🏆 Juara 3 YAAW 2024 Periode 2🏆
"Permisi Mas, kalau lagi nggak sibuk, mau jadi pacarku?"
———
Daliya Chandana sudah lama memendam rasa pada sahabatnya, Kevin, selama sepuluh tahun. Sayangnya, Kevin tak menyadari itu dan malah berpacaran dengan Silvi, teman semasa kuliah yang juga musuh bebuyutan Daliya. Silvi yang tidak menyukai kedekatan Daliya dengan Kevin mengajaknya taruhan. Jika Daliya bisa membawa pacarnya saat reuni, ia akan mencium kaki Daliya. Sementara kalau tidak bisa, Daliya harus jadian dengan Rio, mantan pacar Silvi yang masih mengejarnya sampai sekarang. Daliya yang merasa harga dirinya tertantang akhirnya setuju, dan secara random meminta seorang laki-laki tampan menjadi pacarnya. Tak disangka, lelaki yang ia pilih ternyata seorang Direktur baru di perusahaan tempatnya bekerja, Narendra Admaja. Bagaimana kelanjutan kisah mereka?Akankah Daliya berhasil memenangkan taruhan dengan Silvi? Atau malah terjebak dalam cinta segitiga yang lebih rumit?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2. Petualangan Mencari Pacar
"Mampus! Kenapa Aku harus bilang kalau udah punya pacar segala sih?" Daliya sibuk merutuk dirinya sendiri sepulangnya dari kafe. "Sekarang Aku harus cari pacar dimana?"
Memang, yang Daliya katakan tentang dirinya sudah punya pacar hanyalah bualan semata. Hal itu semacam reflek yang ia gunakan untuk membalas ucapan Silvi. Tapi ia tak menyangka jika Silvi akan mengajaknya taruhan, dan dengan bodohnya, Daliya setuju!
Daliya sibuk berguling-guling di atas kasur sembari menjambak rambutnya sendiri karena merasa frustasi. Pertemuan reuni dengan teman-teman kampusnya sekitar dua minggu lagi. Mungkinkah dalam waktu sesingkat itu dia dapat pacar?
"Dating online.." Daliya seperti mendapat pencerahan saat melihat iklan itu di salah satu aplikasi media sosial. "Apa Aku coba aja ya?"
Dengan semangat, gadis berusia 25 tahun itu segera duduk dengan tegap di atas kasur. Dengan jantung yang berdegup kencang, ia menginstal salah satu aplikasi dating online yang paling populer.
Tanpa membuang waktu, Daliya segera mendaftar dan mulai berselancar di aplikasi itu mencari laki-laki. Ia bertekad akan menemukan lelaki yang berlipat-lipat lebih tampan dari Kevin agar Silvi merasa iri.
"Ketemu," Daliya tersenyum puas saat ia menemukan foto seorang laki-laki tampan berwajah kebule-bulean. Tak disangka, lelaki itu menerima permintaan kencannya. Mereka akan bertemu besok di sebuah kafe yang dipilih oleh Daliya.
"Aku nggak nyangka ternyata cari pacar bisa semudah ini," Daliya tersenyum sombong. "Lihat aja Silvi, Kamu pasti akan mencium kakiku!"
Sayangnya, harapan memang tinggal harapan.
Laki-laki itu memang benar-benar datang. Meskipun Daliya harus menunggu selama hampir setengah jam, ia dengan sabar menunggu laki-laki yang menjadi teman kencannya itu. Jantungnya sudah berdebar-debar sejak semalam. Hari ini dirinya bahkan tampil cantik dan feminim dengan menggunakan dress selutut yang jarang ia pakai.
"Daliya?"
Suara berat seorang laki-laki dari belakangnya membuat Daliya terhenyak. Daliya tersenyum lebar. Dia datang! Dia datang! Dia datang! Dengan gerakan sok anggun, Daliya memutar tubuhnya dan menghadap laki-laki itu.
"Ya? Kamu—" Ucapan Daliya tertelan di tenggorokan saat melihat pria itu. Ia mengernyitkan dahi karena merasa tidak mengenali wajahnya.
"Maaf, kayanya Anda salah orang. Saya sedang menunggu teman saya," Daliya berkata dengan sopan. Mungkin lelaki itu mau bertemu 'Daliya' yang lain. Nama Daliya di dunia ini tidak hanya satu kan?
"Beneran kamu kok," Lelaki itu malah mendekati meja Daliya dan langsung duduk di depannya. "Aku Fero, yang ngechat kamu di aplikasi dating online,"
Kali ini, Daliya benar-benar melotot kaget. "Fero?" Ia memandangi laki-laki itu dengan seksama. Kemudian membandingkannya dengan foto yang ada di aplikasi. "Hahaha, kamu bercanda kali. Fero yang aku tahu bukan kamu,"
"Hehehe, mungkin kamu kaget ya, tapi aku memang agak fotogenik. Bisa dibilang fotoku jauh lebih ganteng dari aslinya," Fero menjawab santai.
Daliya makin shock mendengar alasan itu. Fotogenik apanya! Ini sih memang beda orang! Nggak ada mirip-miripnya sama sekali!
"Tapi banyak juga kok orang yang bilang kalau aku lebih ganteng aslinya," Fero nyengir, memperlihatkan deretan giginya yang sedikit kuning.
Lebih ganteng ndasmu! Daliya sudah memaki-maki di dalam hati. Bisa nggak sih orang kaya gini dituntut atas penipuan wajah?
"Jadi gimana? Katanya kamu lagi cari cowok buat dibawa ke reuni kampus. Aku bersedia kok. Lima juta aja per jamnya,"
"LIMA JUTA?" Tanpa sadar Daliya berkata dengan nada tinggi, membuat orang-orang yang sedang berada di dalam kafe itu sontak menoleh ke arahnya. Daliya buru-buru menutup mulut.
"Eh, maaf, maaf, kayanya Aku harus ke toilet," Daliya menyambar tasnya dan buru-buru beranjak dari kursi. Tentu saja itu hanya alasan saja. Karena yang sebenarnya, Daliya kabur! Bodo amat kalau Fero menunggunya. Bisa-bisa dirinya yang jadi gila kalau lebih lama berada si sana.
Hari-hari selanjutnya pun, Daliya masih melanjutkan petualangannya mencari pacar. Beberapa kali dia bertemu lagi dengan teman kencan di aplikasi dating online, meskipun semuanya selalu berakhir mengenaskan.
Pernah suatu hari Daliya bertemu dengan seorang pria yang terlihat cukup menjanjikan. Pakaiannya rapi dan wajahnya cukup lumayan. Tapi ternyata laki-laki itu adalah sales MLM yang memaksanya untuk bergabung.
Di lain waktu, Daliya bertemu seorang laki-laki matang yang terlihat kaya. Sayangnya, pada pertemuan pertama laki-laki itu sudah mengajaknya masuk hotel.
"Sekali aja, please... Aku udah nggak tahan," Kata pria itu sambil menatap Daliya seperti macan yang mengincar mangsa. Jelas saja Daliya langsung lari terbirit-birit dan tak menoleh lagi.
Terakhir kali, Daliya malah pernah dilabrak oleh seorang wanita. Saat itu dirinya sedang duduk santai di sebuah restoran, makan siang bersama teman kencan online nya. Tiba-tiba saja seorang wanita datang dan langsung menyiram wajah Daliya dengan air jus yang ada di meja.
"Dasar perempuan gatel! Pelakor! Berani-beraninya kamu selingkuh dengan suamiku!"
Semenjak hari itu, Daliya menjadi trauma dengan aplikasi dating online dan langsung menghapus aplikasi terkutuk itu dari ponselnya. Dia sudah tidak berani lagi untuk mencoba-coba.
"Terus, sekarang Gue harus gimana?" Daliya membenamkan wajahnya ke atas meja. Berkas-berkas kantor yang perlu ia kerjakan menumpuk di sebelahnya, tapi Daliya tak bisa mengerjakan karena tidak fokus.
"Ngantuk?" Seorang pria datang dan menaruh secangkir kopi di hadapan Daliya. "Minum kopi dulu,"
Daliya mendongakkan kepala. Itu adalah Zafran, teman satu kantornya. Daliya pernah kepikiran apa dia membawa Zafran saja sebagai pacar pura-puranya? Tapi saat mengingat kalau Zafran punya pacar yang sangat posesif, dan juga satu kantor dengan mereka, Daliya mengurungkan niatnya. Bisa-bisa adegan dirinya dilabrak sambil disiram air jus akan terulang lagi.
Tahu-tahu, hari reuni sudah tiba. Awalnya Daliya berencana untuk tidak datang, bagaimanapun ia tak sanggup dipermalukan oleh Silvi di depan umum. Tapi, seolah tak mengerti keadaannya, Kevin malah menelepon dan meminta Daliya untuk datang. Bahkan sahabatnya itu bilang akan menjemputnya kalau Daliya tidak ada kendaraan.
"Kata Silvi, kalau kamu sendirian, nanti biar kita jemput," ujar Kevin yang membuat Daliya geram. Jelas wanita licik itu tidak akan membiarkan rencana Daliya berjalan mulus.
Pada akhirnya, Daliya terpaksa datang sendirian. Meski begitu, Daliya tak langsung masuk ke restoran tempat reuni mereka berlangsung. Terlebih dulu, gadis itu duduk termenung di lobby mall yang ada di lantai satu. Ia sibuk memikirkan cara untuk menghindar dari hukuman taruhannya.
"Masa aku harus nembak Rio di depan mereka sih? Yang benar saja! Mau ditaruh dimana muka ku?" Daliya menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. "Coba kalau ada cowok ganteng yang tiba-tiba turun dari langit,"
"Eh, eh, lihat deh, itu cowok ganteng banget!" Daliya bisa mendengar bisik-bisik beberapa orang wanita yang berjalan melewatinya. Mendengar kata 'ganteng' disebut, Daliya langsung menoleh ke asal suara. Entah kenapa, sejak memulai petualangan mencari pacar, radar Daliya terhadap pria tampan menjadi semakin aktif.
Rombongan wanita yang berbisik-bisik itu tampak menunjuk ke satu arah. Daliya segera mengalihkan pandangannya ke arah yang ditunjuk. Ia penasaran, seganteng apa sih orang yang dimaksud?
Saat tatapan Daliya tertuju pada seorang pria yang duduk tak jauh darinya, sontak mata gadis itu melotot. Di sana, terlihat ada seorang pria super tampan yang sedang bermain ponsel. Pria itu memakai kemeja yang lengannya digulung sehingga menunjukkan otot lengan bawahnya yang seksi. Seolah tak cukup menggoda, pria itu juga tampak membiarkan dua kancing teratasnya terbuka begitu saja.
"Oh my god.." Daliya terperangah saking terpesonanya. "Bisa-bisanya aku nggak menyadari kehadiran cowok seganteng itu? Coba kalau cowok seperti dia mau jadi pacarku, Silvi pasti akan langsung mati kutu," Daliya berandai-andai. Beberapa saat kemudian, tiba-tiba ia mendapatkan sebuah ide.
"Kenapa nggak aku coba saja? Siapa tahu cowok itu mau jadi pacar pura-puraku,"
Memberanikan diri, Daliya beranjak dari kursinya dan mendekati laki-laki tampan itu. Ia sebenarnya bingung bagaimana cara mendekati pria, karena ia memang tak pernah melakukannya. Tapi, bermodal nekat, Daliya akhirnya berdiri di depan laki-laki itu sambil menunjukkan senyum terbaiknya.
"Permisi Mas, kalau lagi nggak sibuk, mau jadi pacarku?"
😁
🙏🫶🫶🫶