Hans, CEO Muda yang arogan dan terkenal Mesum ini, salah meniduri wanita yang di kira wanita malam yang telah dia pesan, namun ternyata Seorang gadis pekerja di hotel tersebut, yaitu Lianne Lindsey, gadis yang masih berusia 20 tahun...
.......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hot
Mata Lianne membulat sempurna saat bibirnya dan bibir Hans menyatu disana, kemudian, pria itu melumat bibir nya dengan sedikit agresif.
Wanita cantik itu memukul-mukul dada bidang Hans kuat agar ciuman itu terlepas.
“Hah ... hah ... hah ... ada apa dengan mu?” tanya Lianne mengusap bibir kasar seraya mengambil pasokan udara setelah Hans melepaskan ciuman itu.
“Apa kau bisa membantu ku?” tanya Hans dengan nafas terengah-engah berusaha menahan sesuatu, kedua tangan kekar dengan urat-urat menonjol itu bergerak memegang pipi chubby Lianne.
“Bantuan apa yang kau mau?” Lianne berbalik bertanya seraya menatap mata sayu Hans yang terlihat memerah.
“Tubuh ku terasa sangat panas,” lirih pria itu kembali mendekatkan tubuh mereka berdua membuat bulu kuduk Lianne meremang dengan suasana ruangan yang semakin dibuat bertambah panas, padahal AC sedang menyala sekarang.
Jangan bilang Lianne tidak tahu apa arti dari perkataan Hans. Ia mengerti apa yang terjadi pada suaminya.
“Aku mohon,”
“Tapi aku .... ” Lianne mengatupkan bibirnya rapat saat hembusan nafas terasa pada leher jenjang miliknya. “Aku ... tidak bisa. Aku takut.”
“Jika kau tidak ingin membantu ku tidak apa-apa.” Hans menegakkan tubuh nya kembali seraya berjalan memasuki kamar mandi.
Lianne bergeming di tempat nya menatap punggung kekar yang sudah hilang dari balik pintu kamar mandi berwarna putih itu.
Sebenarnya bisa saja Lianne membantu suaminya. Namun, rasa takut terus datang saat mengingat kejadian yang membuat keperawanan nya terenggut secara paksa, meninggalkan luka juga di hatinya.
Tapi untuk sekarang, ia harus menepis jauh-jauh rasa takut itu. Apa salahnya? Hans sekarang sudah menjadi suaminya, bukan?
Lianne lantas berjalan menuju lemari pakaian, lalu di ambilnya handuk berwarna biru itu dari dalam sana, kemudian berjalan kembali menuju pintu kamar mandi.
Tok!
Tok!
Tok!
“Hans, aku membawakan mu han—”
Ceklek!
“Akh!” Lianne memekik kaget karena Hans menarik pergelangan tangan nya membuat nya masuk ke dalam kamar mandi tersebut.
“Kau membuat pergelangan tangan ku terasa sakit,” ujar Lianne mengelus tangan kanannya pelan tanpa menyadari bahwa Hans menatapnya dengan tatapan sayu.
Kepala Lianne menengadah karena tidak mendapatkan reaksi sama sekali dari sang empu. “Ka—kau belum mengganti pakaian mu?”
Tidak ada respon sama sekali dari sang empu yang terus berjalan mendekatinya. Reflek membuat Lianne mundur perlahan.
Hingga tubuhnya menabrak wastafel di belakang nya.
“Bagaimana kalau kita menghabiskan malam bersama hari ini?” tanya Hans mengangkat tubuh Lianne dan menaruhnya pada wastafel tersebut. “Apa kau tidak mau?”
Glek!
Lianne dibuat menelan saliva kasar saat Hans memegang tangan lentiknya dan mengalungkan kedua tangan Lianne pada leher pria tampan itu.
“Aku .... ”
“Kau memang selalu menolak ku.” sela Hans hendak menegakkan dirinya, tapi segera di tahan oleh Lianne
“Tunggu. Bukan, bukan aku tidak ingin menolakmu. Eh, ma—maksudku .... ” Lianne menghentikan kalimat nya melihat tatapan sayu Hans.
“Aku sudah tidak bisa menahan nya lagi, semakin melihat bibirmu yang berceloteh itu, aku jadi semakin ingin menerkam mu.”
Terdengar frontal, dan mampu membuat Lianne mendengus kesal.
“Apa kau mengizinkanku?"
“Mengizinkan apa?”
“Mengizinkan aku menyentuh mu malam ini,”
“Baiklah.”
“A—apa?”
Lianne berdecak sebal. “Tidak ada.” balasnya hendak turun dari sana, tapi Hans kembali menahan pinggang ramping nya cepat.
“Jadi kau mengizinkan nya?”
“Kau benar-benar tuli atau bagaima—”
Cup!
Ciuman itu kembali Hans layangkan pada bibir Lianne secara agresif. Mendapat serangan itu, membuat Lianne berusaha menyeimbangi permainan Hans walaupun ia sedikit kaku dan kewalahan sendiri.
Dan sekarang ciuman itu berpindah pada leher Lianne hingga meninggalkan bekas kemerahan disana.
“Ugh ... pelan .... ”
........