"Karena kamu yang menggagalkan acara pernikahan ini, maka kamu harus bertanggung jawab!" ucap pria sepuh didepannya.
"Bertanggung jawab!"
"Kamu harus menggantikan mempelai wanitanya!"
"APA?"
****
Bagaimana jadinya kalau seorang siswi yang terkenal akan kenalan dan kebar-barannya menjadi istri seorang guru agama di sekolah?!?
Yah dia adalah Liora Putri Mega. Siswi SMA Taruna Bangsa, yang terkenal dengan sikap bar-barnya, dan suka tawuran. Anaknya sih cantik & manis, sayangnya karena selalu dimanja dan disayang-sayang kedua orang tuanya, membuat Liora menjadi gadis yang super aktif. Bahkan kegiatan membolos pun sangatlah aktif.
Kalau ditanya alasan kenapa dia sering bolos. Jawabnya cuma satu. Dia bolos karena kesetiakawanannya pada teman-teman yang juga pada bolos. Guru BK pusing. Orang tua juga ikut pusing.
Ditambah sikapnya yang seenak jidatnya, menggagalkan pernikahan orang lain. Membuat dia harus bertanggung jawab menggantikan posisi mempelai wanita.
Gimana ceritanya?!!?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cahyaning fitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 : Mantan Emang Harus Dihempaskan
Beberapa saat menjelang subuh, Agam sudah bangun dengan tubuh yang terasa ringan. Demamnya juga sudah turun.
Agam terbangun dari lelapnya, menyadari posisinya telah berubah. Liora kini meringkuk dalam pelukannya, kulit mereka saling menempel. Dia menelan ludah, merasakan detak jantungnya mempercepat.
Darahnya berdesir, naluri laki-lakinya terpanggil. Agam merasakan kehangatan tubuh Liora, aroma rambutnya yang harum, dan napasnya yang lembut.
Matanya memandang wajah Liora, yang terlihat damai dalam tidurnya. Agam merasakan cinta dan gairah bersamaan. Dia berusaha mengendalikan diri, tak ingin mengganggu keintiman saat itu.
Liora menggeliat, di detik berikutnya mata gadis itu berbuka perlahan. Hal pertama yang ia lihat adalah leher jenjang suaminya.
Gue tidur sama .....?!?
"Pagi istriku!" sapa Agam menyunggingkan senyum manis.
Liora spontan menyentuh kening suaminya, lalu bernafas lega saat tahu tubuh suaminya sudah tidak panas lagi.
"Syukurlah demam Aa turun?"
"Semua berkat kamu....!" kata suaminya mengedipkan mata.
Sontak Liora mendorong tubuh suaminya. Lalu berusaha bangkit dari tempat tidur.
"Mau kemana?" goda Agam, mengunci pergerakan Liora.
"Aku mau sholat subuh!" jawab Liora, pipinya sudah bersemu merah.
"Ciuman selamat pagi dulu!" katanya. Bibirnya maju, bersiap mencium gadis itu.
Mata Liora melotot terkejut.
"Aa jangan macam-macam!"
Agam mengikis jarak, membuat Liora menutup mata rapat-rapat.
Satu detik.
Dua detik.
Tiga detik.
Dan detik ke empat, pria itu berbisik tepat ditelinga gadis itu.
"Terimakasih, Sayang.....!"
Oh, terima kasih! Kirain mau cium?
"Iya, Sama-sama. A-ku mau mandi dan bersiap-siap ke sekolah....!" katanya tergagap.
Liora berusaha meloloskan diri, dan kali ini ia berhasil.
Saat keluar dari selimut, Agam menatap tubuh istrinya dari atas hingga kaki. Kaki Liora yang ramping begitu sempurna, dengan dada yang bulat, dan menonjol. Terlihat besar, dan pas dengan tubuh Liora yang tinggi, dan semampai.
Begitu sulit untuk menahan godaan, membuat Agam membuang wajah.
*********
"Kamu mau berangkat sekolah?" tanya Agam masih terlihat lemas.
"Hem!" jawab Liora menganggukkan kepalanya.
"Biar Aa antar,"
"Nggak usah, Aa. Aku naik taksi saja!" jawab gadis itu, "Aa kan masih sakit! Mending Aa istirahat di rumah!" saran Liora.
"Tapi......?"
"Beneran aku nggak apa-apa!"
"Naik mobil Aa saja!"
"Kalau naik mobil Aa, yang ada semua orang bertanya. Nanti aku bingung mau jawab apa?"
"Iya, juga," kekeh Agam.
"Kalau begitu naik motor. Di bagasi ada motor matic!" kata Agam lagi,. nggak tega juga membiarkan Liora berangkat dengan taksi sendiri.
Andai saja badannya nggak lemas, pasti Agam yang akan mengantar.
"Emang ada motor?" tanya Liora terlihat senang mendengar kata motor. Sudah lama dia tidak menaiki kendaraan beroda dua.
"Ada. Motornya bunda. Kalau mau pake, pake aja!"
"Okey. Dengan senang hati!"
"Tapi, ingat! Selesai belajar, langsung pulang! Jangan mampir-mampir!" kata Agam, mengingatkan Liora langsung pulang.
"Iya. Ih, takut banget aku mampir-mampir!" kikik gadis itu.
"Tapi beneran, kalau mampir-mampir, biar Aa yang anter!"
"Nggak mau. Aa mesum!"
Agam hanya bisa mendengar deru suara motor matic kian menjauh.
"Dasar keras kepala!" gerutunya sambil masuk ke dalam rumah, lalu rebahan di sofa.
(Istri yang pergi tanpa izin suami adalah istri durhaka) - send.
"Ish, apaan maksudnya?" gerutu Liora mengerucutkan bibirnya setelah membaca pesan yang masuk dari Agam.
Liora kembali menyimpan HP-nya di saku begitu mendengar bel sekolah berbunyi.
******
Jam sekolah berakhir, suara bel pulang sekolah berbunyi, menandai akhir dari aktivitas belajar mengajar. Anak-anak bersemangat merapikan buku-buku dan barang-barang, bersiap-siap balik ke rumah.
Liora, Dora, dan Sinta keluar kelas, berjalan ceria di koridor sekolah sambil cengar-cengir. Mereka berbagi cerita menghibah artis favorit masing-masing sampai bibir mereka dower.
Sementara itu, Tito dan kawan-kawannya entah kemana, sudah tak terlihat di kelas. Seperti biasa, sepulang sekolah mereka akan menikmati waktu luang nongkrong di kantin. Mereka senang sekali habisin waktu sebelum pulang dengan berbincang, bermain, atau sekadar menikmati camilan.
"Li, Tunggu!" seru seseorang. Sontak ketiga gadis cantik yang sedang asyik mengobrol sambil berjalan itu menghentikan langkahnya.
"Eh, Bu Naila."
"Emmm, ibu mau ngomong sama kamu, berdua, bisa?" pintanya.
Liora ngelirik kedua sahabatnya, mereka terlihat heran. Kemudian, Liora ngajak Bu Naila bicara di tempat yang sedikit jauh dari Dora dan Sinta.
"Ada apa, Bu?" tanya gadis itu.
"Katanya Pak Agam sakit. Dia sakit apa, Li?" tanya guru bahasa itu.
"Demam, Bu." Jawab Liora, agak malas sebenarnya.
"Duh, kasian sekali. Emmm, ibu mau ikut kamu, boleh nggak, Li? Sekalian jenguk Pak Agam. Kamu kan sepupunya Pak Agam. Sudah pasti kamu tau tempat tinggalnya kan?"
"Emmmm, maaf, Bu. Saya harus ngomong dulu sama Pak Agam-nya. Kalau belum ngomong saya nggak berani!" kata Liora.
"Tapi, saya bener-bener khawatir sama Pak Agam, Li. Nih Ibu sudah beliin makanan kesukaannya. Siapa tau dengan kedatangan ibu dan membawa makanan kesukaannya, pak Agam langsung sembuh. Boleh ya, Li?"
Sok perhatian banget sih dia?
"Maaf banget, Bu Nai. Tetep nggak bisa. Bukannya apa-apa. Saya takut disalahin. Saya bilang dulu deh. Kalau diijinin, baru saya akan bawa ibu ke sana....!"
"Please, Li. Saya yakin dia nggak akan nolak kedatangan saya. Perlu kamu tau, Li. Dulu, sepupu kamu itu cinta mati sama Ibu. Jadi, boleh yah, ibu ikut kamu?"
Ih, maksa banget nih orang!
"Sekali lagi saya minta maaf, Bu. Tetep saya nggak mau. Saya nggak mau disalahin. Pak Agam itu galak. Meski dia sepupu saya tetep saya nggak berani!" tolak Liora tegas.
"Kamu tega banget, Li....!"
"Gini aja deh?" kata Liora terlihat serius, "Saya bawa makanan dari ibu buat Pak Agam. Nanti saya sampaikan buat dia, sekalian minta izin, biar besoknya ibu bisa jenguk. Gimana?"
Wanita itu sepertinya sedang berpikir.
"Baiklah!" sahutnya, sepertinya perempuan itu kecewa.
"Ya udah. Sini makanannya!" Liora tersenyum lebar.
"Saya akan langsung ngasihin makanan ini ke pak Agam. Nanti saya juga akan minta izin biar besok ibu bisa jenguk beliau!"
"Baiklah. Tapi ingat ya, Li. Bilang sama dia, makanan ini, makanan dari saya. Semoga dengan makan ini, Pak Agam cepat sembuh!"
"Oke, Bu Nai. Saya langsung pulang ya, Bu! Assalamualaikum!"
"Walaikumsalam!"
Liora kembali berkumpul dengan Dora dan Sinta. Keduanya ngerasa heran karena ditangan Liora menggenggam paper bag berisi makanan dengan aroma menggugah selera.
"Itu apa, Li?" tanya Dora. menatap paper bag di tangan sahabatnya itu.
"Makanan." Jawab Liora.
"Dari siapa?" tanya Sinta penasaran.
"Dari penggemar rahasia!" jawab Liora sekenanya.
"Siapa?" tanya keduanya kepo.
"Kepo?" kekeh Liora,. Tak mendapat jawaban wajah mereka pun berubah cemberut.
"Ya udah. Kalian pulang duluan aja. Gue ada perlu sama Tito....! Bye....!"
"Li, Tunggu.....!"
Dan benar saja, Tito dan kawan-kawannya masih nongkrong di kantin. Sepertinya mereka lagi makan kerupuk seblak level mampus. Terlihat bibir mereka pada jontor kayak digebukin preman sekampung. Sekali-kali minum, bahkan yang namanya Asep sampe minum air kobokan, mungkin saking pedesnya.
"Hey, Guys. Kalian kepedesan apa doyan? Air kobokan ampe diminum!" kekeh Liora tiba-tiba datang, duduk di hadapan mereka semua yang lagi megap-megap mirip mas koki.
"Pedes......!" kata Asep megap-megap.
"Ampun dah. Kerupuk apa habanero sih? Pedes buangettttt....!" keluh Aldo, matanya merah, mungkin saking pedesnya, Ampe matanya merah banget.
Liora terkekeh geli.
"Nih, dari pada makan gituan, mending makan ini.....! Lebih enak, lebih sedap." Liora meletakkan paper bag makanan dari Bu Nayla di atas meja. Sengaja.
"Apa tuh?"
"Makanan lah? Kalian belum pernah makan makanan dari restoran terkenal kan? Gue kasih cuma-cuma!"
"Beneran, Li? Lo lagi nggak ngeprank kan?" tanya Tito.
Baru kali ini, Liora nraktir makanan enak. Makanya Tito agak curiga. Jangan-jangan itu prank.
"Ish, Lo ngeraguin kebaikan gue, To?" sewot Liora. Si Tito bener-bener dah. Liora mau berbuat baik, malah dicurigain.
"Kalau nggak percaya itu makanan enak, buka aja....?"
Aldo ngebuka paper bag itu. Begitu dibuka, mata ketiganya langsung berbinar-berbinar.
Siapa yang nggak seneng dapat rejeki nomplok.
"Beneran ini buat kita-kita? " tanya ketiganya kompak.
"Iyalah buat kalian. Gue baik kan?"
"Thanks, Li. Tumben Lo hari ini baik banget. Kesambet setan apa, Lo?" kekeh Tito.
Jelas Tito merasa heran. Biasanya Liora ntraktir mereka seblak di depan sekolah. Dimana Tito nggak doyan dengan makanan yang namanya seblak. Tapi hari ini Tito seperti dapat durian runtuh. Dapat makanan mahal logo restoran terkenal dari sahabatnya itu. Rezeki anak Soleh.
Sorry ya, Bu Nai. Makanannya gue kasiin ke mereka. Nggak rela gue, kalau Aa makan makanan dari mantan. Mantan emang harus dihempas jauh-jauh.....
Bersambung.....
Komen dong yang banyak.....