Ratu Queen Natalia, sosok yang anggun dan bijaksana, terjebak dalam cinta segitiga dengan Raja Baldrick, suaminya yang tampan namun penuh rahasia, dan Selir Eliana, wanita muda yang memiliki pesona yang memikat hati sang raja. Cinta dan kegelisahan merajut benang-benang takdir di antara ketiga sosok tersebut, menciptakan pusaran emosi yang membingungkan.
Sementara itu, di Kerajaan Luminara, Raja Aldrich, pemimpin yang berani dan teguh, merencanakan untuk menjadikan Ratu Queen Natalia sebagai ratu di hatinya. Kekuatan dan ambisi, cinta dan dendam, terpilin rapat dalam permainan politik dan asmara yang rumit di antara dua kerajaan yang saling berlawanan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Little Fox_wdyrskwt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
༺ ༻ BAB 23 ༺ ༻
...✧༺♥༻✧...
...✧༺♥༻✧...
Raja Baldrick tampak sangat terkejut dan khawatir setelah mendengar cerita Ratu Queen Natalia. Ia terdiam sejenak, mencoba mencerna informasi yang baru saja diterimanya.
Wajahnya berubah menjadi sangat serius, dipenuhi dengan kemarahan dan kesedihan. Ia menggenggam erat tangan Ratu Queen Natalia, menunjukkan betapa khawatirnya ia terhadap keselamatan Kerajaan Luminara dan keluarga Aldrich.
Raja Baldrick, "Apa... Ibu...? Apa yang terjadi...? Apa yang Aldrich katakan...?" Suaranya bergetar, menunjukkan betapa terguncangnya ia.
Ia merasa sangat terpukul mendengar kabar buruk tersebut. Ia tidak menyangka bahwa Kerajaan Luminara akan diserang, apalagi orang tua Aldrich terlibat di dalamnya.
Raja Baldrick tampak sangat marah dan sedih. Ia langsung mengambil keputusan. Dengan tatapan tajam dan penuh tekad, ia memerintahkan Ratu Queen Natalia. Raja Baldrick, "Ratu, jagalah istana dengan baik selama aku pergi..." Suaranya tegas dan penuh otoritas.
Queen Natalia , "baiklah , yang mulia aku akan mengurus istrahat sementara setelah kau pergi"
Baldrick mencium dahi Queen natalia dan ia pun pergi keluar ruangan. Ia tidak membuang waktu, langsung memanggil para penjaga istana.
Raja Baldrick Berteriak, "PENGAWAL! KUMPULKAN PASUKAN! KITA MENUJU KERJAAN LUMINARA!"
Para penjaga istana langsung berhamburan melaksanakan perintah Raja Baldrick. Ia juga memanggil Jenderal Alexander, komandan pasukannya yang paling dipercaya. Raja Baldrick menatap Aldrich yang masih terbaring tak sadarkan diri dengan perasaan campur aduk.
Raja Baldrick Bergumam pelan, memandang Aldrich yang masih polos "Walaupun aku membencimu, aku tak tega melihatmu seperti ini..."
Tiba-tiba, Ayahanda Raja Baldrick, Raja Herry, datang. Ia telah mendengar kabar buruk tersebut dari Ibu Suri, mantan istri Raja Herry dan Ibu Raja Baldrick yaitu luna.
Wajah Raja Herry juga dipenuhi dengan kesedihan dan kekhawatiran. Ia mendengar tentang jatuhnya mantan istrinya ke jurang.
Raja Herry, dengan wajah yang dipenuhi kesedihan dan tekad, mendekati Raja Baldrick. Ia meletakkan tangannya di bahu Raja Baldrick, menunjukkan dukungan dan kekuatan.
Raja Herry, "Baldrick, pergilah ke Istana Luminara. Biarkan Ayah mencari Ibumu dan Raja Satria di jurang itu." Suaranya tegas,
menunjukkan bahwa ia akan bertanggung jawab atas keselamatan mantan istrinya. Ia mengerti bahwa Baldrick harus pergi ke Luminara, dan ia akan menangani masalah di sini.
...✧༺♥༻✧...
Raja Herry baru saja akan melangkah untuk mencari mantan istrinya di jurang, tetapi tiba-tiba langkahnya terhenti. Selir kedua Raja Herry yaitu Adelia, dengan wajah yang penuh dengan keangkuhan dan sedikit rasa cemburu, menghalanginya. Ia datang dengan tergesa-gesa, menahan tangan Raja Herry.
Selir Adelia, dengan wajah yang dipenuhi dengan rasa cemburu dan kebencian, menarik lengan Raja Herry dengan kuat. Ia menatap Raja Herry dengan tatapan tajam, mencoba untuk menguasai situasi.
Selir Adelia, "Yang Mulia... dia mantan kekasih tak ada urusannya... Jangan buang waktu untuk mereka..." Suaranya dingin dan penuh dengan rasa sinis. Ia berusaha untuk mengalihkan perhatian Herry darinya dan mantan istrinya.
Raja Herry: "Diamlah! Aku masih mencintainya, walaupun dia bersama Raja Satria di Kerajaan Luminara!" Raja Herry membentak Selir Adelia.
Ia tidak bisa mengabaikan keselamatan mantan istrinya. Perasaannya masih terikat kuat dengan mantan istrinya meskipun mereka telah berpisah.
Selir Adelia: "Yang Mulia... saya juga istrimu... Fokuslah padaku... Jangan pada mantanmu itu! Biarkan saja mantanmu mati di jurang itu!" Selir Adelia semakin keras kepala, menunjukkan betapa besar rasa cemburunya. Ia ingin menguasai perhatian Raja Herry sepenuhnya.
Raja Baldrick, yang sedari tadi menyaksikan pertengkaran antara ayahnya dan Selir Adelia, tiba-tiba meledak. Ia tidak bisa menahan amarahnya lagi mendengar ucapan Selir Adelia yang tega mengatakan agar ibunya dibiarkan mati di jurang. Ia menatap Selir Adelia dengan tatapan tajam yang dipenuhi kemarahan.
Raja Baldrick, "Apa maksudmu?! Dia IBUKU!!!" Suaranya bergetar karena amarah.
"Bisa-bisanya kau mengatakan agar Ibuku mati di sana?!" Ia mengepalkan tangannya, sangat marah dengan ucapan Selir Adelia yang tidak berperasaan.
Selir Adelia tersentak kaget mendengar Raja Baldrick membentaknya. Ia tidak menyangka Raja Baldrick akan bereaksi sekeras itu. Wajahnya memerah, campuran antara marah dan takut.
Ia tidak menyangka bahwa Raja Baldrick akan membela mantan istri ayahnya. Ia merasa diremehkan dan diabaikan.
Selir Adelia: "Yang Mulia... saya hanya... saya hanya..." Ia mencoba untuk membela diri, namun kata-katanya terbata-bata karena ketakutan. Ia menyadari bahwa ia telah melakukan kesalahan besar dengan mengatakan hal tersebut kepada Raja Baldrick.
Raja Baldrick, "Tidak ada alasan untuk membiarkan Ibuku mati! Ayah, kita harus segera menyelamatkannya!" Raja Baldrick menatap ayahnya dengan penuh harap.
Ia berharap ayahnya akan tetap bersikeras untuk menyelamatkan ibunya, terlepas dari tekanan dari Selir Adelia.
Raja Herry terdiam sejenak, terjebak di antara rasa cintanya pada mantan istri dan tekanan dari selirnya. Ia menatap Selir Adelia, kemudian menatap putranya, Raja Baldrick.
Di satu sisi, ia masih mencintai mantan istrinya dan merasa bertanggung jawab atas keselamatannya. Di sisi lain, ia juga tidak ingin menyakiti hati Selir Adelia yang telah menjadi istrinya sekarang. Situasi ini sangat sulit baginya.
Raja Herry menghela napas panjang, mencoba untuk menenangkan dirinya. Ia tahu bahwa ia harus membuat keputusan yang tepat. Ia tidak ingin kehilangan kedua orang yang ia sayangi.
Raja Herry, "Adelia... aku mengerti kekhawatiranmu... namun... aku tidak bisa mengabaikan keselamatan mantan istriku... Baldrick benar... kita harus menyelamatkannya."
Raja Herry akhirnya membuat keputusan. Ia memilih untuk tetap pada pendiriannya untuk menyelamatkan mantan istrinya, meskipun hal itu mungkin akan menyakiti hati Selir Adelia.
Selir Adelia tampak sangat marah dan kecewa setelah mendengar keputusan Raja Herry. Wajahnya memerah, tangannya mengepal erat. Ia tidak menyangka bahwa Raja Herry akan tetap memilih mantan istrinya daripada dirinya. Rasa cemburu dan kebenciannya semakin membuncah. Ia merasa dikhianati dan diremehkan.
Selir Adelia Berbisik, "Kau akan menyesal..." Ia membuang muka, lalu berbalik dan pergi meninggalkan Raja Herry dan Raja Baldrick. Ia pergi dengan langkah gontai, menunjukkan betapa hancurnya hatinya. Ia berjanji akan membalas dendam atas pengabaian Raja Herry.
Raja Herry menatap kepergian Selir Adelia dengan wajah khawatir. Ia tahu bahwa keputusannya ini akan menimbulkan masalah baru, namun ia tidak bisa mengabaikan keselamatan mantan istrinya. Ia kemudian menatap Raja Baldrick dan berkata
Raja Herry, "Pergilah, Baldrick. Selamatkan Kerajaan Luminara. Ayah akan menangani masalah ini."
Raja Herry menepuk pundak Raja Baldrick, menunjukkan dukungan dan kepercayaan. Ia tahu bahwa putranya akan mampu menghadapi tantangan yang ada di depannya. Meskipun ia harus pergi ke Kerajaan Luminara, ia juga tidak ingin mengabaikan keselamatan mantan istrinya.
Raja Herry, "Aku akan meminta 5% pasukanmu untuk mencari Ibumu di ujung jurang itu. Mereka akan membantumu jika kamu membutuhkan bantuan tambahan." Ia memberikan instruksi tambahan kepada Raja Baldrick,
memastikan bahwa putranya memiliki dukungan yang cukup. Ia ingin putranya fokus pada misi utamanya, yaitu menyelamatkan Kerajaan Luminara.
Raja Baldrick mengangguk hormat kepada ayahnya, menunjukkan rasa hormat dan terima kasih. Ia mengerti bahwa ayahnya telah melakukan yang terbaik dalam situasi yang sulit ini. Ia kemudian memanggil Jenderal Alexander untuk segera mempersiapkan pasukan.
Raja Baldrick, "Baik, Ayah. Aku dan Jenderal Alexander akan segera berangkat." Suaranya tegas dan penuh tekad. Ia siap untuk menghadapi segala tantangan demi menyelamatkan Kerajaan Lumina dan keluarganya.
Jenderal Alexander, dengan wajah tegang namun penuh tekad, mendekati Raja Baldrick dan melaporkan kesiapan pasukan. Ia telah mempersiapkan pasukannya dengan sebaik mungkin untuk menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi di Kerajaan Lumina.
Jenderal Alexander: "Yang Mulia, pasukan telah siap berangkat sekarang juga."
...✧༺♥༻✧...
...Bersambung......