Berawal dari penghianatan sang sahabat yang ternyata adalah selingkuhan kekasihnya mengantarkan Andini pada malam kelam yang berujung penyesalan.
Andini harus merelakan dirinya bermalam dengan seorang pria yang ternyata adalah sahabat dari kakaknya yang merupakan seorang duda tampan.
"Loe harus nikahin adek gue Ray!"
"Gue akan tanggungjawab, tapi kalo adek loe bersedia!"
"Aku nggak mau!"
Ig: weni 0192
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon weni3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Raihan masuk ke dalam ruangannya dan langsung di sambut oleh gerakan cepat Bu Flo yang tengah duduk di sofa ruangannya.
"Selamat pagi menjelang siang bapak Raihan.." Bu Flo menggelayut di lengan Rai dengan erat tanpa ingin di lepas. Melihat itu Andika meringis geli karena bagian dada yang sengaja di tempelkan oleh wanita itu.
Andika pun sejak tadi di buat mati gaya saat menemani kliennya yang satu ini. Ocehan yang tak kunjung reda menanyakan kapan kedatangan Rai yang ternyata masih tertidur nyenyak di rumahnya.
"Bisa lepas dulu Bu...."
"Ngga bisa."
Raihan kehabisan kata-kata, cukup alot memang dengan klien yang satu ini. Kalo bukan karena kerjasama mereka yang menguntungkan sudah di pastikan Rai tidak akan mau.
Bu Flo terus saja mengikuti Raihan hingga ke meja kebesarannya mengambil beberapa berkas yang ia simpan di laci. Begitu sulit bagi Rai untuk gerak, sedangkan Bu Flo diem anteng seperti baru bertemu pawangnya.
"Dik!"
"Urusan loe!" Andika sudah cukup stres menghadapi, kini gantian Raihan yang di uji.
Mereka sudah kembali duduk di sofa dengan Bu Flo yang terus menempel seperti sedang di beri perekat tikus. Kencang dan cukup lancang karena sesekali jemarinya jail berjalan di dada Raihan.
"Maaf Bu, bisa lebih fokus dan memberi jarak?"
"Oh oke fokus ya, tapi pesona pak Rai terlalu kuat untuk saya. Jadi cukup begini saja ya pak, mata fokus tapi kita berdua tetap rapat."
"Rapat, abis loe minuman jamu Rai rapat?" sahut Andika.
Raihan memijit pelipisnya, kalo sudah begini ia harus mengupayakan bagaimana caranya agar cepat kelar. Dan kliennya yang satu ini bisa segera pulang.
"Saya sudah setuju dengan yang ibu ajukan kemarin, tapi untuk branding dan advertising tetap perusahaan saya yang bergerak. Jadi Bu Flo hanya tinggal menyediakan model yang cocok saja untuk menyempurnakan produk kita agar lebih di terima di pasaran."
"Oh ok, tapi saya boleh tau ide yang perusahaan bapak sudah rencanakan tentang produk kita yang satu ini? agar saya tau model mana yang pas buat iklannya nanti."
"Dik, panggil staf pemasaran untuk menyerahkan laporannya. Erna atau Heru suruh ngadep gue!"
"Oke...!" Andika segera beranjak menuju meja kerja Rai dan menghubungi bagian marketing.
"Selamat siang, saya Erna dari divisi marketing ada yang bisa di bantu."
"Er, udah kelar belum tugas yang gue kasih kemarin?"
"Eh Pak Dika, udah siap lagi di copy berkasnya, tapi Pak Heru lagi keluar. Harus presentasi sekarang banget ya pak?"
"Yang penting berkasnya aja bawa sini dulu, si bos udah minta soalnya di tungguin sama kliennya."
"Oh oke.."
"Makasih cantik...."
tut
"Aish di matiin lagi, kalo nggak lagi bunting udah gue culik loe. Nggak apa-apa di kata pebinor juga. Salah siapa gue di tinggal kawin!" Andika meletakkan kembali gagang telponnya. Kemudian duduk di tempat semula.
"Gimana udah kelar di kerjain?"
"Udah, tapi si Heru lagi keluar. Nggak butuh persentasi sekarang kan?" tanyanya sambil melirik klien yang sibuk mengusap rahang Raihan.
"Maaf Bu jangan gini, saya bisa saja tegas dengan ibu. Tapi saya menghormati ibu seperti ibu saya sendiri."
Mendengar ucapan Rai, Bu Flo segera menatapnya dengan tatapan tajam sedangkan Andika sudah menahan tawa.
"Saya ini masih muda loh pak Rai, masih kencang, masih kuat, masih rapet, masih awet muda. Apa lagi dengan pak Rai duda tampan impian sejuta umat. Dari pada sama janda yang sekarang semakin di depan mendingan sama saya, tua tapi masih ganas di ranjang."
Raihan seakan ingin mendorong wanita itu hingga terjengkang kebelakang. Dirinya sudah tidak tahan, kalo bukan sang mamah yang mendesak harus sabar dalam setiap menghadapi klien mungkin sejak tadi sudah murka.
"Ganas Rai, Ganas.....kalah donk yang di rumah." Andika sudah tak mampu menahan tawa. Bu Flo yang tak peduli kembali menempel di lengan Rai.
Suara ketukan pintu membuat Andika terdiam, sudah banyak yang tau tentang kelakuan kliennya yang satu ini, jadi tak perlu di jadikan masalah jika di lihat oleh anak buahnya malah justru Rai mendapat pahala karena membuat hiburan sendiri untuk orang lain.
"Masuk."
Orang tersebut masuk dengan membawakan berkas yang di pesan tadi.
Andika berdiri melihat siapa yang datang, matanya menyapu penampilan yang beda dari ujung kepala hingga ujung kaki. Langkah jenjangnya menghampiri dengan belahan yang memamerkan sebagian paha mulusnya.
"Maaf pak, ini berkas yang bapak minta."
Raihan yang sedang fokus melihat latar laptop tiba-tiba kaku di tempat, mendengar suara yang tak asing baginya. Begitu mendayu di telinga, matanya melirik dari high heels yang ia pakai sampai wajah yang begitu anggun beda dari biasanya.
"Lo Andin?" tanya Andika yang sudah gatal ingin mengoceh.
"Maaf, bapak bicara dengan saya?" tanya Andini seakan tak kenal. Kesel juga melihat Rai yang ternyata bukan bekerja malah berduaan dengan wanita.
"Adek gue anjriiitt.....cakep banget loe, kesalon mana? gila ini belahan minta di sabet mamah kaki loe! tapi montok juga adek gue!"
Andini membuang muka, tak menghiraukan ocehan Andika. Kemudian fokusnya teralihkan pada Raihan dan wanita di sampingnya.
"Maaf pak, ini berkasnya. Kenapa jadi melamun liat saya? bukannya yang di sebelah lebih asyik di lihat?"
"Nah betul banget dek, kamu divisi marketing? anak baru ya, kalo nggak betah kerja di sini bisa melamar di Perusahaan saya, langsung saya ACC.
"Terimakasih Bu, saya sangat tertarik dengan penawaran yang ibu berikan."
Raihan mengambil berkas yang ada di tangan Andini, masih tak menyangka Andini bisa menjelma dari gadis manja dan imut menjadi wanita dewasa dan anggun.
"Makasih." Raihan mengambil berkas tersebut tanpa mengalihkan pandangannya.
"Kalo gitu saya permisi dulu pak." Andini segera melangkah keluar ruangan, meninggalkan Raihan yang sedikit kesal. Mana mungkin dia membiarkan Andini berpenampilan seperti itu, apa lagi di lihat staf yang lain. Ingin mengejar tetapi tak ingin membuat curiga. Hanya memendam rasa hingga kembali tenang.
"Ngapa? terpesona kan loe? baru permulaan. Masih banyak lagi yang bakal buat loe keliyengan."
Andika tersenyum miring melihat wajah padam sahabatnya. Raihan tak menggubris ucapannya, sekarang waktunya menyelesaikan meeting agar wanita jadi-jadian di sampingnya ini cepat pergi.
Hampir dua jam mereka di buat kesal tetapi akhirnya semua selesai. Bu Flo telah keluar dengan senyuman mengembang. Selain mendapat hasil yang memuaskan dia pun bisa lama bergelendot mesra dengan duda tampan.
"Hhaaahhh......gila tuh lampir bikin gue gila!" Raihan merebahkan tubuhnya di sofa, begitupun juga Dika yang segera melepas dasi karena terasa sesak sejak tadi.
"Rasanya pengen gue jitak palanya, loe betah banget lagi. Enak ya anget-anget empuk!"
"Mana ada, yang ada badan gue merinding udah kayak di templokin demit. Satu modelan begini aja bikin darah tinggi apa lagi 5 hhiiihhh langsung resign gue dari CEO."
"Hahahhaha....butuh kopi nich kita kayaknya, ayo ke cafe. Butek otak gue!"
"Hhmm...."
Kini keduanya keluar ruangan dengan penampilan yang cukup acak-acakan tetapi malah menambah pesona tak tertahankan. Apa lagi Rai yang begitu menawan.
Tepat keluar lift, di sana Rai melihat Andini yang keluar juga dengan Tara di sebelahnya. Mereka tak tau jika ada atasannya di belakang, berjalan santai menuju keluar gedung untuk mencari tempat makan di sekitar kantor.
"Nggak usah megang tangan gue Tara!"
"Salah pacar megang tangan?"
"Salah karena loe ex pacar, ngerti?"
"Terserah, tetapi loe tetap pacar gue. Harus berapa kali gue bilang, hati gue cuma ada loe dan nggak ada yang lain!"
"Tapi tubuh loe penghianat bukan cuma buat gue tapi udah buat perempuan lain. Jangan pernah loe sentuh gue!" Andini memberi jarak tetapi Tara terus mendekat, tak perduli kemarahan yang Andini layangkan. Karena baginya Andini hanya marah sesaat.
"Oke gue nggak dekat-dekat, tapi normal aja nggak usah menghindar. Please.."
"Hhmm...."
Andika melirik Raihan yang hanya diam memperhatikan, cukup awas telinganya mendengar. "Kenapa?"
"Nggak ada."
"Loe cemburu?"
"Nggak secepat itu."
Andika tertawa tersenyum miring mendengar ucapan Raihan, dia tau betul gimana sahabatnya.
"Loe bisa mati berdiri nahan kesel dan emosi kalo cuma diem ngebiarin yang loe punya di deketin pria lain. Pahami hati loe!"
Andika segera mengambil mobil yang berada di parkiran meninggalkan Raihan yang terus memandang Andini dalam diam.
mkasih bnyak thorr🫰