"Hanya aku yang boleh menyiksa dan membuatmu menderita. Hanya aku yang boleh mencintai dan memilikimu."_Sean Aznand.
Sonia Elliezza, rumah tangga yang dia idam-idamkan selama ini menjadi mimpi buruk untuknya, walaupun Sonia menikah dengan pria yang sangat dia cintai dan juga mencintainya.
Hanya karena kesalahan di masa lalu, membuat rumah tangga Sonia bersama dengan Sean Aznand menjadi sangat dingin dan menegangkan serta penuh dendam dan amarah yang tak terbantahkan.
Sean memberikan pilihan pahit pada Sonia di awal pernikahan mereka yaitu pergi atau bertahan. Pilihan apakah yang Sonia ambil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pernikahan Vanno
Sean dan Sonia menghadiri pesta pernikahan Laura dan Vanno di Spanyol, mereka berdua itu beda agama jadi Vanno menikah mengikuti agama Laura.
Pernikahan mereka digelar dengan sangat mewah karena Vanno dan juga Laura bukan dari kalangan biasa, sangat terlihat raut wajah bahagia dari Laura dan berbeda dengan Vanno, dia tidak tersenyum, sekalinya senyum ya sangat terpaksa, Sean yang melihat hal itu mendekatkan wajahnya ke telinga Sonia.
"Liat tuh mantan bos kamu, udah kayak dipaksa nikah aja sama si Laura." Ledek Sean yang membuat Sonia tak sengaja tertawa ringan, dia menyenggol lengan suami tampannya itu.
"Hust jangan ngomong begitu, apa bedanya sama kamu saat nikahin aku dulu, nggak ada senyumnya juga, malah kamu kasarin aku di malam pertama pernikahan kita yang berujung sampai sekarang aku nggak ada tuh dapat hakku sebagai istrimu." Balas Sonia yang mengingat betapa mirisnya awal pernikahan mereka.
"Kenapa malah jadi nyemprot aku begini? Aku itu lagi ngomongin mantan bos kamu."
"Iya tapi kamu lupa diri, kamu juga begitu Sean."
"Aku punya alasan begitu."
"Mana tau Vanno juga punya alasan begitu."
"Kok kamu malah belain dia sih?"
"Aku nggak belain dia, astaghfirullah, udah ah, nikmatin aja acaranya, kenapa malah kita yang berantem sih."
"Kamu sih yang mulai."
"Loh kok aku? Kamu yang mulai ledekin orang."
"Suami kamu si Vanno atau aku?"
"Ya kamu lah."
"Ya udah jangan belain dia terus dong."
"Aku nggak belain dia, kenapa kamu jadi marah sama aku sih?"
"Tau ah, bete banget." Wajah Sean saat ini sangat tidak bersahabat, dia kesal karena istrinya begitu membela Vanno dan menyerang dirinya, padahal memang Sean yang tidak tahu diri, waktu menikah dengan Sonia dia juga begitu.
Sonia menggenggam tangan Sean dan menyandarkan kepalanya di bahu Sean, "maafin aku ya, aku ngak bermaksud menghakimi kamu kok, maafin ya." Ucap Sonia dengan wajah yang dia buat seimut mungkin.
"Maaf lagi, emang kamu dari kecil cuma belajar kata maaf aja?"
"Emang kalo salah ngucapin apalagi selain maaf? Emang kamu punya kosa kata baru?"
"Ya enggak, emang maaf sih."
"Nah nggak salah dong aku."
"Iya iya, lagian kamu memang nggak salah juga, apa yang kamu bilang benar adanya." Sean menatap Sonia sendu, Sonia mencium tangan Sean hingga membuat hati Sean kembali tenang.
"Makasih sudah menjadi istri yang sabar buat aku." Kini Seanlah yang mengecup kening Sonia, dari depan Vanno memperhatikan kemesraan antara Sonia dan Sean dengan tatapan cemburu, dia masih sangat mencintai Sonia namun dia tidak ingin rumah tangga wanita yang dia cintai hancur karena dirinya.
...🕊🕊🕊...
Setelah acara pemberkatan dan resepsi, Vanno meminta Sean dan Sonia untuk menginap di hotel miliknya.
"Waw kau punya hotel juga di sini?" Tanya Sean.
"Ada, kalian bisa menginap di sana, aku sudah menyiapkan kamar untuk kalian berdua." Jawab Vanno.
"Terima kasih dan selamat ya Vanno, semoga pernikahan kamu selalu diliputi kebahagiaan." Ucap Sonia.
"Makasih Son." Vanno menatap lekat wajah Sonia, dia begitu ingin kalau Sonia lah yang menikah dengannya bukan Laura, Sean yang menyadari tatapan Vanno langsung merangkul pinggang Sonia, "kami pergi dulu, nanti malam kami akan datang lagi ke sini untuk menghadiri pestamu." Timpal Sean.
"Iya, kalian istirahatlah, semoga kalian nyaman."
"Oke"
Sean dan Sonia pergi menuju hotel yang sudah disiapkan oleh Vanno, hotel bintang lima yang begitu mewah serta kamar yang sangat nyaman untuk Sean dan Sonia.
"MasyaAllah, kamarnya bagus banget. Ini kayak kamar buat pasangan bulan madu deh." Tatapan Sonia seketika bersinar takjub.
"Ya bagus dong, berarti dia tahu diri, udah ngundang kita ke sini dan kasih tempat yang nyaman buat kita, nggak usah terpesona begitu ngeliatin kamar ini." Celetuk Sean melihat reaksi berlebihan dari istrinya.
"Santai dong, kenapa harus marah-marah sih." Gerutu Sonia.
"Kamu itu kenapa hm, apa-apa yang berkaitan dengan Vanno malah terpesona, sedikit-sedikit terpesona, udah kayak yang paling istimewa aja si Vanno di hati kamu."
"Hah? Kamu ini ke sini mau hadirin pestanya Vanno atau mau berantem sama aku? Kalo tau begini, mending nggak usah datang aja sekalian." Nada bicara Sonia sudah mulai meninggi, dia begitu kesal dituduh yang bukan-bukan oleh suaminya.
"Kamu ninggiin suara sama aku cuma buat belain si Vanno?" Sonia menghela nafas dan mengontrol emosinya. Dia menarik tangan suaminya itu keluar kamar, "mau kemana?" Tanya Sean bingung.
"Ayo kita pulang, lama-lama bisa gila aku di sini." Ajak Sonia dengan kesal.
"Ngapain pulang, acaranya belum selesai."
"Oke kalau kamu nggak mau pulang, aku akan pulang sendiri." Sonia berjalan cepat menuju lift, Sean langsung menarik Sonia dan memeluk istrinya itu dari belakang.
"Iya iya maaf, aku nggak bermaksud begitu, balik ke kamar yuk, aku capek pengen tidur." Bujuk Sean, Sonia memejamkan mata lalu mengatur pernapasannya.
Mereka kembali ke kamar, Sean mandi terlebih dahulu, sembari menunggu Sean bersih-bersih, Sonia memainkan ponsel dan akhirnya tertidur.
Sean yang baru keluar dari kamar mandi hanya geleng-geleng kepala melihat Sonia tertidur pulas begitu.
"Bisa dia tidur nyenyak dengan tubuh lepek begitu." Pria itu hanya menggunakan handuk, dia mencari bajunya di dalam koper, namun ternyata Sonia sudah menyiapkan pakaian untuk suaminya yang terletak di atas kasur.
Posisi Sonia tidur di samping baju Sean yang sudah dia siapkan. Sean mengenakan pakaian dan mendekati Sonia, dia mengambil ponsel Sonia yang hendak dia letakkan jauh dari Sonia tidur.
Ting
Ponsel itu berbunyi menandakan ada notifikasi masuk, Sean memeriksa dan melihat ponsel tersebut, ternyata itu pesan dari Vanno.
[Aku masih belum bisa melupakanmu Sonia, aku menikahi Laura karena tidak ingin Sean terus-terusan marah padamu, aku berpikir setelah menikahi Laura, aku bisa melupakan mu namun ternyata aku salah, setiap kali melihatmu, aku semakin mencintaimu. Aku berharap suatu saat aku bisa menjadi suamimu.]
"Kurang ajar, secara nggak langsung dia doain Sonia jadi janda." Kesal Sean sambil tersenyum geli. Sean dengan begitu semangat membalas pesan Vanno.
[Maaf ya Vanno, aku sangat mencintai Sean, tidak ada yang bisa menggantikan dia di hatiku, bagiku menikah hanya sekali seumur hidup dan lupakan saja perasaanmu padaku karena itu tidak akan berpengaruh apapun padaku, perasaanmu hanya akan membuat kamu menderita, kalau kamu merasa terpaksa menikah dengan Laura, ya bikin janda saja itu si Laura, jangan malah berdoa biar kamu bisa jadi suamiku.] Send.
Sean tampak begitu puas setelah membalas pesan Vanno, dia meletakkan ponsel Sonia dan merebahkan dirinya di samping Sonia, Sean menatap dan mengusap wajah istrinya.
"Kamu itu cantik, pantesan aja banyak yang suka sama kamu, selain cantik, kamu baik, ramah dan juga penuh kasih sayang, wajar siapapun berharap untuk menjadikanmu istrinya, termasuk si tua bangka itu." Sean berkata pelan seolah Sonia mendengarnya, wanita itu sangat nyenyak tidur.
Sean mengecup pipi Sonia dan mencumbu istrinya saat sedang tidur begitu, Sean mendaratkan ciuman di pipi, hidung, mata, bibir, dan leher Sonia.
Sonia mengerjapkan mata dan melihat wajah Sean yang sudah begitu dekat dengan wajahnya.
"Kamu ngapain?" Tanya Sonia kaget.
"Nggak usah kaget begitu, aku ini suamimu, mau ngapain juga ya bebas." Jawab Sean.
"Aku kaget Sean, kenapa jawabnya harus nge gas begitu sih. Lembut dikit kenapa?" Protes Sonia.
"Aku mau unboxing kamu sayang, itu kenapa aku mencumbumu dari tadi." Jawab Sean yang membuat Sonia malu.
"Hah? Dikira aku ini paket?" Sean tidak menjawab Sonia lagi, dia melancarkan aksinya dengan mencumbu Sonia kembali, tapi Sonia malah menjauh darinya yang membuat Sean kaget.
"Kenapa?" Tanya Sean.
"Aku belum mandi, badanku lepek Sean."
"Ya Allah Sonia, mandi ya bisa nanti, nikmatin aja dulu."
"Nggak mau ah, aku mau mandi dulu." Sonia berlari ke kamar mandi, Sean hanya menganga melihat tingkah istrinya.
"Yah calon-calon bakalan gagal lagi ini, susah banget mau nyentuh istri sendiri, jadi heran." Gerutu Sean.
"Jangan lama-lama mandinya, siram-siram aja nggak usah sabunan." Teriak Sean pada Sonia.
"Sabar kenapa sih, kasih waktu buat bersih-bersih dong." Balas Sonia dari dalam kamar mandi.
Ting
Ponsel Sonia kembali berbunyi, Sean melihat kalau itu adalah balasan dari Vanno.
[Maafkan aku Sonia, tapi aku benar-benar berharap jika suatu saat nanti bisa menjadi suamimu, ya hanya harapan saja]
"Gantungin harapan sama istri orang, ada gila-gilanya ini manusia." Sean mendecih kesal, kenapa Vanno harus ada di antara dia dan Sonia? Sean merasa kalau Vanno adalah saingan terberat baginya dibanding laki-laki yang berusaha mendekati Sonia, dia takut kalau suatu saat Sonia akan berpaling darinya dan menjadi milik Vanno.
Sean tak membalas pesan itu lagi, dia hanya membaca lalu menghapus pesan itu dari handphone Sonia.
Sudah hampir satu jam Sonia di dalam kamar mandi, Sean menjadi khawatir dan mengetuk pintu kamar mandi.
"Sonia, kamu baik-baik aja? Kok mandinya lama banget?" Tak ada jawaban dari Sonia, Sean mencoba untuk mendobrak pintu kamar mandi, saat percobaan keempat Sonia membuka pintu yang membuat Sean terjatuh ke di dalam kamar mandi, Sonia kaget dan langsung menghampiri Sean.
"Kamu baik-baik aja?" Tanya Sonia yang saat ini sedang mengenakan handuk.
"Baik-baik gimana? Ini kepalaku sakit Son, kamu ngapain sih di dalam lama banget?" Tanya Sean sambil memegangi kepalanya yang sakit karena terbentur lantai.
"Aku ketiduran pas berendam tadi." Jawab Sonia polos.
"Aku nungguin kamu, kamunya malah tidur." Sean yang kesal berjalan menuju kasur, dia menyandarkan punggungnya di headboard , kepalanya terasa sedikit pusing.
"Kamu khawatir ya sama aku?" Goda Sonia.
"Siapa yang nggak khawatir, hampir sejam kamu di kamar mandi, aku pikir kamu innalillahi di dalam." Jawab Sean dengan nada yang masih kesal.
"Sadis banget jawabannya, kalo beneran innalillahi gimana? Kamu mau nguburin aku di sini?"
"Jangan dilanjutin, kayak nggak ada omongan lain aja."
"Hehe maaf."
"Udah ah aku capek mau tidur." Sean merebahkan badannya dan memejamkan mata, Sonia melongo ditinggal tidur oleh suaminya itu.
"Laah kok aku yang ditinggal tidur sih." Rungut Sonia.
Sorry aku langsung emo... geram perangai perempuan mcm nie.