Genre: Drama, komedi, persahabatan, action brutal, romance.
Sekumpulan pemuda STM yang sedang dalam tahap pencarian jati diri.
Basis 69, basis yang melegenda di ibu kota tapi sedang tertidur lelap karena kejayaannya perlahan-lahan mulai pupus.
Abimana Pramono pemuda dengan segudang rahasia.
Pemuda berdarah panas dan berhati dingin.
pemuda dengan nyali besar dan tak kenal takut.
Pemuda yang tersenyum saat melihat darah.
Abimana Pramono anggota baru basis 69 yang akan membuat sejarah baru.
Pemuda yang akan membangunkan basis 69 dari tidur lelapnya.
Parang..!
pedang..!
celurit..!
sudah di acungkan ke udara.
tidak ada kata untuk mundur sebelum kejayaan tercipta.
-Original story by Penulis amatir-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon penulis amatir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TANK VS ASSASIN
Di jalan satu arah yang sepi, jalan satu arah menuju ke Pramono mansion, jalan yang sisi kanan dan kirinya tumbuh bermacam-macam pohon yang rimbun dan besar.
Dua orang pemuda dengan wajah garang berhadapan dan menatap tajam satu orang pemuda dengan tubuh besar tapi sangat berotot.
Mereka adalah 2 orang anggota basis 45 dan buluk anggota dari basis 69, dua basis yang bermusuhan sejak lama.
Jarak diantara keduanya sekitar 10 meter.
Tidak jauh dari mereka terdapat satu lagi pemuda tapi dia tampak duduk bersila di pinggir jalan sambil menikmati sosis dari kotak bekal yang dia tempatkan di pangkuannya.
Pemuda itu adalah Bimo yang sangat santai walau di depannya akan ada pertumpahan darah.
Suasana masih hening dan belum ada satu pun dari 3 orang yang saling berhadapan bergerak dan masih saling memandang satu sama lain.
Mereka bertiga tampak sangat berhati-hati sampai dua menit berlalu begitu saja dan belum ada apapun yang terjadi sampai pemuda yang sedang makan sosis itu bosan karena pertunjukan belum dimulai juga.
"Woi kalian bertiga?! Kalian mau saling menatap sampai jatuh cinta satu sama lain?". Bimo yang tidak sabar berteriak dari pinggir jalan, sosis di kotak bekal hampir abis tapi belum juga adu pukul mereka.
"Siapa loe bocah cilik?! Apa loe juga anggota basis babi ini?! Mau mampus sekalian loe bangsat!". pemuda yang pegang golok mengacungkannya ke Bimo dengan mata melotot merah.
"Anak pecun murahan! Jaga bacot loe anjing..! Dia bukan orang yang bisa loe hina sesuka hati!". Buluk tidak mau kalah dan mengeluarkan jurus lidah berbisanya.
"Apa loe bilang babi..! Loe itu yang anak pecun! Maju sini biar gua potong lidah loe bangsat!". pemuda yang memegang golok itu berteriak marah.
"Loe sini yang maju biar gua injak-injak itu batang loe yang seperti lidi!". Buluk terus membalas dengan lidah beracunnya.
"Buluk mending loe menyerah dan biarkan kita patahkan kedua tangan loe itu, abis itu loe boleh pergi". Satu pemuda yang dari tadi diam akhirnya berbicara dengan ekspresi tenang di wajahnya tidak seperti pemuda yang sedang memegang golok.
"Loe kenal gua?! Tapi sorry gua kagak kenal cecunguk rendahan seperti lu berdua". balas buluk dengan ekspresi sombong di wajahnya.
"Hahaha, siapa tidak tau elo.. tank no 1 basis 69, kita berdua hanya assassin biasa dari basis 45 tapi itu sudah cukup untuk habisi elo!". pemuda itu menyeringai sambil mengeluarkan 2 pisau dari belakang punggung nya.
"Apa elo berdua sudah merencanakan semua ini?". buluk tampak tidak gentar.
Bimo yang dari tadi diam karena sosisnya sudah habis sedikit terkejut karena buluk menghadapi 2 orang yang sama-sama memegang senjata, satu memegang golok dan satunya memegang dua pisau.
Pelan Bimo memasukan kotak bekal ke dalam tas dan pelan pula dia menarik keluar Romeo dan Juliet, nama 2 celurit andalannya.
"Karena elu bakalan terkapar disini, gua akan berbaik hati kasih tau.. Memang kita berdua di tugaskan ketua untuk mengikuti elo, selama seminggu kita sembunyi dan sekarang akhirnya kesempatan itu tiba, kesempatan untuk patahkan semua tulang-tulang elo itu!". Pemuda yang memegang dua pisau di tangannya tersenyum jahat memandang buluk dengan tatapan haus darah.
"Hahaha, tidak gua sangka Romi bajingan itu punya ide goblok seperti ini.. Apa kalian kira gua lemah? ayo kita buktikan! darah siapa yang berceceran di akhir nanti". Buluk langsung memasuki mode siaga penuh.
"Jangan sebut nama ketua terhormat kami dengan mulut sampah loe bajingan!". pemuda yang memegang golok berteriak dan langsung maju, berlari ke depan untuk menyerang buluk.
"Whussss..!". Suara angin yang dibawa oleh ayunan golok dari samping yang mengarah tepat ke leher buluk.
Buluk yang sudah waspada sejak awal langsung mundur satu langkah ke belakang untuk menghindar.
Serangan pertama gagal, anggota basis 45 itu melancarkan serangan berikutnya.
Serangan yang sama dengan golok yang dia pegang erat dan dia ayunkan ke samping ke arah leher buluk.
Dengan serangan sangat mudah ditebak itu buluk dengan mudah menghindarinya lagi dengan cara yang sama dengan mundur satu langkah ke belakang.
Bimo yang menyaksikan hanya bisa mendesah pelan, posisi seniornya itu tidak menguntungkan karena lawan memegang senjata, dia harus terus bertahan dan mencoba mencari celah untuk menyerang.
"Bangsat! lawan gua anjing!". pemuda yang memegang golok itu berteriak karena serangannya gagal dan buluk hanya menghindar.
"Whuusss..!". Suara angin sekali lagi di belah oleh golok dan serangan itu sekarang berubah.
Berubah dari mengincar leher buluk menjadi serangan bawah dan perut buluk lah sasarannya.
Menghadapi serangan yang berubah, jika buluk menghindar ke belakang itu bukan ide yang bagus dan dengan tubuhnya yang besar refleknya juga terbatas.
Musuhnya yang bertipe assassin sangat cepat dan gesit, kelemahan petarung tipe itu adalah powernya yang tidak terlalu kuat maka dari itu di film ataupun dunia nyata seorang assassin akan selalu menggunakan senjata untuk menyerang.
Sebagai anggota inti basis 69 dan tank yang kuat tidak semudah itu buluk bisa di jatuhkan.
Buluk unggul di daya tahan stamina dan power yang besar.
Buluk harus cari cara agar senjata musuh jatuh dan saat itulah dia bisa menyerang, seorang assassin tanpa senjata hanya bagaikan macan ompong tanpa taring.
Walau agak lambat buluk berhasil menghindar dengan cara melompat ke samping kiri tapi sayang walau dia berhasil menghindar dari serangan golok itu, lompatan buluk tidak sempurna.
Keseimbangan tubuh Agus buluk goyah dan dia langsung jatuh tengkurap di atas aspal.
"Anjing!". Buluk mengumpat, mengumpat bukan karena rasa sakit tapi karena ciuman pertamanya hilang, bibirnya yang menempel erat di aspal.
"Mampus loe babi!". Musuh tampak tersenyum karena buluk tengkurap di aspal seperti babi yang siap di sembelih.
Musuh mengangkat goloknya ke atas dan seketika, golok turun ke arah punggung buluk.
Bimo tampak terkejut dari kejauhan tapi sudah terlambat jika Bimo ingin menolong karena jaraknya yang tidak bisa Bimo jangkau.
Adegan itu seperti slow motion di kedua mata Bimo dan di saat Bimo berfikir buluk akan kena bacok hal yang mengejutkan terjadi.
"TRAAANNGG..!". suara besi golok menghantam aspal dengan percikan api.
Buluk menghindar?
Benar buluk di sepersekian detik itu di posisi tengkurap di atas aspal, agus buluk dengan ajaib bisa menghindar tapi cara menghindarinya agak unik.
Buluk berguling-guling di atas aspal hitam.
Adegan yang seharunya menegangkan berubah menjadi adegan yang aneh dan lucu, buluk seperti tong yang gelinding.
"Babi bangsat!". teriak pemuda itu tidak percaya dengan apa yang baru saja dia lihat dan langsung mengejar buluk yang terus berguling-guling.
Suara golok yang berbenturan dengan aspal terdengar berulang-ulang sampai tiga kali, buluk terus menghindar sampai di jatuh ke bawah aspal dan berguling di tanah.
Merasa ada kesempatan karena musuh tidak mengejar, buluk segera berdiri.
Bimo bisa melihat bibir buluk lecet-lecet karena terlalu lama cium aspal, siku dan tangannya pun tidak luput dari luka dan ada darah yang mengalir dari sana.
Tapi Bimo melihat ekspresi wajah buluk tidak seperti orang yang menahan sakit tapi lebih ke orang yang sedang marah dengan seringainya seram di wajahnya.
"Cuma segitu doang kemampuan anak pecun kek elo! Hahaha.. Hahahaha.. ". Buluk tertawa menghina.
"Bacot! gua mampus in loe babi keparat!". mendapat hinaan dari Buluk, emosi assassin basis 45 itu langsung memuncak dan dengan cepat membawa goloknya untuk memburu buluk lagi.
Bimo tersenyum melihat musuh yang telah masuk perangkap dengan mudah, perangkap yang di pasang seniornya.
Dalam pertarungan yang intens, emosi adalah hal yang harus selalu di jaga, terlalu tinggi emosi, otak tidak akan bisa berfikir dengan lancar dan akan mempengaruhi gerakan menyerang maupun bertahan.
Buluk yang sudah malang melintang di dunia baku hantam tau dengan jelas aturan mainnya.
Serangan golok bertubi-tubi di lancarkan musuh ke depan ke arah buluk, serangan yang terlihat sangat kasar, cuma menusuk dan mengayun saja dan buluk mudah untuk menghindar mundur.
Apalagi musuh menyerang dengan terus berteriak dan itu adalah awal dari semua masalahnya.
sungguh amatir! fikir Bimo dalam hati, menyerang bertubi-tubi sambil berteriak itu sangat menguras energi.
Dan benar saja serangan musuh mulai melambat dan nafasnya juga mulai tidak teratur.
"Bangsat! lawan gua bangsat!". Musuh berteriak keras seperti orang gila dan mengayunkan goloknya sekali lagi ke depan.
Buluk hanya tersenyum kecil dan tidak terpancing karena pemenang ditentukan bukan dari siapa yang banyak menyerang tapi siapa yang bisa memanfaatkan moment dengan baik.
Buluk menghindar ke belakang lagi tapi dia tampak terkejut karena punggungnya membentur pohon yang berada tepat di belakangnya.
Posisi mereka bertarung sudah keluar dari jalan saat buluk ngelawak dan berguling-guling di aspal tadi.
"Mau kabur kemana lagi loe babi! Huaaa..!!". Merasa di atas angin melihat buluk yang tidak bisa mundur karena mentok di pohon, musuh tampak mengerahkan semua sisa kekuatannya untuk satu ayunan terakhir.
Ayunan mematikan yang dia arahkan ke samping kepala buluk dengan full power.
Suara udara dibelah oleh golok seperti suara lebah yang kabur dari sarangnya.
Buluk tau kalau dia tidak bisa menghindar ke belakang, ke samping juga tidak bisa karena jarak musuh yang begitu dekat.
"SENIOR..!". Bimo berteriak keras, "JONGKOK..!".
Buluk yang bingung dan pasrah telah memejamkan mata tapi setelah mendengar suara Bimo yang panggil dia senior, langsung terbuka lebar kedua matanya terkejut dan ada perasaan tak terlukiskan mendengar junior yang sering menindasnya itu panggil dia seperti itu.
buluk langsung jongkok dengan cepat percaya sepenuhnya dengan junior yang terkadang terlihat sangat manis itu.
"CEPRAAAAAKKKKK...!". golok menghantam dan menancap di pohon dan berkat arahan dari sang junior, sang senior pun terselamatkan.
Pemuda itu terkejut karena serangannya yang dia kira akan berhasil ternyata kembali mengalami kegagalan.
Golok menancap di pohon begitu dalam dan assassin itu mencoba menariknya cepat tapi terlihat sangat susah.
Moment..
Moment..
Moment yang ditunggu-tunggu buluk akhirnya tiba juga, moment dimana dewi Fortuna berpihak kepadanya, moment yang akan datang bagi orang-orang yang fokus dan bersabar.
Buluk yang berjongkok di depan musuh segera mengepalkan bogem nya erat, telapak tangan besar itu mengepal dan otot-otot nya tampak mengerikan.
Musuh yang masih panik mencoba menarik goloknya dari pohon tidak sadar jika bahaya akan datang.
Bogem mentah buluk meluncur dari bawah ke atas tepat ke arah dagu musuh.
Praaaakkkk!". suara nyaring tulang bertemu tulang.
Adegan itu tampak sangat epic dan Bimo tersenyum melihat itu.
"UWAAAAKKKK...!! teriak assassin basis 45 merasakan sakit yang pasti sangat besar.
Dengan power buluk yang yang begitu menakutkan, musuhnya tampak langsung terangkat ke udara, sekitar 50 cm dari tanah dan tidak sampai disitu.
Saat musuh berada di udara, buluk cepat berdiri dengan posisi siap untuk melancarkan serangan ke dua.
Musuh jatuh berdiri di tanah dengan kaki goyah kehilangan keseimbangan.
Kepalan tangan kiri buluk meluncur.
"Praaaakkk!". Tepat mengenai pipi kanan.
Musuh oleh ke kiri.
Bogem kanan buluk segera meluncur dan...
"Praaaaakkk..!". pipi kiri musuh terkena serangan brutal buluk sampai beberapa gigi terbang bersama darah.
Musuh sudah hampir kehilangan kesadaran dan kakinya sudah tidak bisa menopang tubuh nya lagi, power pukulan tank memang sangat mengerikan.
"ADIIIKKKKK...!". pemuda yang dari tadi diam dan memegang 2 pisau berteriak, antara terkejut dan marah.. Terkejut karena adiknya yang tadi berada di atas angin sekarang tampak tidak berdaya dan dalam posisi yang sangat berbahaya.
"URRAAAAA..!". Buluk sudah kesurupan saat ini dan sebelum musuh jatuh, dicengkeram lehernya olehnya dengan tangan kiri dan langsung dia hujani muka musuhnya dengan pukulan bertubi-tubi dengan tangan kanan.
Darah muncrat ke segala arah dan adegan itu terlihat sangat sadis dan brutal.
"ADIIIKKKKKK..!". Dengan teriakan dan wajah merah marah, si pemuda yang memegang dua pisau segera berlari menuju sang adik yang di hantam terus menerus oleh buluk tanpa ampun.
"Wussssshhh..." Suara angin diterjang oleh pemuda yang dari tadi tersenyum, pemuda yang memegang dua celurit di tangan berlari seperti sedang terbang karena langkahnya yang begitu cepat.
"Lawan lu gua bro..!". Bimo tiba dan mengadang pemuda yang ingin menyelamatkan adiknya.
"MINGGIR LOE BANGSAT..!". Tanpa mengurangi kecepatan pemuda itu berlari ke arah Bimo yang berada di depannya, berlari dengan pisau yang siap menyerang.
"Sraaaaaakkkkkkkk...! suara pisau beradu dengan celurit.
Permintaan pertama yang mencengangkan bagi orang yang sudah tegang duluan..
ha...ha...