Dokter Al yang sudah sukses dengan kariernya berniat untuk membantu semua temannya yang belum sukses. Karna rasa iba dan tak tega. Membuat Al pun berusaha membantu semampu yang dia bisa. Dan itu dengan persetujuan Bee.
Namun pada suatu hari Al tidak sengaja di jebak seseorang. Orang jahat yang ingin menghancurkan lab di rumah sakit yang selama ini Al bangun.
" Apa mau mu ?" tanya Al pada pria bertopeng itu. Saat pria itu berhasil menangkap Al dan membawanya ke suatu tempat yang asing bagi Al.
" Aku menginginkan kehancuran mu dan juga harta mu" jawab pria itu serak. Sambil menatap tajam pada Al. Hingga membuat Al berusaha untuk tetap tenang. Walau ia dalam bahaya.
Dapatkah Al lolos dari para musuhnya...baca di sini ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hidayati Yuyun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Al hanya tersenyum tipis. Menatap pria Arab itu yang membuatnya bertanya tanya.Karna pria itu terlihat sedikit misterius baginya.
" Apa kita pernah bertemu?" tanya Al penuh selidik. Lalu mengulurkan tangan, yang cepat di sambut Arhan.
" Kurasa baru bertemu hari ini, hei ..rupanya kalian imut sekali " kata Arhan menyapa anak anak Al. Sambil mengusap kepala Albi. Yang matanya mirip Bee. Namun berwajah Al.
" Namaku Arhan, ayo kita pulang" kata Arhan.
" Pulang??" kata Al menatap Arhan curiga. Karna belum mengenal Arhan sama sekali.
Alis Arhan terangkat. Saat melihat Al berpikir sembari menatap curiga. Karna memang Al belum mengenalnya.
" Kenapa, kau takut. Aku Arhan. Sepupu Bee istrimu dari Oman. Rupanya kau berparas tampan dan berkulit putih. Cukup tinggi dan berkarisma. Pantas Bee terpikat padamu Aku pikir wajah mu jelek, dan kulit hitam. Seperti kebanyakan para ABK Indonesia yang banyak bekerja di kapal pesiar itu," Arhan terkekeh seraya menatap Al.
" Sialan...kau meledekku. Tapi terimakasih sudah datang menjemput kami.Apa kami harus menginap di Oman. Lalu naik apa kesananya?" tanya Al menatap Arhan.
" Hahaha ..nanti juga kau tahu..Kita naik apa kesana, ayo masuk , apa kalian baik baik saja" kata Arhan ramah, lalu melangkah menuju mobil. Walau wajahnya terlihat sangar. Namun pria itu terlihat cukup perhatian Sehingga tadi Al sempat berpikir, jika Arhan penjahat yang mengejar dirinya.
" Ya kami baik baik saja. Ayo anak anak, kita masuk mobil." kata Al merangkul Bian dan Brian yang sedari tadi hanya diam. Lalu si kembar melangkah mengikuti Arhan.
" Pi...apa dia benar sepupu mami?" tanya Albi
" Kita lihat saja, kalo mereka tidak macam macam, berarti itu benar. Tapi kita juga harus tetap waspada" bisik Al pelan. Lalu kembali mengendong Albi menuju mobil.
Mereka pun lalu masuk kedalam mobil
Arhan tersenyum melihat Al dan anak anak nya tidak banyak bertanya. Mobil pun melaju cepat keluar dari pelabuhan. Al duduk di kursi tengah, bersama anak anaknya Sambil memangku Albi. Mereka tak banyak bicara selama di perjalanan. Hingga mobil melaju cepat menuju gurun pasir.
" Kita kemana han?" tanya Al. Ketika merasa mereka tidak pergi ke pusat kota.
" Tuh...sudah dekat, kita naik transportasi berikutnya di depan sana," tunjuk Arhan dengan dagunya.
" Pi ..." senggol Brian.
" Tenang lah," kata Albi berbisik pada Brian.
" Kenapa, apa kalian lelah?" tanya Arhan. Arhan menoleh kebelakang.
" Sedikit, apa perjalanannya cukup jauh," Al bertanya sembari melihat ke luar jendela.
" Tidak juga," jawab Arhan tersenyum saat melihat si kembar lagi, lewat kaca spion. Yang gelisah, saat mereka di bawa ke area hamparan gurun pasir.
Sedangkan Al bersikap lebih tenang. Namun ia tetap waspada. Jika kemungkinan Arhan berbohong padanya.
Tak lama mobil pun berhenti. Arhan lebih dulu turun. Sembari memberi kode pada seorang pengawalnya. Sehingga terlihat baling baling mulai berputar, membuat si kembar terbelalak saat mereka turun dari mobil.
" Apa itu helikopter?" tanya Bian tak percaya.
" Ya ayo sayang," kata Al mengendong Albi turun. Sedangkan mobil mereka di ambil kembali oleh sang pemilik. Yang sedari tadi menunggu Arhan kembali dari pelabuhan.
" Anak anak ayo kita naik," Arhan berteriak sambil berjalan lebih dulu, lalu memanggil si kembar untuk mendekat. Hingga Arhan mengangkat keduanya masuk dalam helikopter. lalu Arhan pun menyusul naik dan duduk di depan.
" Kau bisa naik Al?" teriak Arhan.
" Ya," kata Al langsung naik, setelah menaruh Albi lebih dulu. Lalu Al pun duduk di samping anak anaknya. Dan setelah semua para pengawal Arhan naik. Helikopter pun naik dan mulai terbang tinggi.
" Yeay keren.." teriak Albi senang.
" Apa kau senang boy, sini duduk sama paman," kata Arhan tersenyum. Membuat Albi langsung menatap papinya. Sedangkan Al hanya mengangguk. Karna ia mulai yakin Arhan memang sepupu Bee.
Bian dan Brian lalu melihat ke arah jendela. Keduanya melihat pemandangan di luar sana. Dengan sedikit takjub. Karena terlihat hamparan tanaman kurma dan rumah rumah penduduk, yang tanpa atap. Hingga cukup menarik perhatian keduanya.
" Apa di tanah arab banyak buah kurma ?" tanya Bian pada Brian.
" Ya bukannya tanah arab menjadi komoditas lahan pertanian kurma terbanyak bagi rakyat mereka. Karna hasilnya dikirim ke sekeliling dunia" jawab Brian.
" Ya aku pernah dengar, tapi bagaimana bisa tumbuh. Padahal tanahnya tandus dan hanya gurun pasir
" Itu karunia Allah nak, karna itulah kurma bisa tumbuh subur di tanah berpasir. Karna Allah memberikan keberkahannya untuk umat nabi Muhamad. Apalagi kurma bermanfaat untuk obat dan juga di ekspor ke seluruh dunia," kata Al
" MasyaAllah keren ya pi, apa paman Arhan punya kebun kurma?" tanya Albi yang mendengar percakapan si kembar.
" Lumayan, tidak terlalu banyak, sekitar 5 Ha, untuk menambah masukan keuangan kami. Jika proses tambang minyak mentah harganya naik turun," jawab Arhan.
" Pantas paman kaya, bisa punya helikopter," kata Albi tersenyum.
" Hahaha....papi mu itu lebih kaya dari paman sayang. Hanya dia tidak mau membelinya. Paman rasa untuk membeli pesawat jet pun papi kalian itu masih mampu. Tapi itu tidak ia lakukan. Mengingat akan susah mencari tempat menyimpannya. Karna rumah kalian berada di tengah kota. Kecuali di atas gedung," kata Arhan tertawa.
" Oh ya, dari mana paman tahu. Kalo papi punya uang banyak. Pantas saja para penjahat menculiknya" Albi pun berceloteh dengan polosnya.
" Hahaha....kau ini, itu kau tahu. Kenapa harus bertanya pada paman," kata Arhan tertawa gemas sambil mencium kepala Albi. Karna Arhan ingin sekali mempunyai seorang putra. Sedangkan saat ini ia hanya memiliki satu orang putri. Yang sebaya dengan Albi.
Al yang mendengar itu hanya diam Sedangkan Brian dan Bian asyik ngobrol berdua. Sambil menunjuk rumah rumah penduduk yang hampir sama tingginya.
" Pi kenapa disana tidak ada gedung bertingkat. Sedangkan di Dubai sangat banyak gedung pencakar langitnya," Bian menujuk area wilayah kota Oman.
" Pemerintahnya tidak ingin adanya kesenjangan sosial..Oman negara kaya raya . Tapi mereka memikirkan rakyatnya untuk hidup sejahtera. Itulah kenapa mereka di sebut negara kaya yang berpura pura miskin.
Karna mereka tidak ingin terkikis budaya dunia yang bisa merusak kesederhanaan budaya Oman. Apalagi membuat rakyatnya menderita. Itu sebabnya di Oman sekali pun rumah mereka sederhana. Pendapatan rakyat mereka lebih besar Bahkan hampir setiap kepala keluarga mendapatkan 80 -90 juta perbulan. Lihat saja, biar mereka tidak punya gedung bertingkat. Setiap rumah punya mobil paling sedikit dua. Jelas Al yang tahu negara itu sangat teguh memegang pendirian agama dan kebudayaannya.
" Ya itu benar paman?" teriak Brian pada Arhan.
" Ya itu benar, papi kalian itu sangat cerdas. Dia sangat tahu, bagaimana ia membangun bisnis dengan orang orang emirat arab. Karna dia pintar menganalisa para rekan bisnisnya. Bukan begitu Al?" tanya Arhan yang tahu Al sudah menjual obatnya ke sebagian negara eropa dan emirat arab. Yang membuat banyak pebisnis ingin bekerja sama dengannya. Namun Al membatasi produksinya.
" Tidak juga, hanya sebagian saja" jawab Al merendahkan diri.
" Hahaha...kau terlalu merendah Al. Tapi aku salut padamu. Kau itu sangat hebat Al. Kau sangat cepat belajar berbisnis. Hingga punya beberapa cabang rumah sakit," kata Arhan memuji. Karna Arhan tahu, Rasyid saja sangat iri dengan penghasilan Al. Namun Al tidak sekalipun merasa bangga dan pamer dengan penghasilannya yang besar.
" Kau terlalu memuji han, aku baru saja memulainya," kata Al
" Hahaha....mulai katamu?" Arhan pun tertawa kecil. Sembari melirik suami sepupunya itu. Yang terlihat sederhana seperti orang kebanyakan.
Apa kalian lupa bagaimana jeniusnya Dok Al, cari gara gara cari penyakit saja kalian
Salut sama Albi kok kepikiran bawa kredit card maminya
Tinggal berjuang keluar dari wilayah musuh, jangan sampai ke tangkap lagi
Semoga Dok Al dan anak anak selamat semuanya
Ga sabar nunggu aksi anak anak menyelamatkan Dok Al