Wanita kuat dengan segala deritanya tapi dibalik itu semua ada pria yang selalu menemani dan mendukung di balik nya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syizha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
lucas
Hari-hari berlalu dengan cepat, dan Akselia semakin merasakan beban yang luar biasa di pundaknya. Setiap langkah mereka menuju kebenaran yang lebih gelap semakin terasa menekan, seakan dunia yang mereka kenal sedang berputar ke arah yang tak terbayangkan. Proyek Elysium bukan hanya tentang kontrol—ini adalah tentang mengubah fondasi dari segala sesuatu yang mereka percayai. Dunia yang mereka perjuangkan selama ini—kehidupan yang mereka kenal—akan hilang dalam sekejap jika mereka gagal.
Mikael dan Reina, dengan segala keahlian mereka, terus bekerja keras mencari titik lemah dalam sistem Lucas. Mereka menganalisis setiap byte data yang berhasil mereka dapatkan, mencoba menemukan cara untuk mengakses inti dari Proyek Elysium. Namun, semakin mereka menyelidikinya, semakin banyak rahasia yang muncul—rahasia yang jauh lebih berbahaya dari yang mereka kira.
Pada malam yang kelam, Akselia duduk sendirian di ruangan gelap markas bawah tanah, matanya terpaku pada layar komputer yang terhubung ke jaringan pusat Proyek Elysium. Hatinya berdebar, setiap detik terasa semakin berat.Mereka hampir menemukan inti sistem itu, tapi pada saat yang sama, ada perasaan yang semakin kuat—bahwa setiap langkah mereka menuju kebenaran justru membawa mereka semakin dekat dengan kehancuran.
Tiba-tiba, suara pintu yang terbuka membuyarkan lamunannya. Mikael dan Reina masuk dengan ekspresi wajah yang sangat serius.
"Akselia," Mikael mulai, suaranya cemas, "kita menemukan sesuatu—sesuatu yang tidak seharusnya kita temukan."
Akselia berdiri dengan cepat, rasa khawatir merambat di dalam dirinya. "Apa yang kalian temukan?"
Reina menghela napas panjang, lalu melangkah lebih dekat. "Sistem Proyek Elysium… lebih rumit dari yang kita kira. Bukan hanya tentang mempengaruhi pikiran manusia. Ada lapisan yang lebih dalam, yang bisa mengubah… identitas mereka. Membuat mereka lupa siapa mereka sebenarnya."
Akselia terdiam, terkejut. "Maksudmu, mereka bisa menghapus ingatan seseorang? Mengubah siapa mereka menjadi orang lain?"
Mikael mengangguk pelan. "Bukan hanya itu. Proyek ini berpotensi untuk menciptakan kesadaran kolektif yang bisa mengendalikan manusia seperti sebuah kawanan. Semua orang akan diprogram untuk mengikuti satu pemikiran, satu pola. Jika itu terjadi, dunia tidak akan lagi menjadi tempat yang kita kenal. Kita akan menjadi bagian dari mesin besar yang dikendalikan oleh Lucas."
Akselia merasakan pusing yang semakin hebat. Apakah ini yang dimaksud Lucas dengan 'kebenaran yang lebih kelam'? Menghapus kebebasan manusia untuk berpikir, mengganti siapa mereka, membuat setiap individu menjadi bagian dari sistem yang tidak bisa melawan. Itu adalah dunia yang jauh lebih buruk daripada yang bisa mereka bayangkan.
"Kita tidak bisa membiarkan ini terjadi," kata Akselia, suaranya penuh tekad. "Jika ini terus berjalan, kita semua akan menjadi bagian dari ilusi. Dunia ini akan terjerat dalam kendali Lucas, dan kita akan kehilangan segalanya."
Reina menggertakkan giginya. "Tapi bagaimana kita bisa melawan ini? Proyek Elysium telah mengakar begitu dalam, dan sistemnya hampir tidak bisa dihancurkan. Bahkan jika kita menemukan titik lemahnya, kita masih harus menghadapi segala kekuatan yang ada di baliknya."
Akselia berjalan mundur, berpikir keras. Apakah ada cara untuk memutuskan rantai yang mengikat dunia ini?Ada rasa takut yang semakin tumbuh dalam dirinya—takut bahwa mereka mungkin terlalu kecil, terlalu lemah untuk melawan sesuatu yang sebesar ini. Tapi di dalam hatinya, dia tahu satu hal: Mereka harus melawan, tidak peduli apapun.
"Jika kita ingin mengalahkan Lucas, kita harus tahu dari mana sistem ini berasal," kata Akselia. "Kita harus mencari tahu siapa yang benar-benar ada di balik Proyek Elysium—dan bagaimana kita bisa menghancurkannya dari akar-akarnya."
Mikael menatap layar di depan mereka, lalu mulai mengetik cepat. "Aku akan mencoba memecahkan kode lebih dalam lagi. Ada satu lokasi yang mencurigakan—sebuah titik yang tidak terdeteksi oleh sistem pengamanan biasa. Jika kita bisa menemukannya, mungkin kita bisa menemukan kunci untuk menghentikan semua ini."
Akselia mengangguk. "Kita harus bergerak cepat. Waktu kita semakin terbatas."
Namun, sebelum mereka bisa melangkah lebih jauh, suara alarm tiba-tiba memecah kesunyian. Akselia dan timnya terlonjak kaget. "Apa itu?" tanya Reina, suaranya panik.
Mikael menatap layar dengan cemas. "Sistem pengamanan diaktifkan! Mereka tahu kita berada di sini!"
Akselia langsung bergerak ke arah pintu. "Kita harus pergi. Sekarang!"
Mereka berlari menuju lorong bawah tanah yang mengarah ke pintu keluar. Suara langkah kaki yang terburu-buru terdengar di belakang mereka. Pasukan Sentinel sudah bergerak cepat, mengejar mereka. Akselia bisa merasakan ketegangan yang semakin memuncak. Mereka dikepung.
Saat mereka sampai di pintu keluar, Akselia melihat pasukan Sentinel sudah menunggu di luar—mereka terpojok.
"Jangan biarkan mereka kabur!" teriak seorang komandan pasukan.
Dengan cepat, Akselia menarik sebuah perangkat dari sabuknya. "Mikael, Reina, pergi ke arah kanan! Aku akan mengalihkan perhatian mereka!"
Mikael dan Reina mengangguk, berlari menjauh ke arah yang ditentukan. Akselia mengaktifkan perangkatnya, melemparkan sebuah alat pemecah sinyal ke tanah. Dalam sekejap, ruang itu dipenuhi dengan cahaya terang yang mempengaruhi perangkat komunikasi pasukan Sentinel. Mereka kehilangan kontak dan kebingungannya menciptakan peluang bagi Akselia untuk melarikan diri.
Namun, saat Akselia berlari, langkahnya terhenti ketika sebuah suara yang familiar terdengar di belakangnya.
"Akselia…"
Dia menoleh, dan wajah yang tak asing lagi muncul di hadapannya. Lucas.
Wajah Lucas tampak tenang, meskipun suasana tegang menyelimuti sekitarnya. "Kau masih berusaha melawan, Akselia? Kebenaran tentang Proyek Elysium sudah ada di depanmu. Apa lagi yang kau harapkan?"
Akselia mengertakkan gigi, merasa perasaan marah dan cemas campur aduk dalam dirinya. "Aku akan berhenti hanya ketika dunia ini bebas dari cengkeramanmu, Lucas. Kamu tidak akan menang."
Lucas tersenyum tipis, seolah tahu bahwa kemenangan sudah dekat. "Aku tidak perlu menang, Akselia. Dunia ini sudah berada di bawah kendaliku. Kau hanya belum menyadarinya."
Saat itulah Akselia tahu, mereka belum sampai pada titik terakhir dari pertarungan ini. Apa yang Lucas katakan itu bukan hanya ancaman, tetapi kenyataan yang harus mereka hadapi.