Setelah menjatuhkan talak pada Amira, Reifan menyesalinya. Reifan ingin merujuk Amira, setelah dia tahu kalau perceraian mereka terjadi hanya karena kesalahpahaman. Selama ini Amira hanya di fitnah oleh ibu mertuanya. Dan setelah Reifan mengetahui hal itu, Reifan menyesal dan ingin menebus kesalahannya dengan merujuk Amira. Namun tanpa sadar Reifan telah mentalak Amira sebanyak tiga kali, sehingga tidak bisa membuat mereka rujuk lagi kecuali Amira menikah lagi dengan lelaki lain dan bercerai dengan lelaki itu.
Apa yang akan Reifan lakukan untuk bisa kembali dengan Amira?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aina syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan pernah menolak
Bagaimana mungkin aku menikahi Amira mantan istri bosku sendiri. Dan Pak Reifan juga sangat mencintai mantan istrinya. Apakah aku harus menikah dan bercerai, setelah itu aku akan menjadi duda tanpa anak. Apa yang akan keluargaku katakan tentang aku. Tidak ada di dalam keluargaku orang yang menikah terus bercerai, batin Aditya di sela-sela menyetirnya.
Aditya menyetir, namun fikirannya seperti tidak ada di tempatnya. Sejak tadi dia masih memikirkan ucapan Reifan yang memintanya untuk menjadi muhalil. Tapi Aditya tetap akan menolaknya. Karena seandainya Aditya menikah dengan Amira, dia pasti tidak akan melepaskan Amira begitu saja.
Tanpa terasa mobil yang ditumpangi Aditya dan Reifan sudah sampai di depan kantor. Aditya menghentikan laju mobilnya. Setelah itu dia menatap Reifan.
"Aku tidak bisa jawab sekarang Pak Reifan. Aku akan fikirkan lagi soal ini," ucap Aditya.
"Ya, aku akan berikan kamu waktu untuk berfikir."
Aditya turun dari mobilnya. Setelah itu dia membukakan pintu mobil untuk Reifan. Setelah Reifan dan Aditya turun dari mobil, Reifan dan Aditya kemudian masuk ke dalam kantor.
***
Reifan tersenyum saat melihat Amira sedang menyuapi Kayla makan.
"Ehem." Reifan berdehem sehingga membuat Amira dan Kayla menoleh ke arahnya.
"Papa..."
"Mas Reifan. Sudah dari tadi kamu di situ Mas?" tanya Amira yang melihat Reifan sudah berdiri di sisi pintu ruangan Kayla.
"Aku baru sampai Mir."
Reifan masuk ke ruangan Kayla dan menghampiri Amira.
"Bagaimana kondisi Kayla. Apakah dia sudah membaik?" tanya Reifan pada Amira.
"Sudah Mas. Kata dokter, besok Kayla sudah boleh pulang," jelas Amira.
"Syukurlah aku senang dengarnya."
"Papa, apa boleh Kay pulang ke rumah Papa?" tanya Kayla.
Reifan dan Amira terkejut saat mendengar pertanyaan Kayla. Reifan tidak mungkin membawa Kayla ke rumah lama. Karena di sana masih ada Bu Rianti dan Desti. Reifan tidak mau ibu dan adiknya membuat masalah lagi dengan Amira dan Kayla.
Tapi Reifan juga sudah punya rencana untuk membelikan Amira dan Kayla rumah baru untuk mereka tinggal. Namun sampai saat ini Reifan belum mendapatkan informasi apa-apa dari Aditya tentang rumah baru itu.
"Sayang, kita pulang ke rumah kontrakan saja. Kalau kamu kangen sama Papa, kamu kan bisa ajak Papa main ke rumah kita," ucap Amira.
"Amira, biarkan saja lah Kayla memilih untuk tinggal di mana. Kalau dia mau ikut aku, juga nggak apa-apa. Sekalian kamu juga ikut aku."
"Apa!" Amira terkejut saat mendengar ucapan Reifan.
Amira fikir, Reifan akan membawanya kembali ke rumah lama. Padahal Reifan sudah punya rencana sendiri untuk memberikan Amira dan Kayla rumah baru.
"Mas, maksud kamu apa bicara seperti itu? apa aku juga harus ikut tinggal dengan kamu. Itu tidak mungkin Mas. Kita itu sudah bukan suami istri sah lagi."
"Amira, jangan salah paham. Siapa yang akan membiarkan kamu tinggal satu rumah lagi dengan mama aku. Nggak Amira. Aku akan memberikan rumah baru untuk kamu dan Kayla."
"Tidak perlu repot-repot Mas membelikan aku dan Kayla rumah. Aku masih punya rumah, walau hanya rumah kontrakan. Setidaknya rumah itu, bisa membuat Kayla merasa nyaman tinggal bersamaku."
"Mir, rumah kontrakan kamu pasti kecil kan. Aku nggak tega melihat Kayla menderita hidup di tempat kumuh. Apalagi sekarang dia sedang sakit. Aku akan memberikan kamu dan Kayla rumah yang layak untuk kalian tempati. Dan kamu tidak boleh menolak demi anak kita Mir."
Amira diam. Dia kemudian menatap Kayla lekat. Kayla sepertinya masih mengharapkan untuk tingal bersama ayahnya. Namun apa yang bisa Amira lakukan sekarang, Reifan dan Amira sudah bukan suami istri lagi dan mereka juga tidak bisa tinggal bersama. Reifan dan Amira, tidak akan bisa memenuhi keinginan Kayla untuk tinggal bersama.
"Mir, aku mohon Mir. Terimalah pemberian aku. Anggap saja itu untuk menebus semua kesalahan-kesalahan aku di masa lalu."
"Terserah kamu lah Mas. Aku cuma ingin Kayla bahagia," ucap Amira.
"Kalau gitu, aku keluar dulu ya. Aku ada urusan sebentar."
Amira mengangguk. Setelah itu Reifan pun pergi ke luar dari ruangan Kayla.
Reifan mengambil ponselnya untuk menelpon Aditya.
"Halo Dit. Gimana Dit? apakah kamu sudah mendapatkan rumah yang aku minta?"
"Sudah Pak. Itu lokasinya dekat dengan kantor kita."
"Bagus. Kamu tenang saja Dit. Setelah ini, aku akan berikan kamu bonus."
"Iya Pak. Terimakasih. Ngomong-ngomong, kapan Bu Amira dan Kayla akan pindah ke rumah baru ?"
"Secepatnya. Bila perlu besok setelah Kayla pulang dari rumah sakit."
"Oh iya Pak. Apakah Bu Amira sudah setuju?"
"Dia harus setuju dan tidak boleh menolak pemberianku. Karena dengan ini, aku bisa menebus kesalahanku pada Amira dan Kayla dengan membuat mereka bahagia tanpa gangguan orang-orang yang membencinya."
"Rumahnya sudah saya bereskan dan bersihkan Pak. Bu Amira dan Kayla sudah bisa tinggal dengan nyaman di rumah baru mereka."
"Ya sudah kalau begitu, kamu bisa kembali bekerja Dit. Saya ada di rumah sakit sekarang. Sepertinya saya tidak akan kembali ke kantor. Saya ingin menghabiskan waktu hari ini bersama Kayla."
"Iya Pak."
Setelah menutup telponnya, Reifan masuk kembali ke ruangan Kayla. Reifan tersenyum saat melihat Kayla sudah terlelap.
"Kayla tidur Mir?"
Amira menoleh ke arah Reifan.
"Iya. Dia baru saja minum obat dan tertidur."
"Kamu sudah makan Mir?"
Amira menggeleng.
"Belum Mas."
"Kamu kelihatan kurusan. Pasti kamu lelah banget ngurusin Kayla akhir-akhir ini. Bagaimana kalau aku ikut jagain Kayla di sini."
"Untuk apa kamu jagain Kayla. Kamu kan harus kerja Mas. Lagian Kayla besok juga sudah bisa pulang."
"Tapi aku kasihan sama kamu Mir. Wajah kamu juga pucat banget."
"Nggak apa-apa. Aku sudah biasa Mas."
"Gimana kalau kita makan di luar. Kita cari tempat makan yang dekat di sekitaran rumah sakit."
"Nggak perlu repot-repot Mas. Aku bisa beli makan sendiri."
"Amira, aku mohon. Jangan pernah menolak pemberian apapun dari aku. Aku mau traktir kamu makan, karena aku tidak mau melihat kamu sakit Amira. Kalau kamu sakit, siapa yang akan mengurus dan jagain Kayla."
Sejenak Amira diam. Setelah itu dia menyetujui ajak Reifan untuk makan siang bersama.
Amira menatap Kayla lekat. Dia tampak khawatir meninggalkan Kayla sendiri di ruangan. Amira takut Kayla terbangun saat dia meninggalkannya nanti.
"Kayla baru terlelap. Dia tidak akan bangun dalam waktu dekat. Mungkin dia ngantuk karena efek dari obat yang dia minum. Jadi kamu nggak perlu mengkhawatirkan Kayla. Dia nggak akan bangun sampai kita kembali."
Amira mengangguk. Dia mengambil tas kecilnya. Setelah itu dia pergi bersama Reifan untuk makan siang.