sinopsis Amelia, seorang dokter muda yang penuh semangat, terjebak dalam konspirasi gelap di dunia medis. Amelia berjuang untuk mengungkap kebenaran, melindungi pasien-pasiennya, dan mengalahkan kekuatan korup di balik industri medis. Amelia bertekad untuk membawa keadilan, meskipun risiko yang dihadapinya semakin besar. Namun, ia harus memilih antara melawan sistem atau melanjutkan hidupnya sebagai simbol keberanian dalam dunia yang gelap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurul natasya syafika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 12: Serangan Balik
Amelia telah memutuskan untuk melangkah lebih jauh. Dengan membawa bukti kuat yang dapat menghancurkan reputasi perusahaan farmasi korup, ia menempatkan dirinya di tengah-tengah badai besar.
Namun, ancaman dari mafia yang melindungi kepentingan mereka kini semakin nyata, membuat perjuangannya tak hanya soal kebenaran, tetapi juga soal bertahan hidup.
......................
**Ruang Persiapan Konferensi Medis Internasional, Pagi Hari**
Ruangan kecil itu penuh dengan tumpukan dokumen, laptop, dan layar monitor. Amelia duduk di sebuah kursi sambil memeriksa presentasinya untuk terakhir kali.
Tangan dokter muda itu sedikit gemetar, meskipun ia berusaha terlihat tenang. Laras duduk di sebelahnya, mencoba memberi dukungan moral, sementara Detektif Armand berdiri di dekat pintu, mengawasi dengan tatapan tajam.
Laras: (dengan nada lembut)
"Amel, kau sudah mempersiapkan ini selama berhari-hari. Kau pasti bisa melakukannya."
Amelia: (bernapas dalam-dalam)
"Aku tahu. Tapi ini bukan hanya soal presentasi. Aku merasa semua mata tertuju padaku. Kalau aku gagal, semua yang kita lakukan akan sia-sia."
Armand: (melirik jam tangan)
"Kau tidak sendiri. Aku sudah mengerahkan beberapa orang untuk mengawasi sekitar. Tapi Amelia, aku harus jujur—hari ini sangat berisiko. Mereka mungkin tidak tinggal diam."
Amelia mengangkat wajahnya dan menatap Armand. Wajahnya menggambarkan tekad yang tak tergoyahkan.
Amelia:
"Risiko ini lebih kecil dibandingkan nyawa pasien yang mereka korbankan. Aku tidak akan mundur."
Armand tersenyum kecil, kagum pada keberanian Amelia, meski ia tahu konsekuensinya bisa sangat berat.
......................
**Aula Konferensi, Siang Hari**
Ruangan besar itu dipenuhi oleh ratusan orang dokter, peneliti, jurnalis, dan perwakilan industri farmasi. Suasana serius menyelimuti tempat itu. Di tengah sorotan lampu dan perhatian penuh hadirin, Amelia melangkah ke podium.
Ia berdiri di depan layar besar yang mulai menampilkan slide presentasinya. Dengan napas yang teratur, Amelia memulai pidatonya.
Amelia: (dengan suara tegas)
"Terima kasih telah memberi saya kesempatan berbicara hari ini. Apa yang akan saya ungkapkan mungkin mengejutkan banyak pihak, tetapi ini adalah kenyataan yang harus diketahui publik."
Amelia mengambil napas sejenak sebelum melanjutkan. Ia mulai menjelaskan temuannya, memperlihatkan data uji klinis yang dimanipulasi, perangkat medis cacat, dan bukti keterlibatan perusahaan farmasi dalam skandal besar.
Amelia:
"Perangkat jantung mekanik ini, yang dipasarkan sebagai penyelamat nyawa, sebenarnya memiliki cacat fatal. Dua pasien saya meninggal akibat kerusakan teknis yang disengaja oleh pihak perusahaan untuk menekan biaya produksi."
Suasana aula mulai berubah. Bisikan-bisikan terdengar di antara hadirin, beberapa orang mencatat dengan serius, sementara yang lain menunjukkan ekspresi terkejut atau bahkan marah.
Amelia:
"Dan ini bukan satu-satunya kasus. Produk insulin cerdas mereka, yang seharusnya merevolusi pengobatan diabetes, menyebabkan hipoglikemia parah karena algoritma yang belum diuji secara memadai."
......................
Ketika Amelia melanjutkan presentasinya, sekelompok pria mencurigakan memasuki aula. Mereka mengenakan pakaian rapi, tetapi gerak-geriknya membuat Armand, yang mengawasi dari belakang ruangan, segera waspada.
Armand: (berbicara melalui headset)
"Laras, suruh Amelia percepat presentasinya. Mereka ada di sini."
Laras, yang berdiri tak jauh dari podium, mendekati Amelia dan berbisik.
Laras:
"Amel, kau harus menyelesaikan ini cepat. Sesuatu tidak beres."
Amelia menatap Laras sejenak, kemudian melirik ke arah kerumunan. Nalurinya mengatakan ada sesuatu yang salah, tetapi ia tidak ingin meninggalkan panggung tanpa menyampaikan pesannya. Ia mempercepat penjelasannya, melangkah ke poin-poin utama.
Namun, tiba-tiba salah satu pria di belakang berdiri dan melemparkan sesuatu ke tengah aula. Sebuah bom asap kecil meledak, menyebarkan kabut tebal ke seluruh ruangan.
Penonton: (panik)
"Apa ini?! Keluar dari sini!"
Kepanikan melanda. Orang-orang berlarian mencari jalan keluar. Armand segera berlari menuju Amelia, menariknya dari panggung.
Armand: (sambil melindungi Amelia)
"Kita harus keluar sekarang!"
Amelia melihat Laras membantu seorang dokter yang terjatuh akibat dorongan orang-orang yang panik.
Amelia: (berteriak)
"Laras, cepat! Kita harus pergi bersama!"
Laras berlari menuju Amelia, tetapi dua pria bersenjata muncul dari arah belakang ruangan. Armand segera menarik pistolnya, memberi tembakan peringatan yang membuat para pria itu mundur sejenak.
......................
l
Armand, Amelia, dan Laras berhasil keluar melalui lorong belakang, tetapi mereka diikuti oleh dua pria bersenjata. Dalam pelarian itu, Armand menoleh ke Amelia dan Laras.
Armand:
"Lari ke mobil! Jangan berhenti, apa pun yang terjadi!"
Mereka berlari ke tempat parkir, di mana sebuah mobil telah dipersiapkan sebelumnya. Armand terus melindungi mereka, menembak ke arah pria-pria yang mengejar.
Ketika mereka hampir mencapai mobil, salah satu rekan dokter Amelia, Dr. Martha, terlihat terjatuh di tengah kekacauan.
Amelia: (berteriak)
"Dr. Martha terluka! Aku harus kembali untuk membantunya!"
Armand menarik Amelia dengan tegas, menghentikannya.
Armand:
"Kau tidak bisa kembali sekarang! Jika mereka menangkapmu, semua ini akan sia-sia!"
Amelia: (dengan air mata berlinang)
"Tapi dia butuh bantuan! Aku tidak bisa meninggalkannya!"
Laras: (menangis)
"Amel, tolong dengarkan dia! Kita semua sudah terlalu jauh! Kita harus pergi!"
Amelia dengan berat hati mengikuti Armand dan Laras masuk ke mobil. Armand segera memacu kendaraan keluar dari area konferensi, sementara pria-pria bersenjata itu terus mengejar mereka dengan kendaraan lain.
......................
**Rumah Persembunyian, Malam Hari**
Setelah perjalanan panjang dan penuh ketegangan, mereka tiba di sebuah rumah aman yang telah disiapkan oleh Armand. Rumah itu berada di lokasi terpencil, jauh dari keramaian kota.
Amelia duduk di sudut ruangan, tubuhnya masih gemetar. Bayangan kejadian di aula konferensi terus menghantui pikirannya. Laras duduk di dekatnya, mencoba menenangkan dengan memegang tangannya.
Ponsel Amelia tiba-tiba berbunyi. Sebuah pesan anonim muncul:
“Jika kau terus melawan, kami akan menargetkan keluargamu. Ini adalah peringatan terakhir."
Pesan itu membuat Amelia semakin terguncang. Ia memandang Laras dan Armand dengan wajah penuh ketakutan.
Amelia: (dengan suara kecil)
"Mereka akan menyakiti keluargaku... Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi."
Armand mendekati Amelia, meletakkan tangan di pundaknya dengan penuh empati.
Armand:
"Amelia, kita hampir sampai. Kau tidak boleh menyerah sekarang. Jika kau berhenti, mereka menang. Semua yang telah kau lakukan akan sia-sia."
Laras: (dengan suara serak)
"Aku tahu ini berat, Amel. Tapi kau sudah sejauh ini. Aku akan bersamamu sampai akhir."
Amelia terdiam. Ia menatap laptopnya yang masih terbuka, menampilkan sisa data yang berhasil ia selamatkan. Dalam hatinya, ia tahu bahwa keputusan yang akan ia buat sekarang tidak hanya akan menentukan nasibnya sendiri, tetapi juga nasib para korban yang selama ini ia perjuangkan.
......................
Malam itu, Amelia duduk di depan laptopnya. Ia mengetik sebuah email kepada regulator medis, melampirkan data-data penting yang masih ia miliki. Tangannya gemetar, tetapi ia terus mengetik dengan penuh tekad.
Ia menoleh ke arah Armand dan Laras yang masih berjaga di ruang tamu, memastikan semuanya aman. Dengan napas panjang, Amelia akhirnya berkata:
Amelia:
"Aku siap. Kita selesaikan ini, apa pun risikonya."
Armand dan Laras menatap Amelia, mengangguk dengan penuh penghargaan atas keberaniannya. Mereka tahu bahwa perjuangan ini belum selesai, tetapi malam itu, mereka merasa bahwa mereka tidak akan berhenti sampai kebenaran terungkap sepenuhnya.
Di luar, hujan mulai turun, membawa ketenangan di tengah gejolak hati mereka. Namun, bayangan ancaman yang terus membayangi membuat mereka sadar bahwa ini hanyalah
permulaan dari pertarungan yang lebih besar.