Song Lin Qian adalah Seorang pangeran yang terasingkan sejak masih kecil, dia harus menjalani kehidupan yang keras di dunia luar untuk mencari tahu akan jati dirinya yang sebenarnya.
Dengan berbekalkan jepit rambut peninggalan mendiang sang ibu, Song Lin Qian yang diasuh oleh sepasang pendekar suami-istri akhirnya turun gunung, dan demi mengetahui akan siapa dirinya yang sesungguhnya, Song Lin Qian harus menghadapi banyak masalah di dalam pencariannya.
Akankah Song Lin Qian berhasil dalam pencariannya? Ikuti alur cerita yang berjudul "PANGERAN PENDEKAR NAGA" hanya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adicipto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melihat Kehidupan di bawah Gunung
***
"Yang Mulia, Pasukan Qin sudah menduduki Desa Ziajin, jika kita tidak segera bertindak, bisa-bisa mereka akan menguasai Kota Lanzao," kata salah satu Panglima.
"Panglima Huan Gong, berapa banyak prajurit yang masih kamu miliki saat ini?" tanya Raja Song.
"Masih 800 prajurit Yang Mulia, dan itu sudah termasuk dengan Pasukan berkuda," jawab Panglima Huan Gong.
"Lalu bagaimana dengan pasukanmu Panglima Lian Bai?"
"Pasukan hamba tersisa 640 prajurit Yang Mulia, sudah lebih dari 100 prajurit hamba yang gugur," jawab Panglima Lian Bai.
"Sekarang Panglima Yiu Lin sedang dalam perjalanan menuju ke Kota Lanzao dengan membawa 700 pasukan," kata Lian Bai.
"Siapa yang mengijinkan Panglima Yiu Lin pergi kesana?" tanya Raja Song yang terkejut mendengarnya.
"Ampun Yang Mulia, Panglima Yiu Lin pergi kesana memang tanpa persetujuan siapapun, ini semua murni karena keinginannya dan juga kami. Mengingat Kota Lanzao adalah benteng barisan pertama, jadi kami tidak ingin Kota Lanzao berhasil direbut oleh musuh, jika sampai itu terjadi, maka kita akan berada dalam masalah besar," kata Lian Bai.
Raja Song terdiam mendengarnya, dia tahu jika Kota Lanzao adalah kota ketiga yang menjadi Benteng pertahanan barisan pertama, jika Kota itu jatuh ke tangan musuh, maka Kerajaan Song akan semakin melemah.
"Dulu kita bisa membaca taktik dan strategi perang mereka, namun beberapa tahun ini, kami tidak bisa membacanya, sepertinya ada pihak lain yang sudah mendukung Kerajaan Qin, aku tidak tahu apakah itu dari kelompok-kelompok lain, atau mungkin pemerintahan dari luar yang ingin menghancurkan Kerajaan kita," kata Huan Gong.
"Kita tidak memiliki permusuhan dengan pemerintah di luar, dengan Kekaisaran Han di Daratan Tengah dan Kekaisaran Ming di Daratan Timur, kita sama sekali tidak memiliki permusuhan dengan mereka! Menurutku pasti ada kelompok-kelompok dari Wilayah kita yang membantu mereka," kata Lian Bai.
Karena Daratan Tengah dan Timur sangat luas serta hanya memiliki satu pemerintahan besar, pemerintah itu disebut sebagai Kekaisaran, sedangkan Wilayah Barat justru memiliki dua Penguasa yang membuat wilayah kekuasaan mereka mengecil sehingga disebut sebagai Kerajaan.
"Perguruan Racun Kalajengking, Perguruan Lembah Tengkorak, dan kelompok yang pernah menyerang kita yaitu Kelompok Bulan Kematian, dari ketiganya sepertinya hanya Kelompok Darah Kematian yang mungkin membantu mereka," kata Lian Bai.
"Kekuatan militer kita sudah semakin berkurang, ditambah lagi sudah banyak rakyat yang merasa tidak puas dan beberapa golongan ada yang mulai membentuk kelompok untuk memberontak, ini akan berdampak buruk untuk Kerajaan," ucap Huan Gong.
"Kalian berdua dengarkan, salah satu dari kalian harus ada yang pergi menyusul Panglima Yiu Lin, dan satu lagi akan aku beri tugas untuk merekrut prajurit baru, jika tidak menemukan, maka akan diberlakukan aturan lain, yaitu Rakyat biasa harus ikut bertempur," kata Raja Song.
"Yang Mulia, apakah ini tidak akan berdampak buruk?" tanya Lian Bai yang terkejut mendengarnya, begitu juga dengan Huan Gong.
"Kita tidak memiliki cara lain lagi, hanya ini satu-satunya cara untuk mempertahankan Kerajaan kita," jawab Raja Song yang sebenarnya juga tidak ingin melakukan hal itu.
"Sekarang dengarkan perintahku! Mulai hari ini Kerajaan akan memberikan aturan keseluruh rakyat yang masih memiliki kekuatan terutama dari kalangan pemuda untuk ikut serta dalam mempertahankan Kerajaan, dan aturan ini berlaku di seluruh Wilayah Kerajaan ku ini, termasuk para Perguruan," kata Raja Song.
Lian Bai dan Huan Gong hanya bisa saling berpandangan, walau mereka tidak setuju, namun ini adalah perintah Raja mereka yang harus mereka patuhi, apalagi mereka juga tahu jika Raja Song tahu akan bagaimana cara mempertahankan Wilayahnya dengan caranya sendiri.
Dalam waktu singkat pengumuman itu segera tersebar ke seluruh wilayah Kerajaan Song, hal ini banyak memicu perdebatan oleh seluruh rakyat, bahkan Perguruan-perguruan pun juga mulai membahas pengumuman dari Raja Song.
Setelah beberapa hari sejak pengumuman aturan itu disebarkan, saat ini Perguruan Pedang Emas mengundang semua Pemimpin Perguruan Putih termasuk pihak Kerajaan sendiri untuk hadir di Perguruan Pedang Emas.
Undangan itu untuk membahas masalah kekacauan yang semakin tak terkendali sekaligus akan membahas masalah aturan Kerajaan yang baru, sebab aturan itu juga memasukkan daftar semua perguruan aliran Putih dan Perguruan-perguruan yang tidak memihak kepada siapapun.
Yan Bao selaku pemimpin Perguruan Pedang Emas adalah salah satu Pendekar Jiwa Raja yang namanya sudah dikenal hampir oleh para pendekar, panggilan undangannya itu pastinya akan langsung ditanggapi oleh semua orang-orang hebat lainnya yang akan diundang.
Perguruan Bunga Biru Ling Yang dengan tiga Guru Pembimbing hadir lebih awal, dan kemudian disusul oleh Perguruan lainnya, dan dari Pihak Kerajaan sendiri yang mengutus Huan Gong bersama beberapa prajuritnya sebagai perwakilannya.
Kini mereka semua telah berkumpul di sebuah meja bundar dan besar, dan semuanya sudah mendapatkan tempat duduk masing-masing.
"Kenapa masih ada empat kursi lagi yang kosong, kursi milik siapa saja itu?" tanya Lian Yang.
"Itu adalah Kursi milik perwakilan Biara Fu Zhong jika datang, dan yang itu adalah milik Tabib Li Xhiang, sedangkan yang itu adalah milik perwakilan dari Pihak Kelompok Timbangan Emas, dan satu adalah milik Pendeta Bai Long," jawab Yan Bao.
"Kenapa Kelompok Timbangan Emas juga ikut diundang, mereka disini itu hanya kelompok pedagang, jadi apa hubungannya?" tanya salah satu Pendekar dari Perguruan Awan Suci.
"Kalian mungkin beranggapan jika mereka hanyalah para kelompok pedagang, tapi jangan salah, mereka sebenarnya memiliki kekuatan yang sebanding dengan kelompok-kelompok besar lainnya, karena itulah aku mengundang mereka juga," jawab Yan Bao.
Setelah cukup lama menunggu, akhirnya orang-orang yang mereka tunggu sudah tiba di sana, namun hanya tiga saja orang yang datang sebagai perwakilan, sedangkan yang lainnya semuanya adalah para Pemimpin Perguruan.
Ketiga Perwakilan itu adalah dari Pihak Kerajaan, Biara Fu Zhong, dan dari Kelompok Timbangan Emas, namun setidaknya mereka sudah datang walau hanya mengirim perwakilan, dan setelah semuanya berkumpul, Yan Bao pun mulai membuka pembicaraan.
"Sebelumnya kami mengucapkan banyak terima kasih karena kalian semua bersedia untuk datang, sekarang mari kita langsung membahas inti dari pertemuan ini," kata Yan Bao.
"Aku rasa kalian semua sudah tahu akan situasi yang menimpa Kerajaan ini, hanya saja yang menjadi permasalahan kita adalah, mengapa Raja Song memasukkan Perguruan dalam aturannya? Bisakah Panglima memberikan penjelasan?" kata Yan Bao yang langsung menanyakannya kepada Huan Gong.
Huan Gong pun mulai menjelaskan akan permasalahan serta alasan Raja Song yang membuat aturan tersebut, dan setelah mendengarkan penjelasan serta alasan Raja Song, semuanya terdiam kecuali seorang Biksu yang duduk sembari membaca Dharma dengan sangat pelan.
"Sebenarnya urusan Perang kedua kerajaan tidak ada sangkut pautnya dengan para Perguruan, akan tetapi jika kami hanya diam, maka akan ada banyak nyawa tak berdosa akan melayang, jadi bagaimana menurut kalian semua?" Yan Bao mencoba menanyakan pendapat para Pendekar yang hadir disana.
"Kelompok Timbangan Emas kami juga tidak seharusnya ikut campur akan masalah ini, jadi untuk saat ini kami masih belum bisa memberikan pendapat," kata perwakilan dari Timbangan Emas.
"Yang lainnya bagaimana?" tanya lagi Yan Bao kepada yang lainnya.
"Terserahlah, aku sendiri juga tidak memiliki pendapat apapun," jawab Tabib Li Xhiang.
"Kalau menurutku sebaiknya kita juga harus turun tangan membantu Kerajaan, aku yakin jika Kerajaan Qin juga memiliki pendukung dari perguruan yang lain, jika itu memang benar, maka Wilayah ini akan berhasil diambil alih oleh para penjahat yang pastinya akan membuat rakyat menderita," ucap Ling Yang.
Yan Bao dan beberapa orang tersenyum mendengarnya, mereka tahu Ling Yang berkata seperti itu karena Putri Bungsu Raja Song berada di perguruannya.
"Guru, bagaimana menurut anda?" Yan Bao bertanya kepada Biksu yang sejak awal diam.
"Perang hanya akan membuat penderitaan di kedua belah pihak sekaligus terhadap semua orang, mungkin kuil kami tidak bisa memberikan bantuan di medan perang, kami akan memilih untuk menjaga dan membantu para korban perang," jawab Biksu tersebut.
Setelah saling berdebat dan bertukar pendapat cukup lama, akhirnya mereka sepakat akan ikut bergabung membantu Kerajaan, walau tidak semuanya setuju, namun suara yang bersedia untuk membantu Kerajaan lebih banyak dari pada yang tidak mau ikut campur.
***
Peperangan antar dua kerajaan kembali pecah dengan sengit di luar kota Lanzao, dan itu terus terjadi, apalagi sejak bergabungnya para Pendekar, pertempuran itu akhirnya mulai berimbang.
Hanya saja peperangan itu mulai menggugurkan beberapa Pendekar serta banyak para Prajurit dari kedua belah pihak yang juga gugur.
Waktu terus berlalu, dan peperangan itu tetap berlanjut seperti tidak akan pernah berhenti, bahkan sudah memasuki ke sepuluh tahun sejak era kekacauan terjadi, peperangan belum juga berhenti.
Seperti yang dikhawatirkan, dampak peperangan itupun berimbas terhadap masyarakat, hasil pertanian yang menurun, pasar yang dijadikan sebagai pusat perdagangan sepi, kelaparan di mana-mana, dan krisis akibat kekacauan itu menciptakan banyak kejahatan di dalam wilayah Kerajaan itu sendiri.
Selama sepuluh tahun terakhir sejak era kekacauan terjadi, selama itu juga mulai bermunculan pendekar-pendekar baru, dan semakin banyak bermunculan para pendekar baru, semakin banyak juga kasus-kasus kriminal di masyarakat.
Banyak berita tentang kasus perampokan, pembunuhan, bahkan ada kelompok-kelompok baru yang mulai menguasai beberapa wilayah seperti Kota dan Desa, bahkan Desa Honfu pun juga mengalaminya.
Saat ini Song Lin Qian memiliki kesempatan untuk mengikuti Feng Feng turun gunung, dia akan menemani kakeknya sekaligus melihat kehidupan di bawah gunung.
Song Lin Qian tumbuh menjadi seorang pemuda yang memiliki tubuh kekar berotot, penampilannya memang terlihat lusuh, dan pakaiannya penuh dengan bekas jahitan.
Song Lin Qian yang saat ini sudah berusia 17 tahun untuk pertama kalinya bisa melihat orang-orang di luar, dia sangat takjub melihat banyaknya orang di Desa Honfu, bagaimana tidak merasa takjub, sebab selama tujuh belas tahun lamanya dia hanya tinggal bertiga di gunung dan tidak pernah melihat orang lain selain kakek dan neneknya.
"Kakek Feng? Siapa pemuda yang bersamamu itu?" tanya salah satu warga.
"Ini adalah anak keponakan ku yang baru datang dan ingin tinggal bersamaku," jawab Feng Feng.
Song Lin Qian yang sedang membawa ikan untuk dijual tersenyum ramah kepada pria paruh baya yang menyapa kakeknya, dia tidak begitu banyak bicara ataupun bertanya kepada kakeknya akan sesuatu yang baru dia lihat dan juga baru diketahui.
Karena penampilan Song Lin Qian seperti anak muda miskin seperti pemuda-pemudi miskin lainnya, tidak akan ada satupun orang yang akan mengetahui jika sebenarnya Song Lin Qian adalah seorang Putra mahkota, bahkan Song Lin Qian sendiri juga belum mengetahui akan identitas dirinya.
"Qian, letakkan semua itu disini," kata Feng Feng.
"Kita akan berjualan di sini kek?" tanya Song Lin Qian.
"Iya, ini adalah tempat ku berjualan selama ini," jawab Feng Feng.
Mereka segera meletakkan ikan-ikan hasil Feng Feng menjala di sungai, dan sekarang mereka hanya tinggal duduk menunggu para pembeli datang.
Mata Song Lin Qian tidak mau diam, dia terus memperhatikan ramainya orang yang berlalu lalang, sedangkan Feng Feng menggerak-gerakkan tulang-tulang tuanya agar terasa lebih nyaman dan tidak kaku.