Elyana Mireille Castella, seorang wanita berusia 24 tahun, menikah dengan Davin Alexander Griffith, CEO di perusahaan tempatnya bekerja. Namun, pernikahan mereka jauh dari kata bahagia. Sifat Davin yang dingin dan acuh tak acuh membuat Elyana merasa lelah dan kehilangan harapan, hingga akhirnya memutuskan untuk mengajukan perceraian.
Setelah berpisah, Elyana dikejutkan oleh kabar tragis tentang kematian Davin. Berita itu menghancurkan hatinya dan membuatnya dipenuhi penyesalan.
Namun, suatu hari, Elyana terbangun dan mendapati dirinya kembali ke masa lalu—ke saat sebelum perceraian terjadi. Kini, ia dihadapkan pada kesempatan kedua untuk memperbaiki hubungan mereka dan mengubah takdir.
Apakah ini hanya sebuah kebetulan, atau takdir yang memberi Elyana kesempatan untuk menebus kesalahannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Firaslfn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 : Situasi Rumit
Davin berdiri tegak, wajahnya penuh ketegangan saat Ryo menodongkan pistol ke arah mereka. Elyana merasakan detak jantungnya semakin cepat, nyaris tak bisa bernafas. Mereka terjepit di lorong sempit, tak ada jalan lain untuk melarikan diri selain menghadapi Ryo.
“Sudah selesai, Davin,” kata Ryo, suaranya dingin dan penuh kemenangan. “Tidak ada lagi yang bisa kamu lakukan. Chronicle Protocol akan jatuh ke tangan kita, dan semua akan berubah sesuai kehendak keluarga Kasahara.”
Davin memandang Ryo dengan tajam, matanya penuh amarah dan kebencian. “Kau tidak akan pernah mengerti apa artinya melindungi masa depan, Ryo. Ini bukan hanya tentang kekuasaan. Ini tentang orang-orang yang kita cintai.”
Elyana merasa kehangatan dari jam saku di sakunya, seolah-olah benda itu merespon situasi berbahaya ini. Ia tahu jika mereka tidak bertindak sekarang, semua yang telah mereka usahakan akan sia-sia. Tanpa ragu, Elyana mendekat, mengalihkan perhatian Ryo dengan keberaniannya.
“Kau tidak bisa mengubah masa depan dengan cara ini, Ryo. Jika kau terus mengejar kekuasaan, kau hanya akan menghancurkan segalanya, termasuk dirimu sendiri,” katanya, suaranya bergetar namun penuh keyakinan.
Ryo tertawa, suara itu penuh ejekan. “Kau pikir aku peduli dengan masa depan? Aku hanya peduli dengan apa yang bisa aku raih sekarang. Dan aku akan memastikan Kasahara menguasai semua ini.”
Davin bergerak cepat, memanfaatkan celah kecil di antara mereka. Dalam sekejap, ia memukul tangan Ryo, membuat pistol itu terlepas. Tindakan itu disusul dengan baku hantam di antara mereka. Marcus, yang menyusul di belakang, berlari membantu, menggulingkan salah satu anak buah Ryo yang mencoba menyerang.
“Elyana, cepat!” teriak Davin, sambil menghalau serangan Ryo dengan cepat.
Elyana, dengan segenap kekuatannya, menarik jam saku dari sakunya dan mengarahkannya ke Ryo. Simbol pada jam saku mulai bersinar dengan intensitas yang memukau. Ryo menatapnya dengan mata terbelalak, terperangah.
“Apa yang kau lakukan?” teriaknya, suara yang biasanya tenang kini terputus-putus karena kebingungannya.
“Aku akan mengakhiri ini, Ryo,” jawab Elyana dengan suara tegas. Ia memutar bagian tengah jam saku, dan seketika itu juga, ruangan di sekitar mereka tampak berputar, seolah-olah waktu sedang diputar ulang. Efek itu membuat Ryo terjatuh ke lututnya, matanya memerah karena rasa sakit yang tak terlihat. Suara gemuruh mengisi lorong, dan semua benda di sekeliling mereka tampak melayang sebelum akhirnya semuanya berhenti dalam keheningan.
Ryo bangkit dengan tubuh gemetar, wajahnya dipenuhi keputusasaan. “Kau tidak bisa mengalahkan ku...”
Davin berdiri tegak, di samping Elyana, matanya menyala dengan tekad. “Kami tidak akan membiarkanmu menghancurkan segalanya, Ryo. Ini adalah kesempatan terakhir kami. Jika kau melawan, kau hanya akan menyesal.”
Elyana mengangkat tangan, menatap Ryo. “Kau bisa memilih, Ryo. Apakah kau akan terus mengejar ambisimu, ataukah kau akan memahami bahwa kekuasaan sejati terletak pada pilihan yang kita buat, bukan pada teknologi yang kita miliki.”
Ryo menatap Elyana dengan mata penuh kebingungan dan rasa takut. Satu-satunya hal yang terdengar adalah suara napas beratnya, sebelum akhirnya, ia menurunkan pistolnya dan memalingkan wajah, mengalihkan pandangan ke arah kegelapan di ujung lorong. “Ini belum selesai,” desisnya, sebelum berbalik dan melangkah pergi bersama anak buahnya yang masih terkejut.
Davin menarik napas lega, lalu menatap Elyana. “Kita berhasil...”
Elyana tersenyum tipis, merasakan beban yang seolah terangkat dari pundaknya. “Belum sepenuhnya, Davin. Ini baru awal. Tapi kita telah membuktikan bahwa kita bisa menghadapi masa depan bersama.”
Marcus mendekat, mengamati kedua orang itu. “Kalian berdua benar-benar luar biasa. Sekarang, kita perlu memastikan semua informasi ini diamankan.”
Davin mengangguk, memandang Elyana dengan tatapan penuh kasih dan rasa terima kasih. “Terima kasih sudah mempercayai aku, Elyana. Kali ini, kita tidak akan membiarkan sejarah mengulang kesalahan yang sama.”
Elyana mengangguk, merasakan semangat baru tumbuh dalam dirinya. Mereka masih memiliki perjalanan panjang di depan, tetapi saat ini, mereka memiliki satu hal yang lebih kuat daripada apapun: satu sama lain.
Lorong itu akhirnya kembali sunyi setelah Ryo dan anak buahnya pergi. Kehidupan di dalam gedung itu seolah terhenti sejenak, semua orang terdiam, seolah menunggu sesuatu yang lebih besar. Elyana merasakan bahu Davin yang masih tegak berdiri di dekatnya, tak ingin meninggalkannya meskipun rasa lelah sudah menguasai tubuh mereka berdua.
“Ini bukan hanya tentang kita, Elyana,” kata Davin, suaranya serak. “Ini tentang semua orang yang berjuang untuk melawan kegelapan yang datang.”
Elyana mengangguk, terdiam sejenak sebelum akhirnya membuka mulutnya. “Aku tahu. Dan aku juga tahu, semua ini takkan berakhir hanya dengan Ryo. Ada lebih banyak hal yang harus kita hadapi, lebih banyak bahaya yang akan datang.”
Marcus, yang seakan merasakan pergolakan yang ada, menyentuh lengan Elyana. “Kita harus segera mengamankan data ini. Kalau Ryo sudah tahu keberadaan kita, dia takkan berhenti sampai dia mendapatkan apa yang dia inginkan.”
Davin menatap Marcus, lalu menatap Elyana dengan rasa khawatir yang tak bisa disembunyikan. “Apa yang harus kita lakukan sekarang? Bagaimana kita memastikan bahwa Chronicle Protocol tidak jatuh ke tangan yang salah?”
Elyana menarik napas dalam-dalam, merenung sejenak. “Kita perlu mencari tahu siapa yang ada di balik Ryo. Ada seseorang yang lebih besar di balik semua ini, seseorang yang benar-benar mengendalikan semuanya. Jika kita bisa mengungkap siapa dia, kita bisa mengalahkan Ryo dan menghentikan ancaman ini sebelum terlambat.”
Wajah Marcus berubah serius. “Itu berarti kita harus menggali lebih dalam ke dalam dunia yang gelap ini. Kita harus siap menghadapi hal-hal yang belum pernah kita hadapi sebelumnya.”
Davin memandang Elyana, tatapannya penuh tekad. “Kita sudah melalui banyak hal bersama, Elyana. Aku takkan membiarkanmu menghadapi ini sendirian.”
Elyana tersenyum kecil, tetapi senyum itu penuh makna. “Aku tahu, Davin. Aku tahu, dan aku takkan membiarkanmu melakukannya sendirian juga.”
Mereka bertiga berbalik dan meninggalkan lorong itu, langkah mereka seiring dengan ketegangan yang menggantung di udara. Saat mereka berjalan, cahaya di sekeliling mereka mulai kembali menyala, tanda bahwa meskipun malam telah membawa kegelapan, harapan masih terus bersinar.
Malam itu, di dalam ruang kontrol yang luas, seseorang dengan mantel hitam duduk di kursi besar, tangan terlipat di depan wajahnya. Sorot matanya penuh dengan kilatan tajam. “Permainan baru saja dimulai,” bisiknya, sebelum mengalihkan pandangannya ke layar yang menampilkan gambar-gambar Elyana dan Davin yang sedang bergerak menjauh dari tempat itu.
Mata mereka penuh dengan tekad. Tapi kali ini, mereka tahu betul bahwa jalan yang harus dilalui tidak akan mudah. Rintangan di depan mereka adalah teka-teki yang harus dipecahkan, mereka bisa menghadapinya.
Davin dan Elyana kembali ke ruang utama yang sunyi, sebuah ruang yang kini terasa lebih besar dan lebih kosong daripada sebelumnya. Cahaya dari layar besar di sudut ruangan itu memantulkan kilatan biru pucat di wajah mereka, menggambarkan suasana hati yang sama-sama penuh kecemasan dan tekad.
Elyana mendekat ke layar, melihat data yang berisi rincian tentang Chronicle Protocol. Informasi itu seharusnya sudah cukup untuk membuat siapa pun berpikir dua kali sebelum menghadapinya. Namun, di balik data itu, ada lapisan-lapisan rahasia yang lebih dalam, lapisan yang tak akan mudah diungkap.
“Aku tahu ada lebih dari ini,” gumam Elyana, jari telunjuknya menekan layar saat ia menelusuri informasi yang terkadang berkelip-kelip seolah menghindar. “Ada sesuatu yang disembunyikan di balik semuanya ini.”
Davin berdiri di belakangnya, tangan terlipat di dada. “Kita harus segera menemukan siapa yang benar-benar mengendalikan Ryo. Dia hanya pion, tetapi siapa yang memainkannya?” Suaranya penuh ketegangan, namun juga rasa bersalah. Jika bukan karena kekurangannya, mungkin Ryo tidak pernah menjadi ancaman seperti sekarang.
Marcus, yang tiba-tiba masuk dari pintu samping, membawa sebuah USB drive kecil, meletakkannya di meja di depan Elyana. “Ini data tambahan yang baru aku temukan di server bawah tanah. Sepertinya ini berisi informasi tentang jaringan di balik Ryo.”
Elyana memindahkan pandangannya dari layar ke USB tersebut, dan rasa ingin tahunya mulai membuncah. Tanpa ragu, dia mengambilnya dan menancapkannya ke port di meja. Data pun mulai mengalir ke layar.
Mata Elyana membelalak saat sebuah nama muncul di layar. Itu adalah nama yang seharusnya sudah lama hilang dari catatan mereka, tetapi kini terlihat dengan jelas: Kardinal Nocturne. Sebuah organisasi yang selama ini hanya terdengar sebagai mitos, sebuah bayangan yang mengendalikan banyak hal dari balik layar. Jika ini benar, maka masalah mereka bukan hanya sekadar Ryo, mereka sedang menghadapi kekuatan yang bisa menghancurkan segala sesuatu yang mereka perjuangkan.
Davin melangkah maju, tangannya menggenggam pinggiran meja, wajahnya dipenuhi kecemasan. “Kardinal Nocturne... Aku pikir itu hanya cerita urban legend.”
Elyana menatap Davin, suara lembutnya penuh tekad. “Jika mereka benar-benar ada, maka kita harus segera bertindak. Ini bukan hanya tentang kita lagi. Ini tentang menyelamatkan semua orang yang bisa terkena dampak kekuasaan mereka.”
Marcus mengangguk, terlihat semakin serius. “Kita perlu tahu seberapa besar jangkauan mereka, dan apa rencana mereka selanjutnya. Kalau tidak, kita tidak akan siap menghadapi serangan yang mungkin datang.”
Tiba-tiba, layar besar itu berkedip, menampilkan sebuah peta kota dengan berbagai titik merah yang berkelip, menandakan lokasi-lokasi yang penting. Di salah satu titik, muncul kata-kata "Kardinal Nocturne – Pusat Utama."
Davin dan Elyana bertukar pandang. Mereka tahu, perjalanan berikutnya akan jauh lebih berbahaya, dan tidak ada yang tahu apa yang menanti mereka di pusat kekuasaan yang misterius itu. Tapi satu hal yang pasti: mereka tidak akan mundur, tidak akan menyerah sampai rahasia ini terungkap dan ancaman besar itu dihentikan.
"Kenapa masalah ini semakin lama semakin rumit? Padahal tujuan awalku kembali ke masa lalu hanya untuk menyelamatkan Davin, mengapa makin banyak hal yang terkuak sampai hal-hal berbahaya seperti ini?" pikir Elyana.
“Jika ini harus dilakukan, maka mari kita mulai,” ucap Elyana, dengan suara penuh keberanian. Mereka semua tahu bahwa saat itu, malam mereka belum berakhir—perjalanan mereka baru saja dimulai.
...****************...