Tentang kisah seorang gadis belia yang tiba-tiba hadir di keluarga Chandra. Gadis yang terluka pada masa kecilnya, hingga membuatnya trauma berkepanjangan. Sebagai seorang kakak Chaandra selalu berusaha untuk melindungi adiknya. Selalu siap sedia mendekap tubuh ringkih adiknya yang setiap kali dihantui kelamnya masa lalu .
Benih-benih cinta mulai muncul tanpa disengaja.
Akankah Chandra kelak menikahi adiknya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chinchillasaurus27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulang Sama Siapa?
Chandra's POV
Hari ini waktunya gue kerja seperti biasanya karena cuti gue udah selesai.
Gue udah pakai outfit formal lengkap buat ke kantor. Udan siap nih, udah ganteng banget gue.
Gue lalu turun kebawah buat sarapan dulu.
"Masak apa Ma kali ini?" tanya gue. Gue tipe orang yang suka pilih-pilih, kalo gak srek ya gue pilih gak makan. Lumayan rewel kan.
"Kesukaanmu Chan, tumis kangkung." jawab Mama.
Gue seneng banget dong, udah lama banget nggak makan tumis kangkung buatan Mama.
Selesai makan gue langsung berangkat sekalian mengantar Gaby ke sekolahnya.
"Nanti gue pulangnya sore, lo gak papa kan naik angkot aja?"
"Iyaaa." jawab dia yang lagi asik mainin ponselnya.
"Obat maboknya kalo udah mau jam pulang jangan lupa diminum dulu." pesen gue.
"Iyaaa."
Sebenarnya gue kasihan sih, Gaby kalo naik kendaraan umum sejenis angkot ataupun bus selalu mabok terus akhirnya muntah. Katanya karena pusing, bau dan desak-desakan.
Tapi untungnya kalo udah minum obat anti mabok aman kok. Makanya Mama selalu bawain dia obat anti mabok kemana-mana.
Akhirnya kita udah sampai di depan sekolah dia. Sebelum turun dari mobil, seperti biasa dia pamitan dulu sama gue.
"Gue sekolah dulu ya." pamit Gaby sambil salim sama gue.
"Iya ati-ati ya, jangan berantem." Gue peluk dia kemudian cium keningnya sebelum kita berpisah.
Gue sekarang udah sampai kantor. Gue langsung aja menuju ke ruangan gue yang ada di lantai 7. Naik lift dong, yakali gue naik tangga, capek.
Saat gue didalem lift tiba-tiba ponsel gue bunyi.
Drrrrttt drrrrttt drrrrttt
Samuel-Pak Bos
"Halo ada apa Pak?" jawab gue. Kalo di kantor gue manggilnya Pak Samuel. Bahasa gue juga auto formal.
"Udah dateng? Ke ruangan saya dulu ya. Ada sesuatu yang penting."
"Oke-oke saya ke situ sekarang."
Tut
Samuel memutuskan panggilannya.
Gue udah sampai di depan ruangan bos besar. Langsung aja gue ketuk.
Tok tok tok.
"Masuk!" suruh dia dari dalam.
Saat gue masuk, gue melihat seorang perempuan yang tengah duduk. Dia lalu berdiri dan membungkukkan badannya ke arah gue. Gue membalas dengan membungkukkan badan gue juga.
"Siapa? Pegawai baru?" batin gue.
"Pak Chandra, perkenalkan ini pegawai baru kita. Namanya Bu Joy. Dia dibagian divisi yang sama kayak anda. Jadi mulai sekarang dia akan satu ruangan sama anda." ucap Pak Samuel.
Wiiih gue sekarang punya partner nih.
"Halo, saya Joy." Perempuan ini mengulurkan tangannya ke arah gue.
"Saya Chandra, senang bertemu dengan anda." jawab gue sambil menyambut tangannya.
Dia tersenyum, sangat sopan dan elegan.
Kalo dilihat-lihat Bu Joy ini cantik. Body nya juga oke.
Gue kini udah ada di ruangan gue. Sekarang lagi ngajarin pegawai baru ini tentang input data-data. Gue juga memberi tahu dimana tempat menyimpan arsip-arsip penting.
"Jadi kalo mau nyimpen berkas penjualan yang baru harus di rak urutan nomer 4. Nanti kamu sesuaikan aja abjad nya a-z sesuai dengan produk apa yang sudah kita jual. Jangan lupa kamu tulis tanggal nya berapa di mapnya biar nggak ketuker. Oiya kalo nggak nyampe, kamu bisa pakek tangga yang ada dipojokan itu." jelas gue pada bu Joy.
Sekarang kita berdua lagi ada di bawah rak yang tingginya kurang lebih 3 meter.
Bu Joy ini sepertinya udah paham tentang penjelasan gue. Sekarang dia lagi ngeliat-ngeliat berkas-berkas yang tersusun rapi di rak ini.
Gue melihat jam tangan gue sebentar. Ternyata udah waktunya istirahat.
"Oke udah waktunya jam makan siang. Kita lanjutin nanti ya." ucap gue.
Gue lalu meninggalkan ruang penyimpanan. Saat gue berjalan keluar tiba-tiba dia pegang pergelangan tangan gue. Kaget dong gue. Gue auto berhenti dan noleh ke arah Bu Joy.
Dia langsung melepas pegangannya itu.
"Mmm... Pak kalo kantinnya ada di lantai berapa ya?" tanyanya sedikit canggung.
"Oiya saya lupa ngasih tau. Kantin disini ada di lantai dasar sama lantai 5."
Dia mengangguk.
"Emmm kalo gitu ayo ikut saya aja. Saya juga mau ke kantin. Tapi kantin lantai 5." ajak gue. Kasihan dia belum punya temen.
Dia mengangguk lagi, lalu kita pergi menuju kantin bersama.
Sampai di kantin dia masih aja ngikut dibelakang gue. Gue tanyain deh.
"Kamu mau makan apa? Biar saya pesenin sekalian." tawar gue.
Dia membaca menu yang dipasang di dinding sebentar. Raut wajahnya terlihat berpikir.
"Saya nggak tau mau makan apa. Samain aja sama menu nya bapak." ucapnya dengan agak malu-malu.
"Oh oke." Gue lalu manggil ibu-ibu kantinnya buat pesen. Gak sampai 5 menit pesenan udah datang. Kita langsung aja makan sama-sama.
Gue udah selesai makan. Biasa cowok kan kalo makan selalu cepet.
Gue cek ponsel gue sebentar siapa tau ada yang chat.
Tiba-tiba Bimo datang sama anak-anak lainnya ke arah meja gue sama Bu Joy. Mereka lalu duduk di kursi yang masih kosong.
"Kok tumben baru dateng?" tanya gue pada mereka.
"Lah biasanya juga jam segini. Lo kali yang kecepetan." ucap Bimo.
"Masa sih, perasaan enggak" batin gue.
Bimo kemudian ngelihatin Bu Joy. "Oh ini pegawai baru nya."
Gue mengangguk.
Bu Joy kemudian menghentikan aktifitas makannya sebentar untuk bersalaman dengan mereka semua.
Ternyata Bu Joy ini tipe orang yang mudah bergaul. Komunikasinya bagus, nyambung kalo diajak ngobrol sama siapa aja. Kelihatannya juga pinter.
Baguslah ada yang bantuin gue kalo kerja, jadi gue gak pusing-pusing banget ngurus kerjaan sendiri. Thank you ya Pak Sam udah dikasih partner Bu Joy!
.
.
.
.
.
.
.
Gaby's POV
"By minta bekel lo dong."
Jiko tiba-tiba dateng ke arahku yang lagi makan. Dia melas banget. Aku gak tega, lalu kusuapin deh dia.
"Gue marahan sama nyokap gue terus gue sengaja gak ngambil uang saku yang dia kasih. Gue gengsi." ucap dia. Padahal gak ada yang tanya.
"Pinjem duit Chris aja, pasti dikasih." saran Hafi yang lagi menyeruput milo panasnya.
Jiko kemudian beranjak, dia menghampiri Chris yang lagi makan es krim sama Refran.
"Enak banget Refran lo traktir terus gue kapan?" Jiko menggerutu.
"Eh apaan, ini gue beli sendiri!" Refran mengelak. Dia gak terima disangka ditraktir.
"Ngaku aja lo. Kalo gak gue mintaaa!" ucap Jiko maksa.
"Ini aja kalo gitu buat lo." Refran pasrah sambil ngasih cup es krim beserta sendoknya.
Aku sama anak-anak cuma ngakak ngelihat ekspresi putus asa Refran.
Dia emang gitu, suka ngalah sama yang lain.
Jevin tiba-tiba bersuara.
"Eh By, abis makan gue anter ke koperasi ya. Katanya tadi lo mau beli seragam. Sekalian gue mau beli pulpen."
Aku pun mengangguk lalu segera menghabiskan makananku.
Selesai makan aku sama Jevin langsung aja ke koperasi. Anak-anak gak ngikut, mereka tetep stay di kantin. Nongkrong. Biasanya sih sampek jam masuk kata Jevin.
Kita berdua udah sampai koperasi. Jevin kemudian minta tolong mba-mba yang lagi jaga koperasi buat mengambilkan beberapa potong seragam.
"Cobain dulu didalem, gue tunggu sini By."
Amu kemudian masuk ke sebuah ruangan buat nyobain seragam.
Akhirnya udah selesai, aku ngambil yang ukuran S. Iya badanku emang kecil, S aja masih agak kegedean.
Aku lalu kasih ke mba-mba nya buat dibungkus kemudian dibayar. Selesai bayar, kemudian aku keluar. Tapi Jevin udah gak ada padahal tadi berdiri di dekat pintu.
Loh kok aku ditinggalin sih sama Jevin?
Yaudahlah aku memutuskan untuk kembali ke kelas sendirian.
"Nomer wa lo ganti lagi ya?"
Tiba-tiba ada suara dari balik tembok. Eh bukannya itu suara Jevin ya?
Karena kepo aku kemudian ngintip buat mastiin. Benerkan itu emang Jevin, dia lagi ngobrol sama cewek yang rambutnya panjang.
Jevin tiba-tiba mengetahui keberadaanku.
"Eh Gaby udah nyobainnya?" ucap dia yang masih diposisi awal. Dia gak nyamperin aku atau apa.
Si cewek ini akhirnya ikut noleh ke arahku.
Hmm... Cakep juga nih cewek. Tinggi, putih, langsing dan gak burik sama sekali.
"By sini." suruh Jevin. Aku pun nurut aja lalu jalan mendekat.
"Kenalin ini Krista."
"Krista kenalin ini Gaby, anak baru."
Aku kemudian bersalaman. Aku senyum, eh dia datar aja ekspresinya. Kenapa sih mbak? Ada masalah apa idupnya?
"Gue duluan ya Je." pamit mbak cantik ini pada Jevin doang, aku enggak.
Lahh, aku dianggep angin sepoi-sepoi doang kali ya.
Hmm dahlah...
Sekarang aku udah berada di kelas sekarang. Saat ini waktunya jam pelajaran Bahasa Inggris. Jevin barusan keluar buat manggil gurunya di ruang guru.
Karena aku gabut gak ada temen buat ngobrol di bangku, aku akhirnya jalan aja ke belakang.
Aku gabung sama anak-anak yang lagi duduk lesehan di pojokkan. Langsung aja aku duduk disamping Juno. Ngobrol apa aja sama dia.
Sekitar 15 menitan Jevin udah balik ke kelas. Semua pada nanya gimana gurunya ada gak. Jevin kemudian berdiri didepan kelas buat ngasih pengumuman.
"Assalamualaikum wr.wb."
"Waalaikumsalam wr.wb." jawab anak-anak kompak.
"Berhubung ibunda salah satu guru kita tercinta ada yang meninggal, jadi kita diperbolehkan pulang lebih awal." info dari Jevin.
Sontak anak-anak pada bilang yesss. Hafi apalagi, dia yang paling kenceng.
"Sssstttttttt!" Jevin langsung menempelkan jari telunjuknya didepan bibir.
Seketika hening.
Yang tadinya berisik dan teriak-teriak kesenengan pada kicep.
Wahh, anak-anak patuh banget ya punya ketua kelas seorang Jevin. Kagum banget woi.
Oiya aku mau minum obat anti mabok dulu. Selesai minum, aku lalu memasukkan buku-buku yang ada di atas meja ke dalam tas.
"Udah chat kakak lo?" tanya Jevin yang saat ini lagi berkemas juga.
"Gue naik angkot. Kakak gue masih kerja."
"Bareng gue aja yukk." ajak dia.
"Hah?" Aku lalu menggeleng.
"Kenapa?"
"Gausah rumah gue jauh." tolakku.
"Gak papa lagian masih jam segini."
"Gausah Je, makasih."
"Ayoo gue maksa." ucap dia sambil narik-narik tanganku.
Dan... Akhirnya pulang bareng Jevin.
Kita berjalan ke parkiran dulu, buat ambil motor. Jadi Jevin ini ke sekolah naik motor.
"Ayok naik." suruh Jevin.
Aku cuma ngelihatin dari atas sampek bawah. Ini ketinggian, aku gak akan nyampek. Motornya Jevin ini Klx.
"Injek itu dulu sambil pegangan pundak gue sini."
Aku nurut sama apa yang Jevin bilang. Dahh, sekarang posisiku udah duduk di jok motornya.
"Jangan mundur-mundur nanti jatoh."
Aku auto agak mepet ke tubuh Jevin.
"Pegangan ya." ucap dia lagi sambil ngambil tanganku lalu mengarahkannya agar melingkar di perut dia.
Jevin lalu meng-gas motornya itu. Kita otw pulang deh.
Karena Jevin belum tau rumahku dimana, dijalan aku tunjukin arah-arahnya.
Beberapa kali kita berhenti di lampu merah. Ya kali mau terobos. Ngerti aturan lah boss.
Aku lihat dia dari kaca spion. Dia serius banget bawa motornya. Emang sih cuma kelihatan matanya doang karena ketutup sama helmnya. Tapi aku tau, dia lagi sangat berkonsenterasi.
Akhirnya udah sampai didepan rumah. Aku turun pelan-pelan gak loncat takut kesrimpet.
"Mampir dulu yuk." ucapku pada Jevin. Tapi dia nolak.
"Yaudah makasih ya Je."
"Sama-sama." ucap Jevin yang suaranya terhalang helm.
Vrumm vrummm vrummm...
Dia kemudian pulang kerumahnya.
Aku kemudian melangkah masuk ke dalam gerbang. Belum sampai dalam gerbang, tiba-tiba ada suara mobil di belakanku. Aku auto noleh buat ngeliat.
Tin tin...
"Loh mobil Chandra? Kok udah pulang?"
Kaca jendela mobil itu kemudian diturunkan sedikit, benar itu Chandra.
"Kok lo udah pulang?" tanya dia waktu keluar dari mobil.
"Lho kok lo juga udah pulang?" tanyaku balik.
"Sengaja."
Kita kemudian menginjakkan kaki di teras rumah bareng-bareng. Sepertinya gak ada orang dirumah soalnya pintunya ditutup semua. Chandra coba buka pintunya pake kunci cadangan yang biasa ditaruh diatas celah jendela.
"Mabok gak?" tanya Chandra.
Lohh jadi dia gak tau kalo aku pulang bareng Jevin ya? Padahal selisihnya gak lama.
Ya alhamdulilah deh kalo gitu. Soalnya dia suka suudzon.
"Enggak."
"Yaiyalah gak mabok, orang lo bareng sama klx tadi kan."
Gimana sih kalo udah tau kenapa tadi pake nanya mabok apa enggak. Pengen aku sembelih deh dia.
"Siapa itu tadi?"
Ihh Chandra tiba-tiba kepo nih.
"Temen sekelas."
"Anak mana?" tanya dia lagi.
"Gak tau, gak nanya rumahnya."
"Namanya???" tanya dia lagi sambil melepas kancing jasnya.
"Kepo amat sih lo." ucapku agak ngegas.
Dia cuma menghela napas panjang. Lalu menaikkan kedua kakinya ke atas sofa. Sekarang posisinya lagi tiduran dengan kepala di pegangannya sofa.
"Gue kan udah bilang jangan naik motor, bahaya By." ucap dia sambil melihat ke arah gue.
"Orang gak ngebut kok Chan."
"Tetep aja musibah gak ada yang tau."
"Ooo jadi lo nyumpahin gue."
"Ya gak gitu."
"Amit-amit deh." Aku mengetuk meja marmer beberapa kali yang ada dihadapanku itu.
Aku mendengar Chandra menghela napas panjangnya lagi. "Lo kan gak punya helm jadi gak boleh naik motor." ujar dia.
"Gak ada polisi kok."
"Bukan perkara polisi, keselamatan tau gak sih?" Nada bicaranya sekarang agak kesel.
"Yaudah kalo gitu beliin."
"Gak ah, mending lo naik angkot aja."
Aku cuma diem, kalo aku ngeyel ntar malah jadi panjang bacotannya. Aku akhirnya pilih pergi kamarku aja deh.
"Ngambek lagi?!" tanya dia.
"Gak!" jawabku singkat. Bener kok gak ngambek.
Saat aku masuk kamar tiba-tiba.
Whatttt
Aku langsung menjerit
"Aaaaaaaaaaakkkhhhh!!!!!!!!!!!"
~tbc...
