NovelToon NovelToon
Luka Dan Pembalasan

Luka Dan Pembalasan

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Balas Dendam / Janda / Konflik etika / Cerai
Popularitas:1.6M
Nilai: 4.7
Nama Author: Reni mardiana

Di hancurkan berkeping-keping oleh suaminya dan juga ibu mertuanya, kehidupan Laras sangat hancur. selain harus kehilangan anak keduanya, Laras di serang berbagai ujian kehidupan lainnya. Putranya harus di rawat di rumah sakit besar, suami mendua, bahkan melakukan zina di rumah peninggalan orantuanya.

Uluran tangan pria tulus dengan seribu kebaikannya, membawa Laras bangkit dan menunjukkan bahwa dirinya mampu beejaya tanpa harus mengemis pada siapapun. Akan dia balaskan semua rasa sakitnya, dan akan dia tunjukkan siapa dirinya yang sebenarnya.

Sehebat apa luka yang Laras terima? apakah dia benar-benar membalaskan rasa sakitnya?

Yuk simak terus ceritanya sampai habis ya 🤗🥰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Memberi Dukungan

Seminggu kemudian, Laras dan Langit sudah kembali pulih dan sehat, meski sang anak harus rutin setiap bulan melakukan pengecekan demi memantau perkembangan paru-parunya.

Jika Langit sudah dinyatakan sembuh, barulah dia akan berhenti minum obat secara rutin dan berobat jalan seperti usul dari dokter. Itu semua dilakukan untuk menjaga-jaga saja dan memastikan apakah sang anak sudah sembuh total atau masih membutuhkan perawatan.

Berkat usul dari Aiman, akhirnya Laras sudah jauh lebih membaik tidak terus menerus berlarut di dalam kesedihan. Mentalnya pun terselamatkan karena konsultasi sama dokter yang lebih membuat wanita itu nyaman dan lebih tahu apa yang harus dilakukan kedepannya untuk membuka lembaran baru.

Aiman mengantar Laras, Langit, Bayu, juga Kiara menuju Jakarta. Di mana tempat sang kakak tinggal. Mereka akan tinggal bersama untuk menghindari trauma yang akan kembali muncul.

Bayu sangat tahu jika Laras berada di lingkungan itu, sudah pasti sang adik malah semakin drop dan bisa menjadi depresi. Jadi untuk menghindari itu sang dokter juga mengusulkan untuk menjauhi tempat-tempat yang membuat sakit hati itu kambuh.

“Bu, kok, kita nggak pulang ke rumah? Nanti kalau Ayah nyariin kita gimana? ‘Kan, rumah Paman dan Bibi jauh sekali dari rumah kita. Kasihan Ayah, Bu,” ucap Langit menatap Laras.

Semua orang terdiam. Mereka tidak tahu harus menjawab apa, sehingga Aiman kembali menjadi seseorang yang bisa mengendalikan keadaan.

“Langit, Sayang. Untuk sementara tinggal di rumah Paman dan Bibi dulu, ya. Soalnya Ayah Langit lagi kerja jauh banget, jadi nggak bisa pulang setiap hari. Kalau Langit berdua di rumah sama Ibu nanti pas ada orang jahat, bagaimana? Siapa yang mau tolongin Langit sama Ibu, hem?”

“Nah, kalau Langit tinggal sama Paman dan Bibi pasti aman. Mereka bisa bantu Langit sama Ibu jika ada orang jahat yang mau menyakiti kalian.”

Bayu tersenyum menoleh ke arah Aiman. Pria itu memang memiliki seribu cara untuk bisa menenangkan Langit, ketika semua orang tidak memiliki jawabannya.

“Oh, gitu, ya, Om. Berarti Langit harus pindah sekolah juga, dong? Terus kalau Ayah sudah nggak kerja jauh lagi apa kita bisa kumpul kaya dulu?”

Pertanyaan Langit benar-benar membuat Laras kembali merasakan sesak di dada. Hanya saja dia berusaha untuk tetap tenang menghadapi sang anak yang pasti akan menanyakan hal itu secara terus menerus.

“Langit berdoa saja, ya. Intinya sekarang Langit harus sehat, semangat, juga bahagia. Masih ingat pesan Om, hem?” tanya Aiman tersenyum sambil melirik Langit dari spion atas.

“Masih dong, Om. Kata Om, Langit harus bisa jadi anak yang baik, jujur, pintar, juga kuat supaya bisa membuat Ibu bangga karena itu merupakan kebahagiaan Ibu yang tidak pernah bisa dinilai atau dibeli sama uang. Terus juga jangan pernah buat Ibu menangis,” jawab Langit penuh semangat.

“Oh, tentu dong, Anak hebat dan pintar. Sehat-sehat ya, terus jadi kebanggaan Ibu. Oke?”

“Oke, Om. Langit sayang sama Ibu.”

Langit langsung memeluk erat Laras yang membuatnya sangat terharu. Dia tidak menyangka Aiman begitu baiknya membantu mendidik Langit tanpa sepengetahuannya.

Kiara sendiri melihat keromantisan anak dan ibu membuatnya terharu. Tidak mau kalah, sang bibi mulai beraksi untuk menarik perhatian sang ponakan supaya memeluknya sama seperti memeluk Laras.

Aiman dan Bayu hanya tertawa kecil melihat kedua wanita itu memperebutkan Langit yang dibuat bingung.

“Thanks, Man.”

“Sama-sama, Bay.”

Aiman kembali fokus pada setir mobilnya, sesekali melihat ke arah Laras yang tersenyum karena bercanda oleh Langit.

*****

Sesampainya di rumah Bayu di Jakarta. Mereka duduk di ruang keluarga, sedangkan Kiara mengantar Langit ke kamar untuk beristirahat karena merasa kelelahan.

Maklum saja mereka hampir menghabiskan waktu sekitar 3 jam di jalan karena lumayan macet. Bayu mengambilkan minum untuk Aiman juga Laras sambil duduk santai.

“Man, sekali lagi aku ucapkan banyak-banyak terima kasih karena kamu selalu membantu Laras juga Langit. Aku sampai tidak tahu harus membalasnya dengan cara apa lagi karena kebaikanmu tidak bisa dihitung dengan jari,” ucap Bayu setelah menawarkan air minum yang sudah dibuatnya.

“Kakak benar. Aku sendiri malu dan bingung harus bilang apa sama Mas Aiman. Dari awal sampai sekarang dia sudah banyak membantuku, apalagi dia selalu menanamkan nilai-nilai kebaikan di dalam diri Langit. Sekali lagi secara pribadi aku ucapkan terima kasih, Mas Aiman. Terima kasih,” sahut Laras menatap Aiman dengan senyuman.

“Sudahlah, jangan terlalu banyak bilang terima kasih. Aku saja sampai bosen dengernya, bentar-bentar maaf, bentar-bentar terima kasih. Daripada kalian seperti ini mending kalian pikirkan, langkah apa yang akan diambil setelah semua itu berlalu? Aku bukannya ingin mengingatkan kalian ke masalah itu, hanya saja aku tidak terima seorang pengecut menang begitu saja.”

Seketika suasana jadi hening. Laras menatap Bayu karena apa yang diucapkan ada benarnya. Entah mengapa apa pun yang katakan oleh Aiman selalu seperti kode yang Tuhan kirim untuk mereka bangkit, tetapi tidak berdiam diri setelah harga diri diinjak-injak.

Dengan tekad yang kuat, Laras langsung mengucapkan kalimat yang membuat Aiman tersenyum, begitu juga Bayu.

“Mas Aiman tenang saja. Aku sudah memikirkan tentang semua itu. Mungkin dulu aku lemah karena memikirkan tentang anak-anak, tetapi sekarang tidak lagi. Anakku yang sudah dinantikan kelahirannya harus tiada akibat ulah ibu mertuaku sendiri, lalu dengan seenak jidat suamiku sendiri telah menginjak-injak harga diriku. Untuk itu aku bersumpah. Aku, Laras akan membalaskan dendamku terhadap keluarga Mas Jefri dengan kesuksesan. Aku akan tunjukkan pada mereka. Jika kelak aku bisa sukses berkali-kali lipat dari mereka dan membuat mereka mengemis dengan sendirinya di hadapanku!”

“Ya, kau benar, Dek. Kakak akan bantu kami. Kita tunjukkan pada mereka, kalau kita bisa sukses hingga mereka tidak bisa menginjak harga diri kita lagi. Kamu jangan khawatir, Dek. Ada Kakak di sini yang akan selalu membantumu. Kita tunjukkan sebesar apa kekuatan adik dan kakak ketika disatukan. Kakak yakin kelak mereka akan terkejut akan kesuksesan kita sampai-sampai mereka bertekuk lutut meminta maaf!”

Ini yang Aiman tunggu-tunggu dari mereka berdua. Cara seperti ini merupakan jalan terbaik untuk membalaskan dendam tanpa harus menyakiti.

Kesuksesan seseorang yang dihina jauh lebih terhormat, daripada kesuksesan seseorang yang hanya tahu dihargai tanpa tahu caranya menghargai.

“Good! Aku suka kekompakan kalian ini. Terus langkah selanjutnya kalian mau buka bisnis apa? Lalu, bagaimana tentang rincian modalnya? Apakah kalian sudah kepikiran?”

Laras menatap Bayu, mereka menggelengkan kepalanya yang malah membuat Aiman tertawa kecil. Tekad yang kuat, tiba-tiba melemah ketika sudah membahas tentang modal usaha.

“Sudahlah, kalian nggak usah langsung pesimis gitu. Mana semangat kalian yang tadi, hem? Masa cuma karena modal aja langsung melemah. Udah, tenang saja. Aku akan meminjamkan modal kepada kalian berapa pun itu sampai kalian sukses. Jika gagal kita coba terus sampai tiba saatnya kalian merasakan hasil dari buah kesabaran juga perjuangan!”

“Kalian cukup pikirkan usaha apa yang ingin kalian bangun, setelah semua dirinci dengan baik aku akan mencairkan modal sesuai sama yang kalian butuhkan. Aku percaya usaha kalian tidak butuh waktu lama langsung melejit. Semua itu karena kalian memiliki kekuatan kasih sayang yang tidak semua orang miliki. Percaya sama diri sendiri, kalian pasti bisa. Semangat!”

Mata Laras berkaca-kaca mendengar kebaikan Aiman yang luar biasa. Pria itu begitu mendukung usaha mereka sampai menawarkan diri untuk meminjamkan modal yang pasti sangatlah besar.

Entah apa yang harus dikatakan. Laras dan Bayu hanya mampu berterima kasih karena Tuhan begitu baik mengirimkan malaikat baik seperti Aiman.

*****

Bersambung.

1
Maria Magdalena Indarti
Nando bener bener kacau
Maria Magdalena Indarti
Nando n Zoya sableng
Maria Magdalena Indarti
laras hamil
Maria Magdalena Indarti
Langit n Nando setali 3 uang. podo wae
Maria Magdalena Indarti
Nando langit kocak deh
Maria Magdalena Indarti
enak aja. kembali gundulmu
Maria Magdalena Indarti
dalangnya adik Senja, adik ipar Aiman
Maria Magdalena Indarti
sm Aiman aja Laras. langit sdh cocok
Maria Magdalena Indarti
yg mana nih jodohnya Laras
Maria Magdalena Indarti
siapa lg nih orang
Maria Magdalena Indarti
suami durjana. ceraikan saja.
Maria Magdalena Indarti
jefri hianat selingkuh dosa ya. karma akan datang
Maria Magdalena Indarti
istri dikasih 700 rb pd hal gaji 20 jt. Suami edan tenan
Nur Aqilah
Luar biasa
Janneke Parera
walah kenapa ada iklan kampanye yach
Elly Atmawati
Luar biasa
Allenn
Laras
Komang Diani
Luar biasa
Evi Lusiana
ni mah judul ny diantara 3 duda
Novita Ae
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!