NovelToon NovelToon
Jerat Cinta Pria Beristri

Jerat Cinta Pria Beristri

Status: tamat
Genre:Tamat / One Night Stand / Konflik etika / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:7.9M
Nilai: 4.9
Nama Author: Desy Puspita

Tak terima lantaran posisi sebagai pemeran utama dalam project terbarunya diganti sesuka hati, Haura nekat membalas dendam dengan menuangkan obat pencahar ke dalam minuman Ervano Lakeswara - sutradara yang merupakan dalang dibaliknya.

Dia berpikir, dengan cara itu dendamnya akan terbalaskan secara instan. Siapa sangka, tindakan konyolnya justru berakhir fatal. Sesuatu yang dia masukkan ke dalam minuman tersebut bukanlah obat pencahar, melainkan obat perang-sang.

Alih-alih merasa puas karena dendamnya terbalaskan, Haura justru berakhir jatuh di atas ranjang bersama Ervano hingga membuatnya terperosok dalam jurang penyesalan. Bukan hanya karena Ervano menyebalkan, tapi statusnya yang merupakan suami orang membuat Haura merasa lebih baik menghilang.

****

"Kamu yang menyalakan api, bukankah tanggung jawabmu untuk memadamkannya, Haura?" - Ervano Lakeswara.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 03 - Menyiksa/Tersiksa

Tanpa sedikit pun merasa curiga dan benar mengira bahwa Ervano tengah tersiksa akibat obat pencahar yang dia berikan, Haura terus fokus melaju dengan kecepatan tinggi.

Sebagai seseorang yang begitu menghargai pemberian orang lain, jelas saja Haura takut andai mobil pemberian kakaknya sampai kotor lantaran ulah sutradara menyebalkan itu.

Tak butuh waktu lama, Haura tiba di apartemen Ervano yang memang telah dia ketahui karena ini bukan kali pertama dia datang. Sebelumnya sudah pernah, tapi tidak sendiri melainkan bersama Andita sewaktu memberikan oleh-oleh pasca liburan ke Manado.

"Sudah sampai, silakan turun," ucap Haura sama sekali tidak memiliki keinginan untuk membantu lebih.

Namun, keadaan Ervano terlihat begitu memprihatinkan dan sejak tadi tidak berhenti menggigit bibir sembari memejamkan mata hingga Haura mulai mengira yang tidak-tidak.

"Pak, masih dengar_"

"Tolong bantu aku."

"Bantu apa? Ini sudah diantar sampai tujuan."

"Naik ke atas, sepertinya tenagaku habis," rintihnya tak berhenti menggigit bibir hingga Haura semakin kebingungan dibuatnya.

Dia yang memang khawatir andai orang lain tahu dan hal ini menjadi malapetaka lagi-lagi kembali membantu Ervano untuk naik ke atas.

Sebenarnya Haura bingung kenapa Ervano memilih apartemen. Padahal, menurut sepengetahuannya Ervano sudah menikah, bukankah akan lebih baik pulang ke rumah agar bisa dirawat istri?

Ingin sekali Haura tanyakan, tapi dia merasa bukan haknya hingga memilih untuk diam. Saat ini, mau tidak mau dia harus bersedia menuntun tubuh gagah Ervano agar cepat tiba.

Awalnya Haura merasa tidak ada yang aneh. Namun, tepat di depan pintu, Ervano mulai memperlihatkan sesuatu yang tak wajar. Napasnya mulai tak terkendali dan secara tak terduga pria itu seakan berusaha mencium lehernya.

"Heih, Bapak mau apa?"

"Heum?" Mata sayu Ervano perlahan terbuka.

Tatapan yang kali ini Ervano berikan terlihat sangat berbeda dan membuat Haura merinding seketika. Terlebih lagi, sewaktu pria itu melingkarkan tangan di pinggangnya.

Tatapan mematikan Ervano seolah membius Haura, tanpa sadar pintunya kini telah terbuka. Segera Haura berusaha menepis tangan Ervano dan bermaksud menjauh segera.

"Mau kemana?" tanya Ervano dengan suara berat dan Haura mulai berpikir lain tentang yang dialami pria itu.

Agaknya bukan sakit perut akibat obat pencahar, tapi sakit yang lain. Sungguh bodoh dia terlambat menyadari, kenapa tidak dari tadi.

Perlahan dia mundur dan menatap was-was ke arah Ervano. Namun, belum sempat melarikan diri Ervano sudah berhasil mencengkram pergelangan tangannya dan menarik Haura masuk ke dalam.

Secepat kilat, Ervano juga mengunci pintu tanpa peduli dengan teriakan Haura yang mencoba berontak.

Sayangnya, sesuatu dalam diri Ervano juga berontak dan menuntut pertanggungjawaban hingga sama sekali tidak memiliki belas kasihan.

Haura yang mulai ketakutan dan bisa membaca situasi segera meraih ponsel dan bermaksud menghubungi siapapun di sana.

"Kamu mau apa? Aku tidak bisa menahannya lebih lama lagi, Haura." Sembari merampas ponsel Haura dan melemparnya sembarang arah, Ervano mengungkapkan keinginannya dan berakhir mendapat hadiah dari Haura.

Plak

"Lepas!! Bapak yang mau apa? Hah?!" bentak Haura tak mau kalah pasca mendaratkan tamparan tepat di wajah tampan Ervano.

Alih-alih balik marah atau membalas tamparan Haura, Ervano justru mendekat dan menghimpit Haura tepat di tembok dengan tangan di atas kepala.

Haura kembali mencoba berontak dan meminta Ervano melepaskannya. Namun, untuk bersuara ternyata sesulit itu lantaran Ervano begitu lihai dalam membungkam mulutnya dengan ciuman.

Bukan ciuman pelan dan manis, tapi kasar dan memburu. Haura mulai menangis dengan tenaganya perlahan terkikis.

Lemas tak berdaya, semakin menggila Ervano semakin tubuh Haura seakan membeku hingga Ervano dengan begitu mudah membawanya ke kamar utama.

Bahkan, Haura seolah tidak punya kuasa untuk bangkit sewaktu Ervano mendorongnya ke atas tempat tidur.

Tidak ada kata yang lolos dari bibirnya selain "Jangan, jangan dekati aku!!" dan dia ucapkan berulang.

"Jangan, Pak ... saya mohon jangan lakukan apapun!!"

.

.

Ervano menatapnya lekat-lekat, seolah tak mengindahkan permohonan Haura, pria perlahan naik dan mengungkung tubuh Haura di bawahnya.

Sejenak Ervano terlihat tenang, dengan wajah masih merah dan mata yang menatap Haura penuh damba, dia kembali berucap dengan suara beratnya. "Kamu yang telah menyalakan api, maka kamu juga yang harus bertanggungjawab memadamkannya, Haura."

Gleg

Mata Haura kembali membulat sempurna dengan darah yang berdesir di sekujur tubuhnya. Isakan tangis kembali tak tertahankan dan Haura menyimpulkan bahwa ini adalah akhir dari hidupnya, terlebih lagi sewaktu Ervano meluncuti pakaiannya dengan begitu cepat.

Secepat itu tangannya bergerak sampai Haura sendiri tidak sadar ketika Ervano sudah siap menerobos pertahanannya.

Niat hati menyiksa, Haura justru berakhir disiksa di atas ranjang Ervano. Sedikit pun dia tidak mengira bahwa nasib sial akan menimpanya malam ini. Obat pencahar yang Andita berikan ternyata salah.

Agaknya Haura juga salah langkah. Menjerat Ervano dengan sesuatu yang dia kira sebagai obat pencahar ternyata salah besar. Salahnya Haura tidak mencari tahu dulu tentang obat itu.

Dan, salahnya lagi dia tidak mencari tahu lebih dulu siapa sesungguhnya pria ini. Ervano Lakeswara, pria beristri yang haus belaian dan tak ubahnya bak bujangan.

Dihadapkan dengan situasi semacam ini jelas dia menggila. Susah payah dia membendung has-rat untuk bercinta lantaran sang istri belum bersedia disentuh hingga satu tahun usia pernikahan mereka, kini dipertemukan dengan Haura yang secara sengaja menyalakan api dalam diri Ervano.

Sebagai pria normal tentu saja Ervano tergoda. Tanpa obat saja mungkin dia tidak kuasa menahan diri, apalagi jika sudah dipancing begini.

Tidak dalam keadaan mabuk, Ervano sadar seratus persen hingga dia bisa merasakan kenikmatan yang tiada tara tanpa bingung membedakan ini mimpi atau nyata.

Walau sebenarnya terasa seperti mimpi, kenikmatan seperti ini sudah begitu dia rindui. Juga, meski yang mende-sah hanya dia seorang diri sementara pasangannya bercinta hanya diam sembari meratap bahkan mungkin ingin mati, Ervano tidak peduli.

Ervano hanya ingin merasakannya lagi dan lagi, tubuh Haura seperti candu yang selama ini dia cari. Erangan dan desa-han tak berbalasnya memang heboh sendiri, dan Ervano terus terbuai dalam kenikmatan sebelum kemudian berakhir ambruk di sisi Haura yang seakan-akan dia anggap sebagai istri.

Terbukti hingga pagi menjelang, pelukan itu masih sama eratnya dan tak berniat Ervano lepaskan sampai tangan itu dihempas dengan begitu kasar oleh pemilik tubuh indah yang semalam dia nikmati luar dalam.

Tanpa menyapa, Ervano hanya menatap Haura yang masih membeku dan menatap nanar tanpa arah.

Hendak bicara apa juga bingung, begitu melihat Haura dalam keadaan sadar begini seketika merasa bersalah. Terlebih lagi, sewaktu air mata wanita itu kembali menetes dan membasahi wajah cantiknya.

Tanpa basa-basi, Ervano bergegas ke kamar mandi dan meninggalkan Haura tanpa kata. Tak berselang lama, pria itu kembali dengan membawa bathrobe yang kemudian dia serahkan pada Haura.

"Bersihkan tubuhmu, setelah itu sarapan dan saya antar pulang."

"Tidak perlu!! Jangan sok baik setelah merenggut kehormatanku!!" ketus Haura seketika memalingkan muka.

.

.

- To Be Continued -

1
Ida Faridah
🤭🤭🤭🤭🤭malu jadi Haura dan Vano udah mantep gak bakal ketahuan eh nyatanya papanya malah lebih cerdik 🤣🤣🤣🤣
Ida Faridah
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤪🤪🤪 Haura mmng sengklek
relove=👥⒋ⷨ͢⚤
astaga bengek abim
Niwa
kangen sama opa Mikhail 😭😭😭😭
Desy Puspita: Hayu baca lagi Opa Mikhail 😭
total 1 replies
Diah Anggraini
salut sama keluarga haura.. sangat bijaksana mengambil sikap dan keputusan
Naura Shanti Al-fatih
bakal jadi pembahasan seumur hidup ini mah....
Diah Anggraini
kasian vano.. pasti galau banget dah
Kamiem sag
ada apa dgn Ervano?
Kamiem sag
lisanmu harimaumu itu benar Ra
dgn semangatnya kau mengajukan cerai dgn berbagai alasan tapi begitu dikabulkan sakit ya?
makanya dalam rumah tangga itu tdk perlu melakukan "uji nyali"
Kamiem sag
eh eh.. gayamu Ra menta cerai gitu dengar pernyataan Vano enemui papamu izin menceraikan putrinya malah galau
Kamiem sag
kalo utk mendapatkan warisan dgn menikah kenapa Sofia tdk menikahi kekasihnya saja?
Kamiem sag
gaya Sofia tdk menuntut apapun dlm pernikahannya tapi barusan sudah menekan mental Haura
busuk
Kamiem sag
cerumbu ya Ra
Ugie Sugiarti
/Joyful//Joyful//Joyful/ ngakak habeees ...abimanyu sampel
Kamiem sag
🤭
Kamiem sag
apa jadinya ya begitu Haura tau Ervao lah yg ditongnya dahulu
Kamiem sag
lumayan besar esabaran Ervano
Kamiem sag
🤭
Kamiem sag
Cerai??
Kamiem sag
sehat selalu Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!