanti bilang Daddy itu tampan!"
Mendengar perkataan itu, Julian yang sedang menikmati sarapan pagi hanya tersenyum tipis. Ia merasa tersanjung meski tidak mengharapkan pujian seperti itu. Bi Inah yang sedang membantu menyiapkan sarapan ikut tersenyum mendengar cerita Kenzo yang penuh keceriaan.
Namun, suasana yang awalnya cerah tiba-tiba berubah ketika Marta, ibu Julian, yang baru saja turun ke ruang makan mendengar ucapan Kenzo. Marta menatap Kinanti dengan tatapan tajam yang langsung menyiratkan rasa tidak senang. Kinanti, yang merasa tidak nyaman dengan tatapan tersebut, sejenak terdiam. Ia tahu bahwa Marta adalah sosok yang sangat memperhatikan peran dan posisinya di dalam keluarga ini.
"Kinanti, ingat posisi kamu di sini. Jangan berlebihan dengan pujian-pujian yang tidak semestinya." Ujar Marta dengan nada yang sedikit tegas dan penuh peringatan.
"Kamu harus hati-hati dalam bertindak, terutama di hadapan anak-anak." Tatapan tajam Marta semakin menambah ketegangan di udara.
Kinanti yang merasa canggung dan sedikit terpojok, mengangguk pelan sambil berkata, "Maaf, Nyonya." Jawab Kinanti dengan suara pelan, berusaha untuk tetap sopan. Walaupun merasa tak nyaman, dia mencoba untuk tidak menanggapi terlalu dalam dan tetap menjaga sikap.
Julian yang mendengar percakapan tersebut langsung menenangkan suasana. Ia tidak ingin masalah ini berkembang lebih jauh, terutama di depan Kenzo yang masih duduk di meja makan dengan wajah polos.
“Mama, cukup. Kinanti tidak bermaksud buruk. Itu hanyalah candaan anak kecil.” Ujar Julian dengan tegas, namun penuh pengertian.
“Kinanti, tolong antar Kenzo ke sekolah, ya?” Tambah Julian, mencoba mengalihkan perhatian dari topik yang semakin panas.
Marta hanya diam, meskipun matanya tetap menatap Kinanti dengan tajam. Julian, yang melihat ketegangan itu, memutuskan untuk tidak melanjutkan percakapan lebih lanjut. Ia tahu bahwa ibunya seringkali sulit menerima hal-hal yang di luar harapan mereka, terutama terkait dengan hubungan pribadinya.
Adam, ayah Julian yang sejak tadi duduk diam, akhirnya ikut bersuara. "Marta, Itu hanyalah candaan anak kecil, kamu tidak perlu seperti itu." Katanya dengan suara lembut namun penuh makna.
"Tidak ada yang salah dengan apa yang dikatakan Kenzo ataupun Kinanti." Adam berusaha menengahi, mencoba untuk meredakan ketegangan di meja makan.
Namun, perasaan tidak nyaman masih terasa di udara. Kenzo yang mendengar percakapan itu tidak mengerti sepenuhnya tentang apa yang sedang terjadi, tetapi ia merasa bahwa Neneknya sedikit khawatir.
"Tapi memang Daddy itu tampan, Nenek." Kata Kenzo, yang merasa perlu membela Julian di depan Marta.
"Daddy itu memang tampan!" Lanjut Kenzo dengan penuh keyakinan, berharap Marta mengerti maksudnya.
Marta yang mendengar kata-kata Kenzo sedikit terkejut, kemudian tersenyum tipis meskipun ada sisa-sisa kebingungan di matanya. Ia tidak bisa menahan tawa kecil mendengar penuturan polos Kenzo.
Namun, dalam hatinya, Marta tetap merasa ada sesuatu yang kurang tepat dengan hubungan ini, dan dia menginginkan lebih banyak penjelasan dari Julian tentang bagaimana peran Kinanti dalam kehidupan mereka.
"Kenzo memang selalu berbicara dengan polos." Marta berkata sambil menyandarkan punggungnya ke kursi, berusaha menyembunyikan ketegangan yang masih tersisa.
"Baiklah, kalau begitu. Tapi kamu harus hati-hati, Kinanti."
Kinanti yang mendengar itu hanya mengangguk pelan. Ia tahu bahwa berada dalam posisi seperti ini membuat segala sesuatu menjadi lebih sulit.
"Terima kasih atas pengertiannya, Nyonya." Jawab Kinanti, meskipun perasaan canggung masih ada dalam dirinya.
Julian yang melihat suasana kembali tenang, mencoba untuk menyelesaikan masalah ini dengan lebih tegas. "Mama, tolong jangan mempersulit keadaan. Kinanti hanya melakukan tugasnya dengan baik. Hari ini, Kinanti akan mengantar Kenzo ke sekolah, dan kita akan menjalani hari seperti biasa." Julian menegaskan posisinya, memastikan bahwa semua masalah yang timbul bisa diselesaikan dengan kepala dingin.
Kenzo yang melihat ketegangan itu mulai tersenyum kembali, mencoba untuk melanjutkan aktivitasnya. "Daddy, Nenek, Kakek, Kak Kinanti, aku sudah siap!" Seru Kenzo dengan semangat, berusaha mengalihkan perhatian dari percakapan serius yang baru saja terjadi.
Sementara itu, Kinanti, yang merasa sedikit lega dengan adanya intervensi dari Julian dan Adam, tersenyum tipis. Ia merasa bahwa perannya dalam keluarga ini memang masih cukup baru dan penuh dengan tantangan. Namun, ia tahu bahwa ia melakukan yang terbaik untuk Kenzo, dan itu lebih dari cukup.
Setelah sarapan selesai, Kinanti segera mempersiapkan segala sesuatu untuk mengantar Kenzo ke sekolah. Kenzo, yang sudah tidak sabar, menunggu di dekat pintu. Julian menyarankan agar mereka melanjutkan hari dengan tenang, meskipun ada beberapa ketegangan yang masih membayangi.
Kinanti mengantar Kenzo ke sekolah dengan hati yang lebih ringan, sementara Julian melanjutkan harinya dengan kesibukannya sendiri. Meskipun suasana di rumah mereka tidak selalu seiring sejalan, mereka tahu bahwa keluarga adalah tempat untuk saling mendukung, meskipun terkadang ada perbedaan yang harus dihadapi.